chap 8

1.4K 199 1
                                    

Ia melipat kembali tabloid itu, mengembalikannya kepada Hanbyul, lalu berkata, "Kenapa kesal? Bukankah ini malah membuktikan Kim Taehyung bukan gay?"

Hanbyul terdiam dan menimbang-nimbang. "Tapi kalau melihat dia dengan yeoja lain, rasanya hatiku... aduh," katanya dengan wajah memelas.

Kookie tertawa geli.

"Tapi... mungkin juga yeoja ini bukan kekasihnya," kata Hanbyul tiba-tiba.

"Memangnya apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Bisa saja kasusnya sama dengan kasusmu waktu itu. Kim Taehyung hanya mengantarmu dan tidak ada hubungan apa-apa di antar kalian. Lagi pula semua orang tahu wartawan suka membesar-besarkan masalah."

Kookie cepat-cepat menoleh dan mendapati sahabatnya sedang memandangnya yakin. "Tapi menurutku yang ini memang benar. Di artikel ini bahkan juga tertulis ada sumber tepercaya yang menyatakan Kim Taehyung memang sudah punya pacar, kan? Lagi pula kalau di pikir-pikir, bukankah ini hal yang baik? Maksudku, bagi penggemar sepertimu, yang paling penting kan Kim Taehyung bukan gay alias suka yeoja."

Karena ekspresi kecewa Hanbyul belum berubah, Kookie menambahkan, "Kau juga tidak perlu histeris begitu. Kalaupun yeoja di foto ini memang pacarnya, masih ada kemungkinan mereka berpisah. Kau berdoa saja supaya mereka cepat berpisah."

"Kau bisa berkata seperti itu karena kau bukan penggemarnya! Aku penasaran sekali siapa yeoja itu. Di sini juga tidak di ceritakan siapa dia..." Hanbyul menghembuskan nafas panjang. Mendadak dia menepuk tangan dan berkata penuh semangat, "Tapi kau benar! Tidak apa-apa, sebentar lagi pasti ketahuan. Dia harus putus dengan Taehyung oppa ku!"

Kookie menggeleng-geleng menahan geli. Tapi sebelum senyumnya mereda, Hanbyul sudah berkata lagi, "Tapi ada yang aneh. Coba lihat foto-foto ini, Jungkook. Kenapa mereka berdua tidak bersentuhan? Mungkin memang bukan hal penting, tapi maksudku, orang pacaran bukannya suka berpegangan tangan kalau berjalan bersama?"
.
.
.
.
Kim Taehyung sedang berada di kantor Kim Seokjin. Ia memegang tabloid yang memuat foto-fotonya bersama Kookie.

"Hyung ternyata pandai memotret," kata Taehyung sambil tersenyum.

Kim Seokjin hanya mengangkat bahu menerima pujian itu. "Menurutku rencana kita cukup sukses karena sejak pagi kantor kita sudah di banjiri telepon yang meminta kepastian dan wawancara denganmu."

"Dia sudah melihat ini atau belum ya?" tanya Taehyung sambil meletakkan tabloid itu di atas meja.

"Jungkook ssi? Seharusnya sudah karena orang-orang juga akan membicarakannya," sahut Kim Seokjin. Ia meraih tabloid itu dan mengamati foto-foto Taehyung dan Kookie. "Dia melakukannya dengan baik sekali, kan? Yeoja yang tenang, mudah di ajak kerja sama. Bagus juga dia bukan salah satu penggemarmu, jadi dia tidak histeris atau semacamnya."

Taehyung hanya mengangkat bahu.

Kim Seokjin berkata pelan seperti merenung, "Ya, yeoja yang tenang. Bahkan mungkin terlalu tenang. Tidakkah menurutmu dia terlalu mudah menyetujui permintaanmu?"

Taehyung mengangkat bahu lagi. "Tidak juga," jawabnya.

"Dia tidak minta imbalan apa pun?" tanya Kim Seokjin lagi.

Taehyung mengingat-ingat. "Tidak."

"Aneh," gumam Kim Seokjin. Setelah berkata seperti itu, telepon di meja berdering.

Sementara manajernya menjawab telepon, Kim Taehyung menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia menelepon Kookie. Tak berapa lama akhirnya ia mengeluarkan ponselnya dan menekan angka sembilan.
.
.
.
Kookie dan Hanbyul sedang berjalan di halaman kampus sambil membicarakan Kim Taehyung dan pacar misteriusnya ketika Kookie mendengar namanya di panggil.

From a Lie•vk (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang