5. Pertama Setelah Sekian Lama

30.3K 1.9K 29
                                    

Pesanan kami pun datang, Romeo yang tampak lapar segera meraih sendok garpunya. Sementara aku diawali dengan minum, lalu mulai meraih sendok garpu.

Suasana kembali hening saat kami makan. Aku maupun Romeo tidak ada yang mencoba untuk membuka obrolan. Sebenarnya aku bisa saja basa-basi lagi, tapi aku takut Romeo tidak terbiasa makan sambil bicara, jadi lebih baik aku diam.

Tling...Tling....Tling...

Ponselku terus berbunyi, menandakan ada notifikasi masuk. Aku malas membukanya, paling isinya hanya Marvin dan Anna yang sibuk menanyakan siapa pria yang pergi bersamaku sekarang ini.

Aku kembali fokus pada makanan. Mengacuhkan ponsel yang bunyi dari dalam tas.

"Gamau diliat dulu itu handphone-nya ada apa?" Romeo yang mungkin terganggu dengan bunyi ponselku mulai angkat bicara.

Aku jadi merasa tidak enak telah menggangu ke-khidmatan makan siangnya.

"Paling notifikasi dari temen-temen. Males buka, nanti aja."

Lagi-lagi ia hanya menanggapi dengan anggukan.

"Oh iya, Rom, ada yang mau aku omongin juga ke kamu."

"Silahkan, omongin aja." Balasnya sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.

Aku menyedot minuman untuk membasahkan kerongkonganku agar lancar tidak kering.

"Uhm..., kamu udah tau soal orangtua aku yang cerai?"

"Udah." Jawaban yang sangat singkat, jelas, dan padat ini dilengkapi dengan ekspresi datar Romeo.

"Okay. Jadi gini, sebelum akad kita nanti dilaksanain, aku minta waktu untuk cari Papa dulu. Gatau akan makan waktu berapa lama, tapi aku berharap cepet ketemu Papa. Kamu ga keberatan kan kalo nanti WOnya aku serahin juga ke kamu di saat-saat aku sibuk cari Papa?"

"Ga masalah. Kalo kamu mau saya bantu cari Papa kamu juga ga masalah."

"Tapi kamu harus terbang kan, Rom?"

"Iya."

Aku mendesah pelan, "terus gimana bantunya?"

"Ya kalo saya libur."

Iya juga ya.

"Yaudah kalo kamu ga keberatan."

Ia kembali mengangguk, kemudian melanjutkan makannya.

Setelah makan dan Romeo yang membayar semuanya, kami pun bergegas kembali menuju parkiran.

Saat langkah pertama menuju parkiran, hujan turun dengan deras tanpa ada aba-aba gerimis lebih dulu. Refleks aku mundur.

"Yah ujan, " decakku sembari menghembuskan nafas kasar.

Dari dulu aku tidak pernah suka hujan. Entah kenapa air yang jatuh dari langit ini tidak memiliki makna romantis yang sendu seperti kata orang-orang. Aku selalu merasa kesulitan saat hujan, karena aku malas menyiapkan payung saat pergi-pergi. Ditambah lagi hujan buat jalanan becek, licin, lembab. Aku sangat tidak suka.

"Kita tunggu di dalem aja lagi gimana?" Romeo yang melihat ekspresi sebal dari wajahku mulai memberikan tawaran.

"Yaudah. Daripada kecipratan nunggu di sini." Aku melangkah kembali ke dalam restoran. Kali ini kami berpindah tempat duduk menjadi di dekat jendela kaca dengan meja bar kayu dan kursi kayu.

Women's PerspectiveWhere stories live. Discover now