Episode 45

21.8K 1.1K 55
                                    

Maaf jika ada typo yaa ^^

"Jadi bagaimana dok? Apa sakit istri saya parah? Saya minta pengobatan yang terbaik dok."

Pertanyaan bertubi tubi dari Ray membuat dr. Seren terkekeh. Sepertinya laki laki ini benar benar mencintai istrinya terlihat dari raut wajah Ray begitu cemas " pa Ray sebenarnya istri bapa sakit demam biasa tapi jika dalam tiga hari ini demamnya tidak kunjung turun maka saya sarankan untuk bapa membawa ibu Syabila ke rumah sakit dan kita akan melakukan tes darah. Saya takut jika istri bapa terkena DBD atau tipus. Saya akan resepkan obat penurun panasnya saja karena ibu Syabila tidak memiliki keluhan sakit yang lain. Untuk sementara ibu Syabila makan bubur lembut saja dan jangan lupa sayur dan buahnya juga" .

Ray tampak mengangguk dan segera meraih resep yang sudah dituliskan oleh dr. Seren.

"Kalau gitu saya permisi dulu ya pa. Semoga ibu Syabila cepat sembuh dan jangan segan segan jika terjadi hal yang urgent bapa bisa langsung hubungi saya. "

"Baiklah dok. Terimakasih."

Ray memandang wajah Syabila yang sedang tertidur. Dalam benaknya dia sangat menyesal karena terlalu sibuk akhir akhir ini dan belum lagi Syabila yang sabar mengahadapi sikap manjanya yang berlebihan. Ray mencium lama kening Syabila sebelum akhirnya ikut tertidur di samping Syabila.

---

Sudah dua hari sejak Syabila jatuh sakit, Ray terus saja berada didekat Syabila. Bahkan dia sudah menyerahkan masalah pekerjaan pada Rudi. Memang ini terlihat seperti kurang bertanggung jawab tapi apapun yang terjadi Syabila tetap prioritas utama Ray saat ini dan seterusnya.

Syabila membuka perlahan matanya yang terasa begitu berat, entah kenapa sudah dua hari dia beristirahat total dirumah tetapi rasa pusing di kepalanya tidak kunjung hilang. Demam yang dia rasakan memang sudah sembuh satu hari yang lalu tapi kenapa dengan kepalanya. Syabila mulai merasa takut jika terjadi sesuatu padanya. Apakah ini parah atau hanya sekedar pusing biasa.

Ray membuka pintu dan melihat Syabila telah bangun "selamat pagi sayang. Bagaimana kepalanya masih pusing?" Tanya Ray sambil meletakkan bubur di nakas samping tempat tidur.

Syabila mengangguk. Kemudian Ray membantunya untuk duduk dan bersandar " bubur lagi?" Tanya Syabila dengan raut wajah bosannya.

Ray tersenyum " ini bubur enak karena dibuat dengan cinta"

Syabila terkekeh "masa? Emang sapa yang buat?" Tanya Syabila

Ray menggaruk belakang kepalanya " ibu. Tadi ibu mampir dan memberikan bubur ini buat menantu kesayangannya".

Syabila jadi tidak enak, mana mungkin dia membiarkan ibu mertuanya yang sudah susah payah membuatkan bubur tapi Syabila tidak menyentuhnya sama sekali " aku mau tapi cuman tiga sendok ya". Tawar Syabila

"Ini bukan di pasar nyonya Ray jadi tidak ada tawar menawar, oke?" Jawab Ray sambil terkekeh melihat ekspresi Syabila yang kesal.

Syabila menatap mangkuk bubur itu dan sekarang perutnya sudah bergejolak padahal Ray belum menyuapkannya bubur.

"Aaaaaa...".

Syabila menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum benar benar yakin akan menelan bubur itu.

"Ammm..." Syabila memejamkan matanya saat mulai menelan bubur itu.

"Gimana, enak kan sayang?"

Syabila mengangguk dengan terpaksa. Mulutnya bilang iya tapi perut tidak. Baiklah Syabila ini hanya satu mangkuk. Kamu pasti bisa. Batinya

Ray kembali menyodorkan sendok berisi bubur "aaaa...."

Syabila menutup mulutnya dengan punggung tangannya sambil menggeleng.

Mengejar HALALnya Syabila (SELESAI) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang