{2.2 ㅡ permulaan}

3.1K 524 32
                                    

"Lo bego apa gimana sih? Bisa-bisanya ngomong kayak gitu?" Omel Hana sambil mengobati luka di sudut bibir Woojin.

"A-ah, pelan-pelan dong."

"Ini udah paling pelan. Jangan cengeng."

"Iya iya," Woojin cemberut.

Mereka hanya berdua di uks. Hana menyuruh kak Ong pulang lebih dulu setelah menceritakan apa yang baru saja terjadi. Kak Ong hanya titip pesan agar luka Woojin cepat diobati dan jangan macam-macam karena ia pulang lebih dulu.

"Gue seneng deh, Na."

"Abis ditonjok gini lo seneng? Perlu gue bantu tonjok juga apa biar sadar?!" Hana mengepalkan tangannya dan pura-pura ingin menonjok Woojin.

"Gue udah sadar kok," Woojin menggenggam kedua tangan Hana dan menatapnya sambil nyengir.

"Kayaknya abis ditonjok gitu, lo jadi gila ya?"

"Gila karena lo mungkin sih."

"Gue pukul beneran nih!"

"Jangan dong. Nanti gue makin jelek."

"Syukur deh nyadar," ucap Hana cuek.

Woojin tersenyum, "Kalo diliat-liat, lo cantik juga."

"Dih apaan sih lo ah! Gue kan laki di mata lo," Hana menampik omongan Woojin.

"Gue seriusan loh. Dianggap bercanda mulu nih."

Hana cuma luarannya aja yang cemberut. Tapi dalam hati campur aduk rasanya, "Lo kalo ngomong ngaco lagi gue tinggal nih," ancam Hana untuk mengalihkan.

Woojin melepas genggamannya dan tiba-tiba memeluk Hana.

"E-eh apaan sih lek. Lepasin ah," Hana berusaha melepaskan diri. Namun gagal karena pelukan Woojin lebih kuat.

"Gue gabisa napas nih lama-lama."

Woojin melepaskan pelukannya dan nyengir gitu aja.

"Jangan bilang mau tinggalin gue makanya," Hana terdiam.

"Gue udah sadar, Na. Sepenuhnya," dan tanpa aba-aba, Woojin mendaratkan kecupan manis ke pipi Hana dan sukses membuat Hana mendelik.

Reflek Hana memegang pipinya, "Lo abis ngapain heh?! Ini pelanggaran namanya!" ada rasa tak terima dalam hatinya. Namun tidak sepenuhnya menolak.

Woojin mengacak-acak rambut Hana, "Udah yuk ah pulang," ajaknya. Dengan cuek ia menggendong tasnya lagi dan keluar dari UKS.

Hana yang masih di dalam cuma bisa teriak kesal, "Ya! Park Woojin!"

🍁🍁🍁

Park Woojin senyum-senyum sendiri di kamarnya. Ia tidak memperdulikan sakitnya luka hasil dari pukulan Jihoon. Juga tidak peduli akan tatapan sinis yang akan ia terima esok hari, tentu saja Guanlin yang melakukannya.

Ia yakin betul. Jihoon tidak akan diam saja mengingat ia benar-benar menyayangi adik sepupunya, Yeri. Apalagi Guanlin yang sepertinya benar-benar menjadi rival Woojin. Terlebih lagi, Guanlin siap menggantikan posisi Woojin menjadi orang spesial di hati Yeri.

Yang Woojin pedulikan hanya bagaimana ia bersikap pada Hana keesokan harinya. Saat pulang sekolah tadi, menjadi suasana yang sangat canggung antara mereka berdua.

Bodoh, kenapa gue malah kelepasan nyium dia sih ketimbang ngomong terus terang. Sesal Woojin yang sesekali meremas rambutnya sendiri.

🍁🍁🍁

Kak Ong is calling...

Hana buru-buru mengangkat panggilan masuk tersebut. Mamanya yang melihat cuma bisa geleng-geleng ngeliat anak gadisnya kayak gitu. Hana belum cerita ke mamanya perihal perilaku Woojin di UKS tadi.

"Halo, kak?" Sapa Hana.

"Ada yang gagal move on nih kayaknya?" goda Kak Ong tanpa basa-basi.

"Ih si kakak mah malah ngegodain gitu. Ada apasih kak? Tumbenan, aku kan lagi gapengen curhat udah ditelepon aja hehe"

"Oh, jadi kakak cuma dianggap temen curhat aja nih?"

"Apaan kak? Aku gadenger, aku tutup mata nih."

"Besok pulang sekolah temenin kak Ong, yuk!"

"Mau kemana?"

"Udah ikut aja. Nanti pulangnya kak Ong antar kok kayak biasa"

"Ih, kakak mencurigakan. Terus Woojin gimana kalo minta barengan?"

"Ya bilang aja kita mau pergi berdua."

"Nggak ah! Kak Ong aja yang bilang ke dia."

"Okay okay."

Begitulah obrolan singkat Hana dan kak Ong malam itu. Semoga saja besok berjalan lancar.

🍁🍁🍁

Okay agak gantung sih ya nulis segini 😂
Nikmatin dulu aja(?)
Vote dan comment juga yah⭐

a dream +Park Woojin ✔️Where stories live. Discover now