Bagian 23 : Flash Back pt. 2

30.4K 3.7K 558
                                    

Ji-Min menahan napas. Melihat Yoon-Ji yang bercerita dengan begitu ringannya justru membuat jantung Ji-Min bergerak tak teratur.

Yoon-Ji menoleh kepada Ji-Min. Alisnya mengernyit, bingung.

"Apa?"

Ji-Min terkejut dan salah tingkah. Ia membuang mukanya ke kanan, berusaha menutupi pipinya yang menanas.

"T-tidak! Lanjutkan ceritamu," ucap Ji-Min tanpa menoleh.

Yoon-Ji mengangguk. Untuk beberapa saat ia berusaha mengingat apa yang terjadi selanjutnya kepada ceritanya, setelah itu ia kembali bercerita.

"Ibumu bercerita banyak padaku. Tentang dirinya, Ayahmu, Chan-Yeol Oppa, dan dirimu."

Ji-Min menoleh dan menatap langsung mata Yoon-Ji. Yoon-Ji tidak mengelak dari tatapan itu dan memilih untuk melanjutkan ceritanya tanpa memgalihkan pandangannya.

***

[Flash back]

Tangan rapuh wanita itu masih membelai lembut rambut Yoon-Ji yang tergerai.

"Aku dulu tidak pernah mau memotong rambutku seperti rambutmu. Terlalu pendek. Aku tidak terlalu percaya diri."

Yoon-Ji mengangguk samar.

"Sayang sekali. Padahal menurutku Eommonim sangat cantik jika rambut Eomminim pendek sepertiku," ucap Yoon-Ji menyayangkan.

Mata wanita itu berbinar. "Benarkah?"

Yoon-Ji mengangguk penuh semangat. "Tentu saja!"

Wanita itu tersenyum ramah, membuat tubuh Yoon-Ji seolah dibanjiri oleh rasa hangat yang membuatnya tidak ingin waktu berjalan cepat.

"Nanti aku akan memotong rambutku kalau begitu!" ucap wanita itu penuh semangat.

Yoon-Ji ikut tersenyum. Dalam hati ia berbisik, betapa hebatnya wanita yang berada di hadapannya kini. Tidak mempedulikan selang infus dan selang oksigen yang kini sedang ia pakai. Bahkan pakaian rumah sakit yang saat ini tengah wanita itu pakai, semua berbanding terbalik dengan prilaku wanita itu.

Ternyata memang benar, wanita paling kuat adalah seorang ibu. Begitupula dengan orang-orang hebat.

Yoon-Ji menjadi mengingat sebuah kisah menyedihkan dari si jenius Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar.

Saat masih sekolah dulu, guru Edison memberikan surat kepadanya untuk diberikan kepada ibunya. Ibu Edison berbohong bahwa Edison terlalu jenius untuk bersekolah di sekolah kecilnya sehingga ia dikeluarkan.

Ibu Edison mendidik Edison menjadi seorang yang benar-benar jenius sehingga kita bisa mengetahui namanya saat ini.

Tetapi, setelah ibunya meninggal, Edison membaca surat yang pernah gurunya berikan dulu kepada ibunya. Edison menangis setelah membaca surat tersebut yang ternyata mengatakan bahwa Edison terlalu bodoh sehingga ia tidak diperbolehkan untuk sekolah lagi.

See? Seorang ibu memang hebat.

Tetapi ibu Yoon-Ji....

"Nak? Kau tidak apa-apa?"

Yoon-Ji menoleh kepada ibu Ji-Min yang terlihat khawatir. Alisnya berkerut takut dengan wajah cemas yang membuat Yoon-Ji ingin menangis.

"Kenapa menangis?"

Wanita itu menyentuh pipi Yoon-Ji lembut, lalu perlahan menariknya ke dalam pelukannya.

***

Park Jiminजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें