Bagian 7 : Morning Kiss

45.8K 5.2K 579
                                    

Tidak disarankan baca saat sedang berpuasa :'>

Kini aku sedang duduk manis di atas ranjang seraya menatap kosong jari manisku yang kini terhiasi oleh sebuah cincin sederhana, namun pernah aku lihat ada di sampul depan majalah dengan judul cincin pernikahan idaman setiap perempuan.

Hah? Apanya yang idaman? Idaman bagi mereka yang saling mencintai. Sedangkan aku dan si sialan itu? Bahkan ia pernah bilang bahwa ia baru mengetahui aku hidup setelah aku menyiramnya dengan es jeruk pertama kali.

Pintu kamar mandi terbuka, membuat aku menoleh dan melotot karena melihat si sialan itu hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Sedangkan tubuh bagian atasnya dibiarkan terekspos.

"Kya!"

Aku melemparnya bantal dan menutup mataku dengan kedua tanganku. Kini daftar bagian tubuhku yang ternodai oleh si sialan, Fuck Jimin itu bertambah. Oh Tuhan, setelah ini apa lagi?

Aku mendengar ia terkekeh pelan. Suara bahan yang cukup tebal terjatuh juga ikut terdengar. Setelah itu, kini ranjang yang sedang aku duduki terasa berat sebelah, seperti ada seseorang yang menidurinya.

Siapa lagi kalau bukan si Fuck Jimin sialan?

"Hei, sana menyingkir! Tidur di ruang tamu sana!" seruku seraya mendorong-dorong kakinya, mungkin. Aku tidak melihatnya karena aku masih menutup mataku.

Oh, aku lupa bilang bahwa kini kami tinggal di apartemen di gedung milik Tuan Park saat ini. Seolah mengurung angsa di dalam menara agar tidak lari kemana-mana.

"Kita kan sudah menikah, untuk apa tidur terpisah? Lagipula... malam ini kan seharusnya kau melayaniku," ucapnya dengan nada genit.

Ewh, menjijikan!

"Dalam mimpimu!"

Setelah berteriak, aku bangkit dan lebih memilih tidur di ruang tamu daripada harus tidur dengan dia.

Walaupun dengan alasan tidak sudi tidur dengannya sudah cukup kuat, namun dalam hati aku berteriak aku takut padanya. Aku belum mau memiliki anak diusiaku yang masih muda ini.

Eh? Anak? Aku ini berpikir apa sih?

Belum sempat berjalan satu langkahpun, aku merasakan tangannya menarik tanganku yang membuatku terhempas ke ranjang. Aroma menyegarkan dan beberapa titik air menggelitik wajahku.

"Buka matamu," bisiknya menggoda. Okei, dia memang menggoda dan kini aku sadar.

Bukan, aku bukan sadar ia menggoda. Aku sadar bahwa kini ia sedang berada di atasku dan menjadikan tangannya sebagai penyangga agar tidak menindihku. Dan... oh bagus! Jantungku berdegup kencang.

Tapi... ia memang menggoda sih.

Perlahan, aku membuka mataku. Aku langsung menatap matanya yang terlihat teduh. Rambut hitamnya yang basah membuat kesan keren dalam dirinya. Ah, jangan lupakan bibirnya yang agak besar dan memerah alami karena terkena air hangat.

Ah, lupakan! Tetap saja ia si sialan bagaimanapun tampannya. Eh, apa aku baru saja mengatakan ia tampan? Uh, kepalaku sakit.

Entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasakan kepalaku berat dan pandanganku memudar. Apa ini efek samping dari sihir yang mulai menghilang? Ah, tidak tahu.

Semuanya gelap.


Semuanya gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Park JiminWhere stories live. Discover now