Bagian 17 : Luka Lama

35.8K 4.6K 460
                                    

Jimin menatap kosong bangku yang beberapa menit lalu diduduki oleh seorang gadis yang ia cintai. Jimin mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengambil ponselnya yang bergetar dari dalam jaketnya.

Nama gadis itu membuatnya tenang. Namun, apa yang gadis itu tulis langsung membuatnya gelisah.

Yoonji❤ : Aku pergi bersama Chanyeol Oppa. Aku akan langsung pulang nanti. Jangan khawatirkan aku, aku akan pulang dengan selamat. Ah, aku mencintaimu >< Aku akan mematikan ponselku. Sampai jumpa.

Jimin tersenyum beberap saat. Tapi, tak lama kemudian ia memasang wajah kesal. Dengan langkah gusar ia berjalan keluar kafe dan pulang ke apartemen. Menunggu Yoonji seraya merebahkan diri di atas ranjang mungkin akan menyenangkan.

Namun, nyatanya tidak.

Setelah pulang dari kafe. Jimin merebahkan dirinya di atas ranjang. Beberapa kali ia meyakinkan dirinya bahwa Yoonji baik-baik saja dan berusaha terpejam. Namun, semuanya gagal. Ia bahkan masih tidak bisa terlelap walau sudah hampir tiga jam merebahkan diri di atas ranjang dan berusaha terpejam.

Jimin meraih ponselnya. Ia bangun dari ranjang dengan perasaan gelisah. Ini sudah hampir waktu makan malam dan tanda-tanda akan kepulangan Yoonji tidak ada sama sekali.

Dengan langkah gusar, ia berjalan mendekati lemari es dan meraih satu botol air dingin. Baru saja akan menenggak air dingin tersebut, suara bel berbunyi mengalihkan seluruh perhatian Jimin hingga ia berlari mendekati pintu dan tanpa basa-basi langsung membukanya.

Senyuman lebar Jimin perlahan memudar ketika menyadari bahwa orang yang menekan bel apartemennya bukanlah orang yang ia tunggu.

Jimin mendengus kasar dan menatap Seulgi yang sedang tersenyum kepadanya. "Ada apa?"

"Hanya ingin memastikan apa kau baik-baik saja atau tidak."

Jimin kembali mendengus. "Kau menyuruh Chanyeol Hyung membawa Yoonji, ya?"

Seulgi mengernyit sesaat. Tak lama kemudian ia menggeleng mantap.

"Tidak. Ah, itu artinya... Yoonji tidak ada di sini?"

Jimin meruntuki dirinya sesaat, tapi ia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Seulgi yang malah mengukir senyum indah di wajah cantiknya.

"Boleh aku masuk?"

"Memangnya ada urusan apa?"

Seulgi tersenyum dan mengamati setiap lekukan indah yang Tuhan ukir di wajah Jimin. Tangannya gemas ingin meraih kedua pipi besar Jimin. Apakah selembut dan sekenyal mochi? Atau lebih dari itu?

Namun, suara dehaman dari jarak yang tidak terlalu jauh dari mereka membuat keduanya langsung menoleh. Jimin gelagapan saat mengetahui Yoonji berjalan santai dengan tatapan tajam yang menatap dirinya dan Seulgi bergantian. Berbeda dengan Seulgi yang dapat mengendalikan ekspresinya menjadi lebih tenang.

"Ah, kau sudah p-pulang?" tanya Jimin saat Yoonji sudah berada tiga langlah di samping Seulgi.

"Tidak, aku belum pulang. Anggap saja aku tidak ada dan lanjutkan pembicaraan kalian. Atau... jika aku mengganggu, aku bisa pergi lagi."

Yoonji memutar tubuhnya dan melangkah pergi. Namun, Jimin menahan lengannya dan langsung memeluknya.

"Jangan pergi."

Ucapan Jimin membuat Seulgi membuang muka dan tersenyum miris. Bagaimana bisa Jimin melakukan itu di hadapan seseorang yang menyukainya?

Sementara Yoonji merasakan pipinya yang hangat karena pelukan Jimin menjadi semakin hangat karena perkataannya. Yoonji menekan bibirnya kuat-kuat, berusaha menyembunyikan senyumannya.

Park JiminWhere stories live. Discover now