Bagian 6 : Park Brothers

42.3K 5.3K 635
                                    

Yoonji menatap kagum kediaman Keluarga Park yang memang mirip istana pangeran. Dan Yoonji hanyalah angsa yang terjebak di sini karena raja telah membelinya dari penyihir jahat.

Jimin menarik tangan Yoonji untuk langsung memasuki rumah tanpa mengeluarkan koper milik Yoonji terlebih dahulu yang membuat Yoonji menahan Jimin.

Jimin menatap Yoonji dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?"

"Barang-barangku, bajuㅡ"

"Kau tidak akan membutuhkannya malam ini," ucap Jimin yang langsung menarik tangan Yoonji masuk.

Untuk sesaat Yoonji merasa kagum dengan kediaman Keluarga Park. Pilar-pilar dengan ukiran-ukiran yang unik, lantai marmer yang mengkilap, dan chandelier yang tergantung indah.

Jimin membawa Yoonji mendekati tangga. Namun, sebelum menaiki tangga, Yoonji kembali menahan Jimin.

"Apa maksudmu?" Yoonji menatap Jimin tajam. Jimin terkekeh pelan dan tetap menarik tangan Yoonji menaiki tangga.

"Kau tidak akan membutuhkan baju-bajumu malam ini, sayang," ucap Jimin seraya terkekeh.

Yoonji melotot dan menahan tangan Jimin lagi, kali ini cukup kencang hingga hampir membuat Yoonji terjungkal.

"A-apa?!"

"Ck! Berisik sekali!"

Yoonji mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengedarkan pandangannya untuk mencari sumber suara. Suaranya berat, namun tidak seberat Tuan Park.

Setelah beberapa kali menatap sekeliling, akhirnya Yoonji menemukan seseorang dari tangga teratas. Seorang pria jangkung dengan tampilan acak-acakan. Bertubuh kurus dan memiliki telinga yang lebih besar dari ukuran normal.

"Eoh, Hyung? Maafkan aku," ucap Jimin seraya menunduk.

Pria itu tidak menghiraukan ucapan Jimin dan malah menatap Yoonji tajam. Tak lama kemudian, sebelah sudut bibirnya terangkat sehingga menciptakan seringaian mengejek.

"Sudah berani membawa perempuan? Ternyata semua laki-laki di Keluarga Park yang terhormat ini memang bajiangan semua, ya? Lain kali tidak usah berteriak aku ini bajingan. Nanti malah terkesan bajingan teriak bajingan," ucapnya dengan kekehan dan pergi meninggalkan Jimin dan Yoonji yang membeku.

Untuk sesaat Jimin dan Yoonji hanya saling menatap satu sama lain. Lalu, Jimin menghela nafas dan menarik tangan Yoonji tanpa mengatakan sesuatu.

"Mau ke mana?" tanya Yoonji saat mereka sudah berada di lantai dua istana sang pangeran.

Yoonji dapat mendengar helaan nafas berat Jimin yang membelakanginya, kemudian Jimin berbalik dan tersenyum kepada Yoonji.

"Ke kamarmu. Kau pasti lelah karena kejadian hari ini, 'kan? Aku akan mengantarmu ke kamarmu, kemudian kembali ke kamarku. Ayo."

Jimin kembali menarik tangan Yoonji menuju sebuah pintu bercat putih yang mengkilap terkena cahaya lampu yang berada tak jauh dari posisi mereka.

Jimin membuka pintu tersebut, menyebabkan aroma harum aroma bunga lavender langsung menyeruak yang memanjakan indera penciuman Yoonji.

"Masuklah dan tidurlah. Besok kita masih harus sekolah. Selamat malam," ucap Jimin seraya mengusap puncak kepala Yoonji dan berjalan menjauhi Yoonji, menuju arah yang berlawanan.

Namun, baru sampai tiga langkah melangkah, Jimin berbalik dan tersenyum kepada Yoonji yang sedang merasa kebingungan.

"Besok... jangan lupa pasang plester di sana. Yang satu itu warnanya agak samar, jadi tutupi satu saja," ucap Jimin yang kemudian berlari dan memasuki sebuah ruangan yang berjarak tak jauh dari kamar yang Jimin bilang kamar Yoonji dengan pintu bercat sama dengan pintu kamar Yoonji.

Park JiminWhere stories live. Discover now