Mereka memaksa Alea untuk bercerita sampai akhirnya Alea memutuskan untuk bercerita.

Celetukan Arsen barusan membuat Trisa menjitak kepala cowok itu. Sementara Alea sebisa mungkin tertawa meski hanya terdengar seperti desisan.

Berhasil menjitak Arsen, Trisa pun duduk kembali di atas tempat tidur.

"Sebenernya yang dibilang Arsen bener sih," Trisa bergumam. Sementara Arsen menatap tak suka padanya.

"Terus ngapain lo jitak gue?!"

"Ya pengen aja." Trisa nyengir.

Arsen memutar bola matanya malas.

Jari-jari Alea sibuk memilin sarung bantal di pangkuannya. Trisa melihat tingkah laku sahabatnya yang aneh pun merasa ikut aneh.

Ia menghela napas panjang, lalu mengusap punggung sahabatnya. Meskipun ia tak tau apakah cara itu ampuh untuk membuat hati Alea membaik, tapi setidaknya ia mencoba.

"Kadang, demi supaya lo enggak jatuh ke hati yang salah, Tuhan matahin hati lo." Ucap Trisa tiba-tiba.

Alea tertegun.

Arsen mengangguk. "Tapi gue pernah baca, katanya kalau emang lo sama Galih itu jodoh, mau segimana pun dia nolak lo, pasti baliknya ya ke lo lagi,"

"Tumben lo tobat," celetuk Trisa yang dibalas decakan malah Arsen.

Mengangguk, Alea tersenyum kecil. "Lo mau bantu gue 'kan?"

"Buat?" Arsen dan Trisa bertanya bersamaan.

"Bantuin gue move on."

Hening beberapa detik.

"JELAS LAH, AL!" Teriak Trisa nyaring dengan Arsen yang juga sama nyaringnya. Alea sendiri bingung kenapa suara Arsen bisa sebegitu melengkingnya.

Arsen mengambil buku catatan kecil dari sakunya dan pulpen dari meja belajar. Cowok itu menuliskan sesuatu di atasnya.

Dua cewek di depannya mengernyit tak mengerti. "Ngapain sih? Nyatet dosa?"

"Enak aja! Penting nih!" Ia tak menatap Trisa sama sekali. Melainkan sibuk dengan catatannya.

Beberapa detik kemudian, Galih menaruh pulpennya, lantas tersenyum pada kedua sahabatnya.

"Langkah pertama buat move on adalah," Arsen memotongnya.

Ia membalikan buku kecil tersebut agar Trisa dan Alea bisa melihat tulisannya. Kedua gadis itu mengernyit namun tersenyum puas setelahnya.

"Jangan ketemu sama dia."

***

Malam hari, Alea habiskan untuk bermain ponsel di kamarnya. Yang ia lakukan hanya melihat instagram lalu LINE, kemudian twitter dan terus berulang kali begitu.

Matanya melotot ketika melihat postingan Galih yang baru.

"Mereka cocok ya," Alea bergumam. Tentu saja Alea cemburu melihat hal itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Membuat mereka berdua putus? Hah! Konyol.

Satu butir air mata mengalir dari pipinya. Semakin lama ia melihat foto itu, semakin lebar lukanya.

Cewek itu mematikan ponselnya. Mengusap air mata dan berbaring di kasur.

"Iya, lo emang cocok sama Venus."

"Lo maunya dia. Dan gue enggak akan pernah bisa jadi dia,"

Alea menutup mukanya dengan bantal dan membiarkan air matanya turun deras.

"Lo jahat, Galih."

***

Iya, Galih emang jahat :"

Iya, gue ganti judul karena menurut gue ini judul yang lebih nyambung (?) .-.

Vomments dont forgettt 💕

Lots of sate padang,
Kaylanyx.

PHPWhere stories live. Discover now