20

580 77 3
                                    


"Frieskaaa..." seruanku sama sekali tak menghentikan langkahnya. Dengan terpaksa aku menggengam pergelangan tangannya.

"Ada apa sih Ka? Aku mau latihan. Sensai sudah ada."

"Ada yang perlu aku jelasin Frieska. Aku ga mau kamu salah paham. Aku sama ve ga ada apa-apa. Aku hanya latihan saja, yang aku su...."

"Aku ga peduli." Frieska memotong ucupanku.

"Yang aku cintai bukan veranda." Ucapku. Aku menarik nafas mengumpulkan keberanian. "Aku cinta sama Ka..." ucapanku terhenti mengalihkan pandang.

Aku menatap sosok yang berada di depanku. Jelas bukan Frieska. Sosok mungil yang terhalanh tubuh Frieska.

"Kamuu." Lirihku pelan sembari menatapnya kemudian menunduk malu.

"Kamu suka aku?" Ucapan Frieska membuatku terkejut.

Jelas aku kaget. Karena tanpa aku sadari mengucap kata kamu. Ya yang kumaksud adalah Melody.

Aku memejamkan mata. Menarik nafas diantara kebingungan untuk memperjelasnya. "A..aku..." ucapku terbata.

"Hmmm" dehaman menyadarkan kami. Siapa lagi kalau bukan melody.

Veranda marah padaku saat lidahku keseleo mengatakan cinta malah pada Frieska. Dia sangat marah bukan karena kebodohanku tapi sikapku yang tegas dan terkesan ogois.

Maka dari itu aku bermaksud menluruskan kesalahpahaman ini denwgan mengantarnya pulang. Aku ingin meluruskan semua yang membengkok ini.

"Mpries, soaal yang tadi.. a..aku mau jelasin." Akhirny aku mulai mencoba. "Sebanarnya ak.."

"Aku ke kamar duluan dek." Pamit mbak imel. "Oh ya. Selamat ya buat hubungan kalian. Jangan lupa traktirannya buatku." Ucap Melody membuatku terdiam.

Sebuah tangan menepuk bahuki. Membuatku melihat kearah sang pemilik. "Jaga adikku ya. Aku percayakan dia sama kamu." Pesannya seakan aku dan Frieska telah resmi pacaran.

Dan karena ucapannyalah membuatku menjadi tak berkutik untuk meluruskan kembali keaalahpahaman yang bengkok ini.

Aku pikir aku masih memiliki peluang untuk ditolak. Tapi aku salah karena ternyata Frieska selama ini menyukaiku. Sosok yang dibicarakannya adalah aku.

Pikiranku berkecambuk. Jika aku berkata aku menyukai melody. Itu akan menyakiti Frieska. Sekaligus aku menyakiti melody. Maka kebodohanku dimulai saat itu untuk melihatnya bahagia aku tak ingin menghancurkan perasaan yang disayanginya. Maka dari itulah aku terjebak menjalin hubungan dengan Frieska. Semua karena tak ingin menyakiti melody.

Aku pikir itu akan buruk. Tapi ternyata tidak. Melalui Frieska aku bisa melihat Melody. Melalui Frieska aku dapat menunjukan perhatianku pada melody. Walau hanya sekedar membawa makanan untuk melody saat aku dan frieska hanya pergi berdua. Melalui hubungan ini pula aku menjadi memiliki peluang bermakan malam, atau terkadang mengantar melody jika ada kegiatan. Walaupun sering kali melody menolaknya tapi Frieska selalu berhasil membujuknya.

Dan yang terpenting adalah moment ulang tahunnya. Aku bisa merayakannya langsung dengannya. Tidak seperti dulu yang merayakan hanya di balik perayaan sts saja.

Awalnya aku berniat untuk menjadi orang yang pertama mengucapkannya. Tapi setelah aku mengetahui niatan Nabilah untuk mengucapkannya tepat 00.00 teng. Membuatku sedikit cemburu. Maka aku merubah strategi untuk mengucapkannya terakhir.

Aku jadi teringat dengan khayalanku dulu. Mengucapkannya di bukit berbintang. Sambil makan malam di bawah atap langit hitam berhias bintang teralun lagu romantis mengiringi candle light dinner kami. Aku sangat memimpikannya.

Kamu (Bukan) FanaWhere stories live. Discover now