10

639 78 25
                                    

Melody POV

"loh ko sepi?"ucapku menemukan apartrmantku yang kosong.

"ah mungkin Frieska lagi jalan sama Naomi. Tapi tumben gak pamit dulu." pikirku.

langkahku menuju kamarku.

'Huh' hembusan nafas kasar ketika tubuhku berbaring diatas tempat tidur.

Ku menatap langit-langit seakan mencari jawaban untuk kuberikan pada Cindy. Pertanyaan yang belum bisa ku jawab.

"Aku tak memaksamu untuk memberikan jawaban iya ataupun tak memaksa agar kamu menjawabnya sekarang. Mel aku akan menunggumu, menunggu jawaban darimu menunggu kesiapan dirimu." cindy menggenggam tanganku. "Aku mencintaimu Mel." ucapnya menatapku penuh keyakinan.

Kata demi kata itu masih terngiang ditelingaku. Aku seakan mengharapkan suara itu berasal dari adiknya. Bagaimana keadaan jadi seaneh ini? Aku mencintainya tapi dia dengan adikku sedangkan kakaknya menyukaiku?

Oh Tuhan, hububgan macam apa yang melibatkan kami? Ahh tidak maksudku, aku. Karena jelas diantara keempat perasaan itu perasaan akulah yang paling salah.

Tunggu! ada yang aneh dengan cermin meja riasku.

Aku berjalan mendekati meja rias. Sampai aku dapat memastikan sendiri keanehan itu. Cerminku penuh dengan tulisan. Coretan yang bukan berasal dari spidol atau alat tulisnya.

"Happy Birthday Kakak Tua."

Itulah tulisan dimeja riasku. Tulisan bermarna merah muda yang ku yakini berasal dari lipstikku.

Ingin Marah. Namun kutahan. Aku mengambil note kertas yang menempel disana.

"Sukses slalu ya... Sukses semuanyaa karier apalagii urusan cinta..hhe"

note berikutnya

"Semoga ga jomblo lagi yaah... masa kalah sama adiknya.hhe"

"oh iyaa ke rooftof yah. Ditunggu diatas."

Aku hapal betul pemilik tulisan ini. Tulisan ini milik Naomii.

Seketika dadaku terasa sesak entah karena bahagia atau apa. Yang jelas aku merasakan nyeri menusuk hatiku. Ada kilat menyambar dihatiku seakan penasaran akan maksud semua lakunya.

Tanpa membuang banyak waktu aku segera menuju lantai teratas apartemant.

Aku menemukannya yang terduduk menatap langit malam. Aku amati sekelilingnya.

Ada tikar yang menjadi alasnya. Tiga buah lilin menerangi. Dua set alat makan (piring, sendok garpu serta gelas).

Apa ini candle light dinner?
Berdua?

Apa ini mimpi?
Tidak. Tidak. Ini Tidak boleh terjadi. Ini salah. Jelas ini salah.

"Na..Naomi." Aku memanggilnya membuatnya melihat kearahku.

Naomi tersenyum. Entah mengapa ini adalah senyuman yang terindah yang pernah ditampakkannya.

"Duduklah!" perintahnya.

Aku menuruti perintahnya. Duduk di sampingnya.

"Malam yang indah bukan?" tanyanya aku mengangguk.

"Ya indah karena bersamamu." lirihku di hati.

Dia diam lagi. Tak ada obrolan diantara kami. Bisa kurasakan saat dia menarik nafas panjang seakan menikmati malam ini.

Aku menggosok jemariku yang dingin. Meniupkan udara dari mulutku pada telapak tanganku agar menghangat.

"Dingin yaa." Ucapnya tersenyum. "Ini pakai." Ucapnya memberikan jaket biru dongker miliknya.

"Ga usah Naomi kamu saja yang pakai." Tolakku karena aku pun tahu diapun merasakan kedinginan.

Aku tersentak kaget ketika dia memakaikannya padaku. Aku tak melepaskan pandanganku darinya. Dia mengambil rambutku yang menghalangi wajahku karena aku. Merapikannya dengan jemarinya.

"Tuhan jangan buat aku terlalu larut akan buaian matanya. Jantung ini mengapa begitu berdetak? Jika dia milikku sudah kutautkan bibir ini dibawah cahaya malam."

"Makanan siaaap" suara adikku mengejutkanku.

Aku refleks menjauh dari Naomi. Sedangkan dia langsung mendekati Frieska dan membantunya.

"Sini pikaa aku bantu. Ehmm baunyaa enaak." Ucapn Naomi.

Pika? Ahh pasti panggilan sayang Naomi.

"Kita siapin makan malam ini buat perayaan ulang tahun mbak. Ini special dari kami." Frieska antusias sembari menyajikan makanan.

"Kok piringnya cuman dua?" Tanyaku heran.

"Kita makan sepiring berdua kak." Jawab Naomi tersenyum pada Frieska. "Biar ngurangin cucian piring juga." Iseng naomi sembari tertawa.

Akhirnya acara makanpun dimulai. Aku memakan makananku sedangkan mereka berdua saling menyuapi.

Sebenarnya kejutan macam apa yang mereka siapkan? Ingin memamerkan kemesraan dihadapanku? Atau sebenarnya Naomi menyadari perasaanku dan ingin aku tahu bahwa yang dia cintai adalah Frieska?

"Kejutan macam apa ini? Mencoreti cermin kamarku pakai lipstikku lagi." Gerutuku.

Mereka tertawa bersamaan dengan gerutuanku.

"Ituu urusannya sama ka Naomii yaa. Aku cuman kasih ide makan malem bareng aja." Frieska menuduh kekasihnya.

"Hehe maaf ka Mel nanti aku bersihin deh." Ucap Naomi.

Aku hanya menjadi penonton keberasamaan mereka. Menyaksikan tawa mesra keduanya. Lagi dan lagi aku terjebak dalam keadaan menyakitkan ini tapi melihat senyum kedua sosok yang kusayangi menyirnakan sedikit sakit hatiku.

Kami menikmati malam kueratka jaket Naomi yang melekat ditubuhku. Mencium aroma dirinya yang masih melekat dalam jaket. Hangat.

Sedangkan Frieska menyenderkan kepalanya pada Naomi. Menjadikan bahu Naomi sebagai bantalannya. Naomi merangkul bahu Frieska sedangkan Frieska memeluk pinggangnya.

Sebuah lagu menemani malam sepi ini. Lagu yang mengalu dari handphone Naomi.

Kasih dengarkanlah aku
kini hatiku yang berbicara
resah yang ada di jiwaku
ingin ku lalui bersamamu

karena ku yakin cintaku
hanya tercipta untukmu
takkan pernah sirna
hingga akhir waktu

sejujurnya ingin ku katakan saja
dari hati ini, ku mencintaimu
ku harapkan kau mengerti dan percayakan hatimu
semuanya kini terserah padamu

sayang maafkanlah aku
bila ku tak selalu di sisimu (di sisimu)
namun percayalah kasih hatiku hanya untukmu
tiada yang lain yang menggantikanmu

Entahlah lagu siapa tapi lagu ini seakan suaraku untuknya.

"Lagu siapa ka?"

"Adera-dengarkan hatiku." Jawab Naomi

Apa kamu mendengar hatiku Naomi?

"Pikaa dingin yaa." Ucap Naomi. "Sini aku angetin."

Aku memperhatikan Naomi mengusap kedua telapak tangannya. Satu menit kemudian telapak tangannya menyentuh kedua pipi Frieska. Keduanya saling menatap.

Aku bernjak dari duduk. Tanpa berpamitan langkahku menjauh. Aku terhenti ketika sebuah tangan menghentikan langkahku.

"Selamat tambah tuaaa ka Mel." Ucapnya.




Tbc

Sati part lagi untuk Melody berbicara.

Kamu (Bukan) FanaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora