19

585 76 18
                                    

Akan banyak kejadian flash back selama Naomi berbicara. Izinkan dia berbicara.

***

Naomi pov

Setelah acara theater berakhir aku mengunjungi Veranda di apartemantnya tentunya untuk membagi kisahku ini seperti biasanya.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanyaku pada sahabat yang sedari awal mengetahui perasaanku pada melody.

"Kamu pikir aja sendiri." Ucapnya tertidur membelakangiku. "Apa benar-benar ga ada niatan memperbaiki hubunganmu dengan Frieska? Dia terlalu baik untuk kamu sakiti Shinta."

"Verandaa aku mengatakan kebenaranya. Pada diaa.. pada pujaanku."

"Apa kamu gila?" Kulihat veranda bangun dari tidurnya menatapku tak percaya.

"Aku memang gila veranda. Mencintainya hampir sama lamanya dengan usiaku berada di JKT. Apa ada orang yang bisa bertahan begitu lama dengan cintanya? Aku gila menahannya terlalu lama."

"Kamu sadar shinta pengakuanmu takkan merubah apapun. Kecuali kalau sedari awal memiliki niatan merusak hubungan kakakmu."

"Aku ingin veranda. Ingin melakukannya tapi aku terlalu pengecut melakukannya."

"Cih" veranda mendengus kesal dan pergi meninggalkanku.

Aku menatap langit-langit kamar veranda. Warna biru sangat mendominasi ruangan ini. Boneka stich berjejer memenuhinya.

Aku menatap ruangan ini seakan menapat hamparan langit luas. Langit yang tenang memiliki cerita tersendiri di malam hari. Seperti aku. Hubunganku yang tenang selama ini dengan frieska memiliki malamnya. Malam yang gelam bersumber dari perasaanku yang lainnya. Ya perasaan cintaku pada Melody.

Sudah lama aku memendam perasaan ini. Sosok yang selalu mengalihkan duniaku.

Debar kencang yang bergema di dada. Tiap berjumpa dirinya Bercampur rasa yang ada. Hatiku selalu bertanya tentangnya. Dia adalah definisi bahagia yang selalu ku nanti.

Definisi bahagiaku sebenarnya sangat sederhana. Asalkan dia selalu tersenyum. Melihat dia. Melihat dia tersenyum. Semua hanya tentang dia.

Seperti di saat veranda mengajakku makan. Bukan sebuah ajakan makan biasa karena di tempat itu kami sedang menanti kedatangannya. Ya restourant jepang itu kami berdua memang sengaja kesana, mengetahui tempat yang akan melody kunjungi dari shania yang keceplosan pada Kinal dan Kinal yang bercerita pada Veranda. Hingga akhirnya aku bisa makan siang bersamanya. Dan berkali-kali aku ungkapkan kebahagian itu, melalui veranda.

Bukankah berlebihan berkata senang hanya untuk sekedar makan siang? tapi ini tidak. Rasa senanhnini yak bisa digambarkan walaupun berkali-kali aku mengungkapnya.

Ya ini definisi bahagiaku yang sederhana.

Aku ingat pada kata-katanya yang menitipkan Frieska padaku. Dalam hatiku sangat senang mendapatkan kepercayaan itu. Dia mempercayakan sosok yang disayangnya padaku. Maka dari itu aku menjaga Frieska dengan sepenuh hatiku seakan aku menjaga Melody jika dia di sisiku. (Ada di part dua ya)

Seperti apa yang ku lakukan pada frieska yang mengejar tahu bulat. Itu semua ku lakukan untuk melody untuk menarik perhatian melody. Bukankah akan lebih mudah menarik perhatian Melody melalui Frieska?

Sebenarnya pada saat itu aku ingin mengatakan perasaanku yang sebenarnya.. "aku suka kaa...." sayang lampu hijau tak bersahabat membuatku mengurungkan diri menyatakan perasaanku untuk melody pada adiknya.

Begitupula saat okta menyatakan perasaannya pada Frieska. Aku bukan cemburu. Tapi aku sedang melindunginya sebagai seorang kakak. To the point dengan penolakkan Frieska. Dibanding nanti Frieska menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti okta. Lagi pula aku tahu yang Frieska sukai bukan Okta.

Kamu (Bukan) FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang