Bab 40 Benar?

8K 1.1K 37
                                    

Sirius menatap Bintang yang masih tertidur lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sirius menatap Bintang yang masih tertidur lelap. Mereka berada di sebuah kamar yang berbau obat dan semuanya berwarna putih.
Hati Sirius mencelus melihat Bintang akhirnya terbaring rapuh di atas brankar.

Seharusnya mereka sedang berada di dalam kamar penginapan mereka di Jalan Mataram, Malioboro. Mereka sudah berhasil sampai Yogya. Perjalanan yang sangat melelahkan itu berhasil mereka tempuh.

Bintang juga sangat antusias di setiap perjalanan. Istrinya itu bahkan tampak sangat sehat.

Tapi Sirius merasa bersalah karena ternyata Bintang hanya menutupi semuanya. Saat mereka baru saja akan tertidur setelah perjalanan panjang, Bintang mengatakan kalau perutnya sedikit sakit dan mual.

Dengan  cepat Sirius membawa Bintang ke rumah sakit yang ada di dekat tempatnya menginap.

Dan ternyata Bintang terlalu lelah. Ada flek yang membuatnya harus bedrest selama beberapa hari di sini. Sungguh, Sirius mengutuki dirinya sendiri telah membuat Bintang dan calon buah hati mereka sakit.

"Kenapa kamu selalu berpura-pura kuat Bin. Kamu itu lemah dan butuh perlindungan."

Sirius mengulurkan tangan untuk mengusap rambut Bintang. Istrinya itu tampak damai dalam tidurnya.

Tiba-tiba suara dering ponsel membuatnya tertegun. Dia memang masih mengaktifkan ponselnya untuk memantau perusahaan yang ditinggalkannya beberapa hari ini. Bagaimanapun juga dia masih punya tanggung jawab.

Sirius beranjak berdiri dan menjauh dari Bintang. Melangkah menuju jendela yang ada di dalam kamar itu. Hari masih sangat pagi saat ini, dia menatap semburat kekuningan sinar mentari yang mulai bersinar menembus ventilasi di dalam kamar ini.

Sirius sendiri merasa lelah, tapi tidak bisa beristirahat setelah mengetahui kondisi kesehatan Bintang semalam.

"Ya halo."

Sirius menempelkan ponsel di telinganya. Dia kini bersandar di dinding dan menatap Bintang.

"Sialan kamu! Bintang kamu bawa lari kemana?"

Itu suara Adrian. Kakaknya Bintang itu meneleponnya saat ini. Sirius langsung menegakkan tubuhnya. Dia tidak mungkin berbohong lagi tentang kondisi Bintang saat ini.

"Kami di Yogya. Dan maaf Bintang sedang..."

Sebelum meneruskan ucapannya dia tiba-tiba melihat Bintang mengerjapkan matanya dan menatapnya.

Sirius melihat Bintang kini menggelengkan kepalanya dengan samar. Membuat Sirius mengernyitkan keningnya.

"Berani-beraninya kamu bawa lari Bintang ke Yogya aku akan membunuhmu!" itu umpatan Adrian di ujung sana. Tapi Sirius tidak mempedulikan hal itu. Dia melangkah mendekati brankar dan mengecup kening Bintang dengan begitu lembut.

"Morning honey. Maafkan aku."

Sirius menatap Bintang yang kini tersenyum meski wajahnya masih begitu pucat.

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang