Bab 21 puzzle

8.7K 1.2K 41
                                    

Bintang masih meraba, dan juga mengumpulkan semua prasangka yang berupa serpihan-serpihan sesuatu yang menuju bukti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bintang masih meraba, dan juga mengumpulkan semua prasangka yang berupa serpihan-serpihan sesuatu yang menuju bukti itu. Semuanya masih seperti puzzle bagi dirinya. Rio masih misteri yang sulit untuk di ungkap.

Untuk menemukan ada apa di balik ini semua, Bintang harus lebih bersabar. Dia bertekad untuk itu. Meski dia sendiri jadi terforsir pikirannya dengan semua ini. Saat menyadari tubuhnya tidak sanggup lagi, dia akhirnya menyadari kalau dia tidak boleh memforsir semua pikirannya hanya untuk mengetahui bagaimana sebenarnya seorang Sirius.

Hatinya sebenarnya sedih saat Rio mengatakan dia menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi apa Bintang belum bisa menebaknya.

Saat kemarin dia dinyatakan terlalu kelelahan fisik dan mental sehingga berefek kepada janinnya. Bintang tahu kalau dia butuh seseorang untuk berbagi pikiran dengannya. Tapi siapa?
Dia tidak mau semua orang mengetahui apa yang menjadi prasangkanya saat ini.

Rio. Tentu saja pria itu merasa bersalah kepadanya saat mengetahui dia harus bedrest di rumah sakit. Semalaman suaminya itu menjaganya. Bahkan sepertinya tidak tidur. Karena tadi pagi saat Bintang terbangun, Rio tampak begitu kelelahan.

Sebenarnya Rio tidak mau berangkat kerja hari ini. Tapi tentu saja Bintang memaksa. Akan menjadi penghalang untuknya kalau Rio masih berada di sini. Karena Bintang tahu, pria itu hanya mengasihinya. Dan dia tidak perlu itu semua.

Merasa bosan Bintang akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Dia kini duduk di kursi taman yang ada di depan bangsalnya.

Bintang sebenarnya ingin memberi tahu Mama dan papanya. Tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.  Tak mau membuat kedua orang tuanya itu bersedih. Toh dia juga tidak apa-apa  hanya sedikit kelelahan.

Menghirup udara segar siang ini, cuaca di luar memang sedikit mendung. Sehingga sinar matahari terasa hangat menerpa kulitnya. Bintang mengedarkan pandangannya ke arah taman yang tidak begitu luas ini.

Tepat di depannya ada kolam ikan di hiasi dengan air mancur di bagian tengahnya. Bintang sendiri suka menatap anak-anak kecil yang sedang berlarian di atas rumput hijau yang terbentang di depannya. Damai terasa.

"Bintang?"

Seketika suara seseorang yang dikenalnya membuat Bintang terkejut. Dia segera menoleh ke arah belakangnya. Dimana dia memang sedang duduk di sebuah kursi besi berwarna putih yang ada di bawah pohon beringin yang ada di taman ini.

Marsha sudah berjalan mendekati kursi tempatnya duduk. Pria itu tampak menatapnya dengan kernyitan di dahi dan tampak begitu bingung.

"Bintang. Kamu kenapa ada di sini?"

Marsha sudah langsung menanyakan itu saat dia melihat piyama yang dikenakan Bintang. Seragam piyama ini memang dikhususkan untuk pasien yang di rawat di rumah sakit ini.

Bintang menghela nafasnya saat akhirnya Marsha duduk di sebelahnya. Sungguh dia tidak menyangka kalau akan bertemu Marsha di sini.

"Jangan bilang kalau kamu yang dirawat di sini?"

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang