Bab 04 Dingin!

10K 1.2K 40
                                    

Bintang merasa gamang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang merasa gamang. Dia tidak bisa memejamkan matanya lagi saat mendengar igauan Rio. Ini pasti salah. Bukankah Rio bilang dia tidak sempat mempunyai kekasih? Dia terlalu sibuk bekerja?

Bintang masih belum lupa ucapan Rio saat perkenalan mereka. Baru semalam dia merasa menjadi wanita paling beruntung. Tapi detik ini, dia merasa orang yang sepertinya terlalu terburu-buru. Dia memang  belum mengenal sepenuhnya sosok Rio.

Tubuhnya terasa begitu lelah. Sinar mentari pagi tampak mengintip dari kisi- kisi ventilasi yang ada di dalam kamar hotel ini. Harusnya dia bahagia. Ini impiannya bulan madu di Alexandria. Kota terbesar kedua setelah Kairo di Mesir ini. Tapi entah kenapa hatinya terasa begitu hampa. Setelah ucapan Rio semalam.

Dia memang belum beranjak dari balik selimut. Dan menyadari kalau Rio sudah terbangun dan sekarang berada di dalam kamar mandi. Suara gemericik air membuatnya langsung membuka mata. Dia memang memejamkan mata, tapi tidak tidur.

"Kamu mandi ya? Habis ini kita akan berkeliling." Suara Rio yang tegas membuat Bintang menggeliat dan kini menoleh ke arah Rio yang hanya berbalut handuk di bagian tubuh bawahnya. Memamerkan dada bidang yang Basah karena air.

Tubuh itu sempurna. Seperti pahatan patung dewa Yunani. Dan Bintang menelan ludahnya. Tidak bisa memungkiri kalau tubuh itulah yang memberikan kenikmatan kepadanya semalam.

Bintang kini membenarkan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Dia sudah memakai piyama tidurnya. Dan kini Rio bahkan tidak menatapnya saat pria itu duduk di tepi kasur di sebelahnya. Dan mulai sibuk untuk mengambil baju di dalam koper yang di letakkan di samping ranjang big size itu.

"Ehmm bisakah aku tidur lagi. Aku masih terlalu lelah." Ucapannya baru membuat Rio menoleh. Pria itu baru saja memakai kaos polo berwarna hitam.

"Bintang. Kita kesini bukan untuk tidur. Percuma jauh-jauh ke sini hanya untuk tidur di atas kasur. Ayo angkat tubuh malasmu itu, mandi. Dan aku akan menunjukkan keindahan Alexandria. Lagipula aku ingin ke perpustakaan terbesar di sini. Ayo wake up. Manis."

Rio mengucapkan itu dengan datar. Bahkan sebuatan manis di ujung ucapannya tidak membuat Bintang nyaman. Kemana sikap lembut Rio sebelum sampai sini?

Bintang mencoba untuk bangun dan kini duduk menegakkan tubuhnya.
Menatap Rio yang mulai mengenakan celana jinsnya itu.

"Kamu semalam mabuk saat mengajakku bercinta dan kamu sempat mengigau. Menganggapku seperti orang lain. Siapa yang kamu ajak bercinta dan selalu ingin kamu peluk?"

Untuk sesaat Bintang menahan nafasnya. Dia sudah mengatakan itu kepada Rio. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa rrsaahnya. Dan untuk sesaat dia melihat Rio membeku. Berdiri diam di tempatnya.

Tapi kemudian pria itu tersenyum. Yang pastinya terlihat begitu kaku.

"Owh. Kamu jangan terlalu memikirkannya. Aku mungkin sedikit mabuk, tapi igauan itu cuma bunga tidur. Itu wajar Bin. Aku memang suka mengigau kalau aku kelelahan." Lalu Rio mendekat ke arahnya. Menunduk untuk mengecup keningnya dengan singkat.

"Sekarang hilangkan pikiran burukmu itu dan mandilah. Aku akan mengurus semuanya."

*****

Rio memang memaksanya akhirnya. Meski tubuhnya terasa begitu lelah. Tapi toh dia juga tidak mau bergelung saja di atas kasur. Sementara tour mengasyikkan tersedia di depannya.

Kali ini Bintang mengagumi kemegahan Benteng Qietbey. Benteng yang bagian ujungnya menjorok di lautan Mediterania itu memang begitu indah.

Rio yang kali ini menjelaskan semua sejarah dari benteng itu membuat Bintang kagum. Pria itu sepertinya juga cerdas.

"Bagaimana kamu tahu semua ini?" Bintang sangat penasaran dengan penuturan Rio. Dan pria itu tampak tersenyum puas.

"Aku pernah belajar di Al Azhar. Tempat ini sudah tidak asing lagi untukku. Dulu,.." Rio tampak melamun. Bintang menunggu. Tapi Rio sepertinya tenggelam dalam kenangan.

"Rio." Sampai akhirnya Bintang menyentuh bahu Rio. Pria itu tampak terkejut, tapi lalu menyugar rambutnya yang hitam legam itu.

"Kita teruskan perjalanan kita." Rio menatapnya untuk sesaat dan kemudian langsung melangkah mendahuluinya. Lenyap sudah kenyamanan Bintang. Pria itu kembali ke mode dingin.

****
Meski merasa senang karena Rio akhirnya membawa berkeliling kota indah ini. Bintang tidak bisa mengabaikan kalau Rio bersikap menjaga jarak dengannya. Pria itu tampak asyik sendiri.

Bahkan tiap sampai di tempat yang mereka kunjungi, Rio seperti mengenang sesuatu.

Tidak ada ucapan mesra layaknya pasangan yang sedang berbulan madu. Mereka hanya seperti seorang teman yang berpikinik bersama.

Hampir malam saat mereka sampai di kamar hotel mereka lagi. Bintang langsung masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan diri. Sedangkan Rio juga tampak lelah dan merebahkan dirinya di atas kasur.

"Iya. Aku tidak mungkin melupakanmu. Tenanglah."

Bintang tertegun saat dia mendengar suara itu. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Dan melihat Rio kini memunggunginya dan berdiri di depan jendela besar yang memberikan pemandangan  lautan lepas di luar sana.

"Aku tak pernah lupa kenangan itu. Jangan takut. Tadi aku baru saja mengenang semuanya. Selalu dan selalu."

Jantung Bintang seperti diremas saat mendengar nada lembut itu. Rio menelepon siapa?

Bersambung

Yuhuuuuu yuk ah votement...

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang