32

1.8K 197 41
                                    

"Anak buahku sudah mengecek jadwal penerbangan hasilnya Blue tidak ada pergi ke luar kota maupun ke luar negeri."

"Kita tidak bisa menyebarkan profile Blue, dampaknya akan menjadi bahaya pada dirinya, mereka akan berlomba-lomba mendapatkan Blue."

"BAJINGAN!"

"Calm down, dude."

Aku menatap sinis pria tua di hadapanku, bukan, bukan tua hanya saja rambutnya sedikit memutih di dekat telinganya, tanganku mengepal ingin meninju wajahnya yang mulai keriput, tua bangka ini memang mempunyai mulut seribu seakan-akan telingaku ini tebal mendengar celoteh-celotehnya.

Aku menyulut batang putih yang lebih berharga daripada celotehan pria tersebut, mataku tak lepas dari gerak-gerik bartender yang sedang melakukan juggling dengan botol minuman kosong, aku melemparnya dengan bungkusan rokok yang sudah kosong.

"Satu botol lagi," pintaku membuatnya menatapku penuh tanya, aku tahu bartender itu berpikir aku gila, sudah lima jam aku berada di sini dengan tiga botol fortified wine.

"Kau tidak dengar bartender murahan?" hardikku mengebrak meja membuat beberapa pengunjung menatap heran ke arahku.

Bartender tersebut hanya mengangguk singkat mengambil satu botol dan berjalan ke arahku, ia menaruh di sebelahku namun belum sempat ia berjalan aku menyiram wajahnya dengan minuman yang ia taruh di sebelahku.

Matanya membulat kaget dengan apa yang aku lakukan, aku menatapnya tajam membanting botol kosong tersebut di sebelahnya. Aku menarik kerah seragamnya melayangkan pukulan telak di rahangnya. "Jika aku katakan berikan, ya berikan, jangan sampai aku memanggilmu sebanyak dua kali, paham?"

Ia tak menggeleng ataupun mengangguk, matanya menatapku takut tapi aku tak peduli terlalu banyak beban yang aku pikul ditambah bartender ini tak mendengar apa yang aku mau, aku bisa membayarnya lebih dari gaji yang ia dapatkan.

Aku melempar tubuhnya sehingga tubuhnya tersungkur, ringisannya terdengar saat aku lihat beling kaca melukai sikunya. Aku menendang lututnya membuatnya bertambah meringis, sialan rasanya aku ingin melampiasan emosiku padanya.

"Tuan Styles!"

Aku menoleh sedikit melihat Jacob--pemilik bar-- mencegahku yang ingin menendangnya lagi.

"Jangan tendang dia, dia anak baru yang baru bergabung. Dia tidak tahu bahwa kau pelanggan setia bar-ku."

"Peduliku apa?" tanyaku meludah tepat di sebelah pria yang tersungkur tersebut.

Jacob tak membalas ucapanku ia lebih memilih membantu bartender tersebut, aku melihat darah segar mengalir dari sikunya, telingaku menangkap ringisannya saat Jacob tak sengaja menyentuh lukanya.

"Aku yang berasalah, maafkan aku, Tuan."

Aku hanya menatapnya datar tanpa peduli dengan ucapannya. Jacob dan bartender tersebut berjalan pergi tapi aku dapat menangkap bartender itu memohon pada Jacob dengan suara bergetar.

"Hubungi isteriku, katakan bahwa aku lembur hari ini. Aku tidak bisa menemaninya pergi ke dokter kandungan."

"Kau yakin?" tanya Jacob.

"Seratus persen, Tuan Jacob, biarkan aku membersihkan lukaku kemudian aku kembali bekerja."

Dokter kandungan. Isteri.

Oh. Dosa apa yang telah aku perbuat pada bartender tersebut, ia berusaha mencari nafkah untuk keluarganya sementara aku pria brengsek yang menghancurkan kebahagiaan mereka.

STAY || H.S✔Where stories live. Discover now