23

2.1K 221 135
                                    

Pagiku sangat suram, beberapa berkas yang harus ku urusi tidak habis-habisnya, bangunan yang aku rancang di paris belum mendapat ijin 100% membuatku benar-benar pusing, dan yang membuatku ingin segera pulang adalah mengingat dua orang yang ku sayangi merindukanku.

Edward tidak pernah berhenti menghubungiku dimalam hari sebelum ia tidur dan Blue selalu mengirimi aku pesan hanya untuk mengungkapkan rasa rindunya dan mengingatkan ku untuk makan. Memang terlihat biasa, namun percayalah saat orang yang kau cintai mengirimi pesan sederhana seperti itu apapun yang rasa pahit menjadi manis karna mendapat perhatian yang di berikan meskipun hanya lewat pesan singkat.

Mataku menatap tumpukan berkas-berkas yang tebal, kalau bukan tanggung jawabku sebagai pemilik perusahaan yang akan dibangun mungkin aku akan memilih liburan bersama Edward dan Blue.

Berakhir sudah memberi tinta hitam berbentuk tanda tanganku pada kertas yang ada dihadapanku, ini kertas yang terakhir setelah itu aku akan pergi ke Amerika untuk urusan kerjasama, setidaknya aku akan meninggalkan Paris dan kembali nanti jika sudah saatnya.

Suara ketukan pintu membuatku menoleh, pria paruh baya menatapku dengan tatapan hangatnya, kedua tangannya membawa 2 cangkir yang aku bisa tebak itu adalah kopi favorite kami berdua. Langkahnya berhenti tepat di depan mejaku, tanpa perlu ijin ia sudah duduk di hadapanku masih dengan senyum yang sama.

"Terlalu sibuk," ucapanya memberiku segelas cangkir.

Aku terkekeh kemudian menerima cangkir tersebut, hidung mancungku menghirup aroma kopi tersebut, benar dugaanku pria tua ini tidak pernah lupa apa yang aku suka. "Aku benci mendengar kalimat itu," balasku terkekeh kemudian menyesap kopi.

"Kau perlu istirahat, tinggalkan pekerjaan ini selama beberapa jam."

Aku menggeleng menaruh cangkirku kemudian mengambil ponselku. "Aku sudah lama meninggalkan Bradford, hari ini penerbanganku ke Amerika," jawabku kemudian menyerahkan ponselku pada pria di hadapanku, "aku merindukannya."

Pria tersebut menatap layar ponselku sambil tersenyum, ibu jari kanannya mengelus wallpaper ponselku. "Berapa usianya?"

 "Berapa usianya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Enam tahun. Kau ingin bertemu dengannya?"

Pria tersebut menoleh ke arahku cokelatnya menatapku sedikit melotot mendengar kalimatku. "Bergurau?" tanyanya terkekeh kemudian menghela napasnya, "apa hanya aku saja yang boleh menemuinya?"

Alisku bertautan tidak mengerti arah pembicaraan pria tua ini, menyadari tingkahku yang tidak paham pun ia berkata. "Aku akan mengunjungi Edward nanti bersama-nya. Bagaimana?"

Tawaku terdengar seperti paksaan pecah mengerti maksud ucapan pria ini. "Terserah," balasku, sebenarnya aku tidak ingin, "baiklah, aku harus bersiap-siap. Supirku akan menjemputku." Aku berbohong, karna aku tidak ingin berada lama-lama jika pada ujungnya membahas masalah itu lagi.

STAY || H.S✔Where stories live. Discover now