Ken diam mencoba menyimak cerita Keyra

"Mobil itu berhenti tepat di depan aku. Karena bingung sekaligus takut akhirnya aku mecoba lari dari sana. Mungkin karena kalah cepat akhirnya orang yang keluar dari mobil itu langsung manangkap aku dan berusaha buat bawa masuk aku ke dalam mobil."

Melihat Ken yang sudah berniat ingin berbicara, Keyra langsung menahannya dengan isyarat tangannya. Hingga akhirnya Ken kembali bungkam dengan sejuta pikiran berkecamuk nya. Wajahnya pun terlihat khawatir, terlebih lagi Ken baru menyadari akan luka memar di dahi Keyra yang masih membiru.

"Dahi lo.." kata Ken

Keyra tak menanggapi, ia justru malah ingin melanjutkan ceritanya saja dan tak menanggapi ucapan Ken. Keyra pikir Ken akan diam saja, ternyata tidak, Ken justru mendejat ke arahnya dan memegang dahinya itu hingga membuat Keyra meringis.

"Ini kenapa Keyra, jawab!" kata Ken

"Siapa orang yang mau culik lo?!" kata Ken lagi

"Keyra jawab!" desak Ken membuat Keyra mengerjap sedikit takut karena melihat Ken yang terlihat marah

"Dengerin aku dulu!" sentak Keyra

Ken yang merasa salah pun akhirnya mengalah, ia kembali duduk seperti semula. "Sorry, lanjutin."

Keyra menghela napasnya, "Arifan."

Ken yang merasa tak mengerti dengan ucapan Keyra pun hanya mengernyit, terlebih lagi Keyra sama sekali tak melanjutkan ucapannya lagi. "Maksud lo?"

"Arifan yang mau culik aku." kata Keyra membuat Ken menahan napasnya sebentar, matanya terlihat melebar karena merasa tak percaya dengan ucapan gadis di depannya kini. Ini benar-benar tidak mungkin.

"Maksud lo apa bawa-bawa Arifan dalam urusan ini?" kata Ken tak terima karena Keyra membawa nama temannya dalam urusan keji seperti ini.

"Bukannya bermaksud membawa nama Arifan, tapi kenyataannya memang orang yang mau menculik aku itu Arifan." jelas Keyra

"Memang sulit untuk di percaya, awalnya pun aku sama sekali nggak percaya sama hal ini. Tapi ketika aku buka topeng yang di pakai orang itu, aku melihat dengan mata kepala aku sendiri bahwa itu memang Arifan. Dia yang mau menculik aku." sambungnya

Ken menggeleng tak percaya, "Nggak mungkin, lo bohong sama gue." katanya

Keyra menggeleng, "Kamu bilang aku bohong? Ken, buat apa aku membuat sebuah skenario pembohongan dengan membawa nama Arifan atau mungkin teman-teman kamu yang lain yang bersangkutan dengan Andra? Untuk apa? Untuk mencari perhatian atau mungkin sebagai cara balas dendam aku atas pengusiran Andra dari rumahnya, begitu?" kata Keyra

"Ken, pikiran aku nggak sebusuk itu. Aku memang kecewa karena Andra mengusir aku dari rumahnya. Tapi aku nggak punya sedikit pun pikiran untuk membalas rasa kecewa aku itu. Karena apa? Karena aku mengakui bahwa memang aku salah dalam hal ini. Maka dari itu aku nggak mungkin ngelakuin hal licik apalagi membawa nama orang lain di dalamnya."

"Ken, aku nggak butuh kamu percaya sama aku. Yang terpenting, aku udah mencoba bicara jujur sama kamu. Aku cuma mau mengingatkan, sesolid-solidnya seorang teman tak selama ia bisa tetap dalam ke-solidannya. Sikap dan pikiran setiap orang akan berubah ketika memang sudah saatnya. Maka dari itu, aku harap kamu bisa untuk membedakan."

Ken terdiam untuk mengartikan maksud Keyra. Pikirannya benar-benar berkecamuk sekarang. Kenapa bisa Arifan? Maksudnya apa?

"Aku memaklumi kalau seandainya memang kamu nggak bisa langsung percaya. Tapi aku bisa membuktikan kalau apa yang aku ucapkan itu benar adanya."

"Terakhir, tapi proses penculikan Arifan malam itu gagal. Aku nggak tau setelah itu ceritanya seperti apa, karena ketika aku sadar, aku udah ada di rumah Mario. Mario mengaku bahwa dia yang menolong aku dari penculikan Arifan malam itu. Awalnya aku nggak percaya, tapi ternyata memang benar, Mario menolong aku dari Arifan."

"Setelah kejadian itu aku menganggap bahwa Mario itu baik, tapi setelah aku tau alasan dia menolong aku itu apa, aku jadi merasa bodoh. Mario hanya ingin memanfaatkan aku."

"Hingga akhirnya aku pergi secara diam-diam ketika Mario sedang tidak ada di rumah, dan akhirnya aku bertemu kamu di jalan tadi."

Keyra bangkit dari tempat duduknya, hatinya terasa perih ketika merasa bahwa Ken juga sama sekali tak mempercayai nya. Keyra tau bahwa hal ini memang sulit untuk di percaya. Tapi....

Keyra menghela napas, "Kalau gitu aku pamit, terimakasih karena udah bawa aku jauh dari rumah Mario." kata Keyra membuat Ken diam mematung

Keyra berjalan keluar, namun ketika tangannya hendak meraih pintu. Keyra merasa tangannya di pegang oleh Ken. "Lo mau kemana?"

Keyra menggeleng, "Pergi."

"Lo tinggal disini, gue yakin disini aman buat lo." kata Ken yang entah mengapa membuat sudut bibir Keyra tertarik ke atas

"Ken.." lirih Keyra

"Gue emang belum bisa sepenuhnya percaya sama apa yang lo omongin tadi, tapi setidaknya gue akan mau percaya sama lo, kalo lo bisa buktiin itu semua. Karena gue yakin, lo nggak mungkin mengarang cerita sampai sebegitunya. Tapi tetap, gue butuh bukti secara langsung." kata Ken membuat senyum Keyra mengembang

"Aku pasti akan buktiin itu semua sama kamu. Tapi tolong….” Keyra menggantungkan ucapannya sebentar, “Aku juga butuh bantuan kamu.”

***

Setelah urusannya selesai, Mario langsung pulang ke rumah, jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari, dan Mario baru saja masuk ke dalam rumah. Suasana pun sangat sunyi, Mario langsung menghampiri kamar Mama nya untuk memastikan bahwa Ibunya itu tertidur lelap.

Setelah membuka pintu, kepala Mario melongok masuk ke dalam dan menemukan Mama nya yang tertidur pulas sambil memeluk guling. Mario bernapas lega lalu menutup pintunya kembali.

Setelahnya Mario langsung menaiki anak tangga untuk memasuki kamar di sebelah kamarnya yang di tempati oleh Keyra. Entah dorongan dari mana, Mario justru malah membuka pintu kamar nya yang di tempati oleh Keyra. Mario menatap ke arah tempat tidur lalu masuk ke dalam.

Mario menatap ranjang tempat tidurnya yang di tempati oleh Keyra, ada sedikit rasa geli dalam dirinya ketika melihat Keyra yang memakai selimut hingga menutupi seluruh tubuh sampai kepalanya.

Mario menatap ke arah air conditioner yang menyala. Sudut bibirnya tertarik ketika mengetahui bahwa mungkin saja Keyra kedinginan. Mario menggeleng pelan, kalau memang merasa kedinginan kenapa AC nya tidak di matikan saja, pikirnya.

Mario meraih remote AC lalu menekan tombol off disana. Setelahnya ia kembali menaruh remote itu di atas nakas lalu kembali menatap Keyra yang berada di bawah selimut.

Tangannya terulur untuk membuka sedikit selimut, Mario ingin melihat wajah Keyra. Namun apa daya, setelah ia membukanya, justru disana hanya ada sebuah guling yang ternyata menyerupai seseorang.

Mario menarik kasar selimutnya, bersamaan dengan itu ada sebuah kertas yang muncul dari balik selimut. Mario mengernyit lalu mengambil kertas itu dengan kasar. Mario membaca isi di kertas itu. Seketika wajahnya berubah marah, rahangnya mengeras pertanda ia sedang kesal.

Mario berteriak keras sambil mengumpat kasar, "Argh, DASAR NGGAK TAU DIRI!"

***

Salam manis,
-Hun

ANDRA (Revisi)Where stories live. Discover now