PROLOG

27.1K 1.4K 12
                                        


Di lapangan luas, terlihat seorang anak laki-laki tengah berlari mengejar bolanya sambil tertawa riang. Ia menggiring bolanya pelan sesuai kebisaannya dalam bermain bola. Niat awalnya yang ingin menendang bola itu agar masuk ke gawang, sirna sudah ketika melihat bola plastik yang di tendangnya justru malah berbelok arah, karena terbawa angin yang memang sedang berhembus kencang.

Ia menutup mulutnya kaget ketika melihat bola yang di tendangnya itu mengenai seorang anak perempuan seumuran nya yang tengah berdiri di sudut lapangan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum akhirnya berlari menghampiri anak perempuan itu yang sedang mengelus kepalanya.

"Aduh, maaf ya.. aku nggak sengaja." Kata anak laki-laki itu ketika ia sudah sampai di depan anak perempuan yang sempat terkena bola yang di tendangnya tadi. Ia menggaruk belakang kepalanya, bingung sekaligus takut.

Anak perempuan itu menatapnya sesaat, sebelum akhirnya tersenyum lebar, "Nggak-papa kok, hehe." Katanya sebelum akhirnya membungkuk untuk mengambil bola yang ada di depan kakinya. "Ini.." tangannya terulur untuk memberikan bola itu

Anak laki-laki itu menatap sebentar bolanya, ia menatap kembali anak perempuan itu sebelum akhirnya mengambil bola miliknya. Anak perempuan itu tersenyum manis sebelum akhirnya berbalik pergi meninggalkannya. Dalam hati ia mendesah lega karena perempuan itu tidak marah atau bahkan menangis lalu berniat mengadu pada Ayah atau Ibunya. Ia menghela napas.

Baru saja kakinya hendak melangkah darisana untuk pergi ke tengah lapangan lagi, namun kaki telanjangnya seperti menginjak sesuatu hingga membuatnya mengaduh kecil dan mengangkat kakinya lalu menunduk ke bawah.

Ia mengernyit ketika menemukan sesuatu berwarna cokelat di sana. Ia mengapit bolanya di lengan kiri, sedangkan tangan kanannya terulur untuk mengambil sesuatu berwarna cokelat itu. Ia tak tau ini apa, hanya saja benda yang di pegangnya ini memiliki gantungan di ujungnya. Bentuknya aneh.

Ia membulak-balik benda itu sebelum akhirnya teringat akan anak perempuan tadi. Jangan-jangan...

Ia menatap lurus ke depan, sudah tak ada lagi anak perempuan itu. Ini milik dia atau bukan? Ia menatap gantungannya lagi, menggenggam nya, lalu mengendikkan bahunya acuh. Berhubung gantungannya masih bagus, lumayan juga digunakan untuk resleting tas nya.


***


Prolog nya beda ya? hehe jangan kaget oke.

Cerita Andra versi cetak emang aku revisi mati-matian sampe jungkir balik-jungkir balik, anjaiii... apasih:v

Untuk konflik nggak jauh beda sebenernya, tapi kalo untuk ending udah pasti beda yaaa, hehehehe. Ini bakal aku publish bertahap, semoga ada yang setia:*

Ketjup mwah:*

01 September 2018,

Hanisa.

ANDRA (Revisi)Where stories live. Discover now