"Lo anak baru belagu banget sih!" bentak sebuah suara yang dikenalnya.
"Tahu diri sedikit dong jadi orang, sama kakak kelas tuh yang sopan!" sahut suara lainnya.
Tari baru saja selesai merapikan laboratorium, sebagai ketua club robotic Ia sering kali pulang paling terakhir. Sekolah sudah terlihat sepi, seingatnya semua ekskul seharusnya telah selesai sekitar satu jam yang lalu.
"Denger nggak lo?!" Suara lain terdengar dari arah kelas.
Tari bergegas menuju sumber suara. Tari mengintipnya dari celah pintu. Shanon dan ganknya terlihat mengelilingi seorang gadis. Dari posisinya sekarang, Tari tak mampu melihat siapa gadis yang sedang mereka kerubuti, tapi Tari tahu apa yang sedang mereka berempat lakukan terhadap anak itu.
"Ada apa nih rame-rame?" tanya Tari.
Shanon dan tiga temannya terlonjak. Mereka tak menyangka ada yang menyaksikan semua itu.
Tari mengembangkan senyum. "Kok belum pada pulang?"
"Udah, lo nggak usah ikut campur!" ucap Shanon.
"Sana pulang lo, Mentari!" usir Brenda.
Bukannya berbalik dan pergi Tari justru masuk ke dalam kelas dan mendekati seorang gadis yang sedang menangis. Tari tak mengenal anak itu, namun Tari menduganya sebagai salah satu anak kelas 7 yang baru masuk beberapa minggu lalu.
"Pulang yuk." Tari merangkul gadis yang sedang menangis itu.
"Gue bilang jangan ikut campur!" Shanon berdiri di depannya menghalangi jalan.
"Minggir! Atau gue akan laporin ini ke guru-guru dan kalian akan diskors." Tari mendorong Shanon agar menyingkir.
Shanon dan teman-temannya terlihat gentar karena ancaman Tari.
"Udah jangan nangis. Mereka cuma iri karena kamu lebih cantik. Ini, lap dulu air mata kamu, nggak enak kalau ada yang lihat," ucap Tari sambil mengulurkan tissue.
Ia tak berkomentar lagi. Di ujung matanya, dia masih dapat melihat Shanon dan teman-temannya saling berbisik. Dia tak tahu apa yang sedang dibicarakan, tapi ia tahu mereka akan berpikir ulang tentang perbuatannya atau mereka akan berhadapan dengan ancaman Mentari.
___
Genre : Teenlit
YOU ARE READING
Kumpulan yang Terserak
Short StoryKumpulan flash fiction yang sering saya tulis di facebook dan beberapa grup kepenulisan. Sebagai pengingat atas apa yang terserak. Karena setiap karya bernyawa.
