Aku memandangi langit yang tak wajar gelapnya. Ini sudah jam 7 pagi tapi langit masih segelap subuh tadi. Tidak terlihat tanda-tanda hujan ini akan berhenti dalam waktu dekat. Namun jika tidak segera berangkat seluruh jadwalku pasti berantakan.
"Kan sudah kubilang tadi, pakai payung."
Kehadiran Alkha yang mendadak mengejutkanku.
"Aku tidak mau payung basah itu nantinya mengotori mobil." Ujarku ketus.
"Kalau begitu pakai jas hujan saja." Godanya.
"Bisa kusut nanti bajuku." Keluhku.
"Dasar manja." Ucapnya.
Alkha merebut kunci mobilku dan berlari ketengah hujan. Dia tahu aku tak mungkin mengejarnya. Aku benci hujan. Terlebih hujan yang turun tak sesuai jadwal. Januari semestinya bukan lagi musim hujan. Musim hujan seharusnya berlalu seiring habisnya bulan ber-ber-ber.
Mobilku berhenti tepat di depanku. Alkha membuka pintu mobil dan segera keluar, merebut semua barang ditanganku dan meletakannya di kursi belakang. Belum sempat aku melemparkan protes tentang jok mobilku yang basah Alkha membuka kaus kuningnya, menampilkan tubuh atletisnya yang memukau, dengan santainya mengeringkan jok mobilku dengan kausnya itu.
"Sudah kering, kamu bisa berangkat kerja sekarang. Hati-hati dijalan. Jangan lupa, nanti sore kita ada janji dengan dokter kandunganmu."
Alkha mengecup keningku dan berlalu.
Ah, dia pasti akan menjadi ayah yang sempurna, jika saja aku mampu memberinya anak.
___
Genre : Romance
YOU ARE READING
Kumpulan yang Terserak
Short StoryKumpulan flash fiction yang sering saya tulis di facebook dan beberapa grup kepenulisan. Sebagai pengingat atas apa yang terserak. Karena setiap karya bernyawa.