Cinta Tak Pernah Salah

173 7 0
                                    

Bunyi tapak kakinya sudah terdengar. Senyum mengembang di wajahku. Penantian ini akhirnya berakhir, aku akan segera memeluknya kembali. Aku berdiri mencari asal suara tapak kakinya, sambil membersihkan gaunku yang terkena tanah. Aku ingin terlihat sempurna di matanya. Meski aku tahu dia mencintaiku bukan karena wujudku.

"Adena, merunduk!" serunya.

Tak perlu diperintah untuk kedua kalinya aku segera merunduk. Aku merasakan sebuah anak panah meluncur ke arahku namun meleset.

"Adena, cepat naik kepunggungku!"

Aku meraih lehernya dan segera naik ke punggungnya. Di belakang kami beberapa sosok mengejar. Panah demi panah diarahkan kepada kami.

"Jangan menengok ke belakang, Adena. Pegang aku kuat-kuat." Suara Darius terdengar gusar.

Aku tahu Darius mencintaiku. Meski dia bukan penyair terbaik dari kaumnya, bukan pula yang terkuat, namun dia memperjuangkanku di tengah hinaan dan cemoohan dari para centaur lain.

Sebuah panah melesat mengenai kaki kiriku. Aku mengaduh. Darius kehilangan konsentrasinya sesaat namun kemudian melesat lebih cepat menghindari kawan-kawannya yang kesetanan. Beberapa panah lain menerjang, mengenai betis dan lenganku. Peganganku terlepas dan aku terlempar dari punggung Darius.

Segerombol centaur muda berhenti beberapa meter dari tempat kami berada. Busur-busur mereka telah diturunkan. Namun pandangan menghina itu masih jelas terpancar.

"Biarkan dia mati, Darius!" ucap Akili, pemanah terbaik di kaumnya.

"Kalau dia mati aku akan memburumu hingga ujung dunia!"

Raungan kemarahan Darius membuat beberapa centaur mundur. Namun tidak dengan Akili.

"Coba saja jika kau bisa," balas Akili sambil meludah ke tanah.

Darius tak mengindahkannya. Dia menatapku lembut. "Maafkan aku, Adena."

"Bukan salahmu, Darius," ucapku lembut sambil mengusap wajahnya.

"Picisan!"

"Akili, jika aku membalasmu, kamu tahu kau akan langsung mati saat ini juga."

"Bicara seolah kau berani melakukannya, Gorgon!" Akili mengucapkannya dengan nada mengejek.

Aku bangkit berdiri. Mencabut panah yang tertanam di lenganku kemudian berjalan ke arah Akili.

"Sudah bosan hidup rupanya?" ucapku sesaat sebelum Akili membatu.

"Sudah bosan hidup rupanya?" ucapku sesaat sebelum Akili membatu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

___
Genre : Romance Fantasy, Mitologi

Kumpulan yang TerserakDonde viven las historias. Descúbrelo ahora