Keyra tersenyum dan hendak melangkah lagi menghampiri Mario, namun langkahnya terurung ketika mendengar suara Mario. Keyra mendongak, sepertinya dia sedang bertelepon.

Keyra menghela napas, lebih baik ia menunggu saja disini sampai Mario selesai menelepon. Keyra bersandar pada dinding sambil menatap ponselnya yang mati.

"Tenang aja, gue bakal peralat cewek ini. Karena gue tau, Andra sayang banget sama dia."

Keyra mendongak, ia menatap ke arah dimana Mario duduk, posisinya masih sama. Dan setelah mengetahui bahwa itu memang benar suara Mario, rasanya ia ingin menangis sekarang juga.

Keyra merasa matanya memanas ketika mengetahui kebenaran atas apa yang di lihatnya sekarang. Tak ada yang salah dari pendengaran nya, justru keyakinan dirinya untuk mencoba mengelak lah yang salah. Ternyata benar, kebenaran yang di dengar langsung oleh telinga sendiri justru akan memberikan sebuah kepuasan lebih. Walaupun terkadang efeknya berbeda-beda. Dan yang di rasakan Keyra saat ini adalah kecewa.

Awalnya Keyra ingin memupuk sedikit demi sedikit sebuah kepercayaan, meng —enyahkan ragu yang selalu membuatnya berada di titik kebingungan yang parah. Tapi setelah Keyra berhasil memupuk, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya kembali terombang-ambing dan hancur seketika.

Keyra jadi merasa bahwa ia sudah salah. Ternyata benar pernyataan yang mengatakan bahwa jangan terlalu percaya jika tak mau kecewa. Karena hal yang terlalu tidak akan pernah baik nantinya.

Namun jika sudah terlanjur seperti ini bagaimana?

"Suruh yang lain buat tetap cari informasi tentang Andra, jangan sampai dia tau kalo cewek nya ada disini. Karena mau bagaimana pun juga, gue mau jadiin cewek ini buat memancing kemarahan Andra. Intinya, gue nggak akan ngelepas cewek ini."

Keyra menahan napasnya sebentar, satu tangannya yang memegang pintu berjenis di geser kesamping pun tak sengaja sedikit bergeser karena terdapat dorongan dari tangannya itu. Parahnya, geseran dari pintu itu menciptakan suara decitan pintu yang membuat Keyra terkejut.

Keyra berdiri dengan panik, matanya melebar ketika merasa bahwa Mario sepertinya mendengar suara decitan pintu tadi. Dengan panik Keyra berbalik dan berjalan cepat masuk ke dalam.

Mario pun yang memang mendengar suara decitan pun menoleh dan mengedarkan pandangannya. Terakhir ia menoleh ke belakang tapi tetap tak menemukan apapun. Mario mengernyit memandang ke sekitarnya. Mata tajamnya terus mengedar ke sekeliling, terutama ke arah pintu.

Hingga akhirnya ia kembali ke posisi semula, dan berucap beberapa kata lagi di telepon sebelum akhirnya menutupnya dan bangkit berdiri lalu melangkah pergi darisana untuk masuk ke dalam rumah.

Mario memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, sesampainya di pintu ia langsung masuk ke dalam sambil mengedarkan pandangannya. Tak ada siapapun. Mario mengangkat sebelah alisnya sebelum akhirnya mengendikkan bahunya acuh lalu melangkah dari sana.

Mario melirik jam di pergelangan tangannya. Ia tersenyum tipis, rasanya ia sudah sabar. Tangannya pun sudah terasa gatal ingin cepat-cepat beradu dengan rahang seseorang. Mario mendengus geli, mungkin ini sudah waktunya. Karena jika malam-malam seperti ini tak akan ada yang bisa mencurigai.

Mario berjalan santai, tapi sebelum itu Mario harus memastikan Mamanya terlebih dahulu. Walaupun sebenarnya tadi Mario sudah sempat menemani Mamanya hingga beliau tertidur, tetap saja Mario takut jikalau Mamanya tiba-tiba bangun dan keluar dari kamar.

Namun niat Mario terurungkan sekejap, langkahnya terhenti ketika mendengar suara piring yang saling berbentur pelan. Mario menoleh ke arah dapur, alisnya bertaut jelas pertanda bahwa ia merasa ada sesuatu di dalam sana.

ANDRA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang