Chapter 25 : Terpaksa.(end)

6.5K 273 19
                                    

Chika terus menerus menangis. Ia merasa diculik saat ini. Ya, tentu ia diculik. Apalagi namanya kalau bukan ditarik secara paksa, dimasukkan kedalam mobil yang membawanya menjauh -yang bahkan ia tak tau dibawa kemana.

Chika menarik kedua sisi rambutnya. Ia merasa akan gila sebentar lagi menghadapi sifat Farel yang sampai kapanpun ia tidak akan pernah mengerti.

Ia berbeda dengan Farel. Dan perbedaan itu tidak akan bisa membuat mereka saling melengkapi. Mereka hanya akan saling mendorong. Menjauh, tanpa mereka sadari.

Jika Farel menarik kuat dirinya agar terus bersama disisinya, ia juga bisa terus berusaha berlari menjauh. Dan bagaimanapun, hubungan mereka tidak akan pernah ada kemajuan, atau kemunduran. Kecuali salah satu dari mereka menyerah.

Kepala Chika menggeleng berkali kali, saat ia tau, bahwa ini adalah batas kotanya. Yang berarti, ia dibawa keluar kota oleh Farel. Walau terbilang cukup dekat, tapi itu sangat menakutkan jikalau tiba tiba Farel menurunkan dirinya dientah berantah.

***

Jantung Chika berdetak tidak karuan saat Farel mengendarai mobilnya dalam kecepatan penuh. "K--kak, pelan pelan!" Chika berteriak frustasi.

Chika tidak tau apa yang harus dilakukan. Jalan ini memang cukup sepi, namun itu tidak menjamin bahwa mereka tidak akan mengalami kecelakaan.

Dengan bermodal tekad sekuat baja, Chika berusaha menarik tangan Farel dari stir mobilnya. Ini memang berbahaya, mereka bisa saja jatuh kedalam sawah sawah yang berada di sekeliling jalan ini.

Namun, menurutnya itu lebih baik. Daripada harus mati karena Farel menabrak salah satu dinding yang berdiri kokoh di depan mereka, lalu mobil ini terbakar bersamaan dengan terbakarnya tubuh mereka.

Mobil Farel oleng. Dengan kasar, Fare mendorong tubuh Chika, sehingga badan Chika terbentur pintu mobil. "Akhh.." Chika meringis.

Farel menghentikan mobilnya. Napasnya memburu. Ia menoleh kearah Chika yang masih mengusapi punggungnya. "Jadi pacar gua".

Ini lagi. Chika bosan mendengarnya. Ia terlalu muak mendengar kata pacar yang keluar dari mulut Farel.

Untuk apa Farel meminta kalau dia tidak pernah mendengar pilihan Chika.

Dengan kesal, Chika menggeleng. "Gak mau. Gue bisa mati muda kalau pacaran sama orang kasar kaya lo" katanya tanpa menatap Farel.

Mata Farel melebar. Ia sedikit terkejut. Ia merasa, bahwa ia tidak pernah sekasar itu pada Chika. Oh, mungkin mendorong tadi adalah kekasaran pertamanya.

Farel mengangkat salah satu alisnya, "Serius? Yaudah" katanya.

Mata Chika melebar. Segampang itu? Tidak seperti biasanya.

"Kalau gitu, "Farel melanjutkan. Ia memainkan gas mobilnya, "Kita mati bareng aja, ya?" tanyanya dengan wajah polos.


Mata Chika melebar. TIDAK SEGAMPANG ITU TERNYATA. Dan, Chika baru sadar, kalau mobil ini berhenti tepat bermeter meter dari dinding yang berdiri kokoh itu.

Kepala Chika menggeleng geleng, "Jangan! Kalo mati beneran bahaya,  kak! Aku belum ngabarin mamah sama abang! Nanti mereka kesusahan nyari mayat aku! Duh, ini dimana sih? Biar aku kasih tau dulu! Handphone aku juga kemana?!" Chika bergerak tidak nyaman di tempatnya. Berusaha mencari letak ponselnya.


Jika saja tidak mementingkan harga dirinya, Farel mungkin saat ini sudah tertawa. Oh, ayolah. Mana ada mau mati ngabarin dulu. Mending kalau beneran mati, kalau gagal? Kan malu.

Farel berdehem untuk mencegah tawanya keluar. Farel memundurkan mobilnya beberapa meter menjauh dari tembok, sebelum kembali menekan gas, "Bye world!".


Mata Chika melebar, "Kakak! Ampuun. Berentiii!" Chika berteriak.

Farel menghentikan mobilnya secara mendadak. Dahi Chika menghantam dashboard mobil, sehingga dahinya sedikit memerah.


Farel menoleh. Oh, Chika kembali terluka. Namun, itu bukan salahnya kan?. "So, gua udah berenti. Gua harap, jawaban lo kali ini gak bikin gua pengen ngancurin tubuh kita berdua lagi" katanya.

Chika terisak isak. Ia tidak mau menjawab. Siapa tau, karena Farel kesal menunggunya. Farel jadi berubah pikiran.

Namun, kesalnya Farel bukan berubah pikiran. Ia memukul stir mobil, membuat Chika berteriak karena terkejut."TINGGAL JAWAB IYA LO LAMA BANGET SIH!".

Dengan menelan pil pahit. Dengan menyerahkan masa mudanya yang masih panjang pada Farel, Chika mengangguk. "Kita, pacaran" kata Chika dengan terpaksa.

Karena memang ini akhirnya. Farel yang memaksa. Dan Chika yang selalu terpaksa.

Selalu ada salah satu sisi yang diuntungkan, sedangkan sisi lainnya selalu dirugikan.

Selalu ada sisi gelap, padahal ada sisi terang yang lebih mendominasi.

Baiklah, kali ini Chika mengizinkan Farel untuk berbahagia. Dengan cara yang Farel inginkan. Karena peran Chika adalah sebagai korban.

Dan sampai kapanpun, korban tidak akan pernah merasakan manis.

Chika berperan menjadi orang yang tersakiti, padahal ia adalah peran utama di cerita ini.

Akhir cerita ini adalah Chika.

Chika yang berharap, bahwa 'Cinta datang karena terbiasa' berlaku di dalam jalan hidupnya.


END

***

Awokwokwokwok
Tiga part dalam satu hari. Keceh

So, good bye lapak ini. Love u. SETELAH INI TIDAK ADA REVISI LAGI YA.

CAPE AKU.

TAPIKAN, MASIH ADA EXTRA PARTNYA. SO TUNGGU.

ADA DUA PART LAGI YANG WAJIB KALIAN BACA. OKE

Look at Me! [ New Version ]Where stories live. Discover now