LEMBARAN BARU

6.4K 196 20
                                    

Masa itu telah ku lewati
Saat-saat terpahit dalam hidup ku
Sekarang telah ku tutup buku usang itu
Dan berganti menuju lembaran baru

***

Ify menatap bangunan besar di hadapannya, sekarang Ify berada di tengah-tengah halaman Universitas Imperial College London. Dia baru saja masuk ke Universitas ini, bukan hal yang mudah memasuki salah satu Universitas terbaik di London ini. Ify harus mengikuti berbagai macam tes dan juga harus mahir berbahasa inggris.

Setelah puas melihat bangunan megah di hadapannya, Ify kembali melangkahkan kakinya. Ia harus mencari fakultas musik, tapi dengan bangunan sebesar dan seluas ini apa ia akan menemukan fakultasnya dengan cepat?

Ify melirik jam tangan silver yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, pukul 08:00 waktu London. Itu artinya satu jam lagi kuliah akan dimulai.

Ify menyusuri koridor yang sepi, dimana semua mahasiswa disini? Kenapa ia tak menemukan satupun mahasiswa yang bisa ia tanyai. Kebingungan sedang melanda Ify saat ini, bagaimana ini? Bagaimana jika ia terlambat masuk di hari pertamanya? Ia pasti akan dicap sebagai majasiswi yang tidak mematuhi peraturan. Peraturan disini sangat ketat, siapapun yang melanggarnya tidak akan mendapat toleransi. Mereka akan langsung dikeluarkan dari sini.

"Hai, a..aap..pa yang se..se..dang ka kau laku...kan disini?"

Ify tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya. Ify menoleh kebelakang, ia melihat seorang mahasiswa berkacamata minus berbentuk bulat, rambut yang klimis, kemeja yang dimasukkan dalam celana dan dikancing semua hingga leher, bahkan Ify juga melihat sisir kecil berwarna merah yang ada di saku kemejanya.

"Emm..... Aku sedang mencari fakultas ekonomi, apa kau tahu? Tanya Ify pada mahasiswa yang tadi mengaggetkannya.

"Oh fak fakultas e..konomi.... It itu ad ada di lantai tiga, se semua fakultas di disini be berada di lan...tai du dua dan ti tiga. Lantai sasasa satu khussus un...untuk tem tempat olahraga dan exstrakulikuler" ucap mahasiswa itu tergagap-gagap.

"Oh, ya udah makasih ya. Oh ya kenalin aku Alyssa Sifyna, panggil aja Ify" ucap Ify ia mengulurkan tangannya.

Mahasiswa itu mengusap rambutnya kebelakang, kemudian menggosokkan tangan kanannya kesamping celana seperti ingin membersihkan kotoran, lalu ia meniup telapak tangannya itu.

"Hhahh hahh.... Ke kenalin ak a.. aku Obiet Ga galuh Hardik...tya, panggil saja Ob biet. Aku dari fakultas hu..hu..hukum.. Kau yang dad dari Indone sia it itu kan" ucap mahasiswa bernama Obiet menerima uluran tangan Ify.

Ify mengangguk "Ya sudah aku ke atas dulu, bye Obiet" pamit Ify.

"Bye Fy..." balas Obiet malu-malu.

***

Rio menuruni tangga, jika biasanya pukul segini ia sudah rapi dengan pakaian kantornya berbeda dengan sekarang. Rio hanya memakai kaos oblong putih dan celana boxer saja, karena dia sekarang sudah menjadi pengangguran.

"Ya ampun Rio..... Kok belum siap juga sih.... Cepet mandi terus pakai baju yang aku gantung dibelakang pintu kamar mu" ucap Gabriel saat melihat penampilan Rio yang tidak sedap dipandang.

"Ngapain sih mandi segala males tau nggak, dingin..." tolak Rio.

"Rio cepat jangan membantah, atau kau ku lempar ke kolam renang sekarang"

Rio berdecak, Gabriel itu memang senang sekali mengancam orang.

***

Pak Athana tengah berbincang serius dengan seseorang yang ada dibalik telepon, entah apa yang sedang dibicarakan oleh pria itu. Kini wajah Pak Athana yang semula begitu serius sedikit menyeringai seolah rencana yang disiapkannya berhasil

"Lakukan lah sesuai rencana, jika gagal langsung ke rencana kedua" Ucapnya pada seseorang dari balik telepon kemudian menutup teleponnya begitu saja.

Entah apa rencana yang disiapkan oleh Pak Athana, kemungkinan rencana ini berhunbungan dengan Rio, sejahat-jahatnya Rio dia tetap anaknya. Pak Athana tidak mungkin membiarkan Rio terjatuh begitu saja seperti ini. Terlebih semua yang didapatkan Rio merupakan hasil keringatnya sendiri tanpa campur tangannya.

"Papa akan membantu mu Rio, bersabar lah" Lirih Pak Athana.

***

Shilla mengendarai motor maticnya dengan kecepatan sedang, dia akan ke rumah Via hari ini. Sejak Ify tak lagi di Indonesia mereka jadi jarang berkumpul.

Shilla mengendarai motornya sambil bersenandung, karena terlalu asyik bernyanyi ia tak melihat jika didepannya ada seseorang yang sedang menyebrang.

Tinn... Tiinnn.... Tinnnnn......

"Awass... Minggiirr..." teriak Shilla sambil mengarahkan tangannya menyuruh orang itu minggir.

Braakkk....

Namun nasib mereka memang buruk hari ini, dewi fortuna sepertinya tidak berpihak pada mereka berdua. Orang yang menyebrang itu terjatuh dengan belanjaan yang berserakan dan Shilla terjatuh tertimpa motor.

"Isshh, kau ni kalau tak bisa naik motor jangan naik motor sendiri. Pesan saja ojek online atau nggak grab" omel orang itu.

"Bantuin kek, sakit ini. Ngomel aja kayak ayam baru diperawanin" kesal Shilla.

Akhirnya orang tersebut membantu Shilla untuk berdiri.

"Maka......" ucapan Shilla terhenti saat ia melihat siapa orang yang menolongnya tadi.

"Kamu?"

***

Ify menutup laptopnya kemudian memasukkan dalam tas, ditempat kuliahnya ini sudah tidak menggunakan buku, alat tulis, dan semacamnya melainkan menggunakan laptop bahkan mengirim pekerjaan rumah saja harus melalui e-mail.

"Eh iya, tadi kita belum sempat kenalan. Nama aku Oik Teresa, panggil aja Oik" ucap gadis berambut lurus sebahu itu mengulurkan tangannya pada Ify.

"Ify, Alyssa Sifyna" Ify membalas uluran tangan Oik.

"Apa kau dari Indonesia?" tanya Oik, Ify mengangguk.

"Aah sama, aku juga aku lahir di Indonesia tapi saat umur ku empat tahun aku harus ikut daddy and mommy ke London" cerita Oik, padahal dia tidak ditanya oleh Ify.

"Oh iya apa kau mau menjadi sahabat ku? Ku rasa kau adalah orang baik" pinta Oik, lagi-lagi Ify hanya mengangguk membalasnya. Bukan karena ia tak menghargai Oik, tapi ia masih merasa canggung.

"Hel...hell... Hello.... My... Princ... Ccess"

Saat Oik sedang menceritakan betapa indahnya London, harus terganggu dengan kedatangan mahasiswa hukum yang selalu mengejarnya dari awal ospek.

"Aduh ocul, Obiet culun kenapa kesini sih? Mau ajak pulang bareng? Jawabannya tetap sama" tanya Oik, sudah seribu kali Obiet mengajaknya pulang bareng dan Oik selalu mengatakan hal yang sama 'tidak'

"Yahh.... Ayolah princess Oik, sekali aja" pinta Obiet memohon.

"Nggak! Sekali enggak tetap enggak!! Gertak Oik.

"Isshh... Berisik tau nggak!" bentak Ify. Baru kali ini ia berbicara kasar pada seseorang.
"Maaf Fy" ucap mereka berdua bersamaan.

Setelah itu hening menyelimuti mereka bertiga Ify memainkan kukunya, Oik hanya diam, dan Obiet meremas celananya.

"Eh pinjem kaca dong" Obiet langsung menyaut kaca yang dibawa Bastian tanpa menunggu jawaban si pemilik kaca.

"Oh my God, my hair.... Oh noo" kata Obiet histeris saat melihat rambut klemisnya sudah tidak tertata rapi lagi.

Obiet langsung mengeluarkan pomed yang selalu ia bawa, ia mengambil sedikit kemudian mengoleskan pada rambutnya dan merapikannya dengan sisir.

"Oh God, manusia macam apa yang berdiri didepan ku ini" ucap Oik prihatin.

'Oh God, teman macam apa mereka ini' batin Ify. Baru satu hari ia berkuliah disini tapi sudah menemukan dua makhluk aneh. Yang satu gemar berdongeng yang satu gemar menyisisir.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang