KEMBALINYA SANG KEKASIH

8.5K 324 3
                                    

Jalanan begitu ramai pagi ini, seorang gadis berambut pendek tengah berdiri dipinggir jalan menunggu taksi yang lewat, akan tetapi dari beberapa taksi yang lewat tidak ada satupun yang berhenti didepannya.

Lama menunggu akhirnya ada taksi yang berhenti didepannya, gadis itu langsung memasuki mobil dan mengatakan alamat tujuannya. Dalam perjalanan dia hanya membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya jika tahu kalau dirinya sudah sampai di Indonesia, pastu kekasihnya itu akan sangat senang melihat kehadirannya. Ah, gadis itu jadi tidak sabar bertemu dengan kekasihnya.

***

Rio memulai presentasinya membahas kerjasamanya dengan salah atu klinik kecantikan untuk memperluas bisnisnya, karena Rio tidak ingin hanya memperjualkan produk kecantikan saja dia ingin melebarkan sayap bekerjasama dengan klinik kecantikan yang menggunakan produknya.

"Jadi ada yang ingin bertanya? Atau mungkin berpendapat?" Tanya Rio sebelum mengakhiri presentasinya pagi ini.

Karyawannya saling menatap satu sama lain, mungkin saja diantara mereka ada yang ingin berbicara.

Dayat, salah satu karyawannya yang bisa dibilang cukup aktif mengangkat tangan kanannya.

"Ya silahkan saudara Dayat." Rio mempersilahkan Dayat untuk berbicara.

"Sebelumnya terimakasih atas waktunya, disini saya mau bertanya apa keuntungan dari perusahaan kita apabila melakukan kerjasama ini? Terimakasih" ucap Dayat.

"Baik saya terima pertanyaan saudara, jadi seperti yang saya bicarakan sebelumnya, bahwa perusahaan Athana akan bekerja sama dengan rumah sakit Jotama. Bukan tanpa alasan saya melakukan kerja sama ini, sudah saya pertimbangkan baik-baik dan seperti pertanyaan saudara Dayat, disini perusahaan kita akan mendapat keuntungan jika bekerja sama dengan klinik kecantikan. Apa keuntungannya? Pertama kita jelas mendapatkan beberapa persen dari penghasilan klinik kecanikan, kemudian jelas kita bisa melakukan perawatan disana dengan potongan harga dan yang terakhir kita juga secara tidak langsung mengenalkan produk kita kepada masyarakat luas." Jelas Rio panjang lebar.

Prok.... Prokk... Prokk...

Seluruh karyawannya berdiri sambil bertepuk tangan, tidak salah jika Rio begitu disegani disini. Selain wajahnya yang tampan, ia juga memiliki otak yang cerdas. Terbukti dari usianya yang masih muda, tetapi sudah diberi kepercayaan oleh papanya untuk memegang salah satu perusahaan yang keluarganya miliki.

"Riiooo.... Gawat Yo....."

Suara Debo menerobos masuk ke ruang rapat, untung saja rapat sudah selesai. Kalau tidak, bisa habis dia dihajar oleh Rio. Mengingat Rio sangat tidak suka dengan orang yang menghancurkan presentasinya saat rapat berlangsung.

***

Taksi itu berhenti tepat didepan perusahaan yang berdiri megah ditengah-tengah kota metropolitan ini. Sang gadis membayar taksi tersebut dengan 2 lembar kertas berwarna merah.

Satpam yang berdiri tepat disamping pintu itu terlihat menundukkan kepalanya. Saat gadis itu berjalan melewatinya menandakan bahwa ia dikenal disini.
Gadis itu melenggang masuk kedalam perusahaan menuju meja resepsionis. Ocha, resepsionis itu nampak tertegun melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini. Sudah lama sekali ia tak melihat sosok ini.

"Rionya ada?" Tanya gadis itu.

"Maaf, untuk saat ini pak Rio sedang rapat. Jadi silahkan anda duduk terlebih dahulu" jawab Ocha sopan. Ia masih tertegun dengan gadis itu.

Gadis itu langsung duduk disofa yang memang sengaja diletakkan diujung. Sambil menunggu Rio, ia memainkan handphonenya.

***

Rio berlari dengan semangat saat Debo mengatakan bahwa kekasihnya itu telah kembali dari Paris. Bertahun-tahun menahan rindu, cukup menyakitkan baginya. Kini ia berhenti didepan lift yang tak kunjung terbuka, karena tidak ingin melewatkan momen ini. Akhirnya ia memilih untuk melewati tangga darurat.

Hosh... Hoshh.. Hosh..

Nafasnya memburu, keringat membasahi wajahnya. Ia mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang lama ia rindukan.

"Maaf, pak Rio nyari dia?" tanya Ocha sambil menunjuk gadis yang tengah asyik memainkan handphonenya.

Rio mengikuti arah telunjuk Ocha, ia tersenyum sekilas ke arah resepsionisnya itu sebagai tanda terima kasih kemudian ia berjalan sedikit berlari ke arah gadis yang sedari tadi setia menunggunya. Tanpa basa-basi ia langsung memeluk leher gadis itu. Sang gadis yang sudah hapal betul dengan aroma maskulin ini, hanya diam tak beraksi. Tubuhnya bergetar hebat, kapan terakhir kalinya ia dipeluk seperti ini? Ah entahlah yang penting sekarang ia bahagia bisa kembali lagi kesini.

"Aku kangen kamu" ucap Rio setelah melepas pelukannya.

"Aku juga"

"Kapan kamu sampai sini Agni? Seharusnya kamu bilang sama aku biar aku yang jemput"

"Kan biar surprise" Agni, gadis itu tersenyum sambil merangkul manja tangan Rio.

Bukan menjadi rahasia lagi jika Rio dan Agni memiliki hubungan, terbukti dari semua karyawan yang bekerja disini sangat mengenal baik Agni. Karena, Rio selalu membawa Agni kesini dulu, saat perusahaan masih dipegang oleh papanya.

Agni, gadis ini tak banyak berubah setelah kuliah di paris. Dia sedikit terlihat anggun, tanpa menghilangkan gaya tomboinya yang sudah melekat dalam dirinya. Tidak berubah, menurut Rio Agni tetap sama, gadisnya yang selalu ia prioritaskan.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang