Bab 21 puzzle

Mulai dari awal
                                    

Belum juga Bintang menjawab, Marsha sudah mengucapkannya. Maka Bintang tidak bisa mengelak saat dia mengangguk mengiyakan. Dan raut wajah Marsha langsung berubah muram.

"Astaghfirullah Bin. Siapa yang membuatmu berada di sini? Apanya yang sakit?"

Marsha Langsung menyentuh bahunya dan meneliti tubuhnya. Bintang langsung menggelengkan kepalanya.

"Bintang tidak apa-apa kak. Udah sehat kok. Lihat nih." Bintang menepuk dadanya sendiri. Lalu tersenyum kepada Marsha mencoba bercanda.

Tapi raut wajah Marsha makin terlihat muram.

"Bin. Jangan bercanda. Ini Serius. Kamu kenapa bisa di sini. Dan kenapa tadi Adrian tidak mengatakan apapun. Padahal aku baru saja bertemu dengannya."

Bintang langsung panik mendengar ucapan Marsha. Dia tidak mau keluarganya mengetahui kondisinya.

"Kak, please jangan bilang hal ini sama Kak Adrian ataupun Mama papa. Sungguh. Bintang hanya mengalami flek dan di wajibkan bedrest selama 3 hari ini. Bintang tidak apa-apa."

Mendengar hal itu rahang Marsha terlihat mengeras. Bahkan pria itu membelalak terkejut saat mendengar kondisinya.

"Sialan. Dan ini semua pasti karena si brengsek Sirius itu kan? Kenapa kamu bisa kelelahan dan mengalami flek. Itu bukan hanya sepele Bin. Sekarang dimana dia?"

Marsha sudah berdiri dari duduknya dan  mengedarkan pandangannya.

"Kak. Bukan salah siapa-siapa kok. Ini Bintangnya yang bandel kak. Udah gak apa-apa."

Bintang menyentuh tangan Marsha untuk membuatnya duduk kembali. Untuk sesaat Marsha masih bergeming. Tapi kemudian akhirnya mengangguk dan duduk kembali.

Pria itu menyugar rambutnya dan tampak menatapnya lekat.

"Kenapa kamu sampai kelelahan hem? Kalau kamu jadi istriku, aku tidak akan membiarkanmu melakukan apapun. Aku akan manjain kamu."

Bintang kini tersenyum mendengar ucapan Marsha.

"Gombal nih. Wah rayuannya maut deh." Bintang tetap ingin membuat Marsha tersenyum. Dia tidak mau Marsha berpikiran macam-macam tentang ini semua.

"Kapan sih aku merayu cewek Bin. Emang aku pernah apa?"

Kali ini Marsha malah membuat Bintang salah tingkah. Sahabat kakaknya itu memang membuatnya tidak bisa berkutik.

"Ehm Kak Marsha di sini ngapain?"
Bintang akhirnya mengalihkan pembicaraannya. Hal itu membuat Marsha langsung tersenyum kecut. Pria itu tahu usahanya untuk tak membicarakan itu lagi.

"Ini kan rumah sakit milik papaku Bin. Kamu gak tahu ya?"

Tentu saja Bintang terkejut dengan fakta itu. Selama ini yang dia tahu Kak Marsha itu emang kaya tapi tidak untuk menjadi pemilik salah satu rumah sakit terbesar di kota ini.

"Lah kakak kenapa gak jadi dokter kalau kayak gitu?"

Bintang kini membuat Marsha tersenyum.

"Kalau kamu pasiennya aku baru mau deh jadi dokternya."
Ucapan Marsha itu membuat Bintang merona. Kenapa Marsha selalu membuatnya tidak bisa berkata-kata.

"Kakak gombal lagi deh. Gak asik."

Bintang akhirnya mengerucutkan bibirnya lalu mengalihkan pandangan dari Marsha. Dia menatap langit yang masih mendung itu.

"Kamu juga gak asik. Kenapa kamu nyembunyiin ini dari keluargamu sendiri Bin. Gak usah jadi sosok tegar dan kuat Bin. Aku tahu dari kecil itu kamu paling manja sama keluargamu."

Ucapan Marsha tentu saja membuat Bintang menoleh lagi kepada pria itu.
Marsha tersenyum lalu menyentil keningnya dengan jari kanannya. Membuat Bintang sedikit mengaduh.

"Jangan pernah menyembunyikan apapun lagi Bin. Kamu itu tidak pantas untuk berjuang sendiri. Kamu anaknya Mama Bumi dan Papa Langit. Serta adiknya Adrian sama Bulan. Dan juga kekasih hatiku."

Bintang terkesiap mendengar ucapan Marsha lagi. Hatinya mencelus. Ingin rasanya dia menghambur ke dalam pelukan Marsha. Kenapa pria ini begitu lembut kepadanya?

"Bintang kecil tetap Bintang kecil. Tidak ada lagu judulnya Bintang besar. Iya kan? Jadi jangan pernah mencoba untuk menjadi mandiri Bin. Kamu itu ditakdirkan untuk bergantung kepada yang lainnya. Kakak ada di sini untuk membantumu."

Bintang menelan ludah. Tenggorokannya terasa tercekat. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Dan dia tahu kalau semua yang diucapkan Marsha adalah benar adanya.

"Kakak." Bintang akhirnya mengucapkan itu. Tapi Marsha hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mengulurkan tangan untuk menepuk kepalanya.

"Kalau kamu masih belum ingin cerita kepada kakak tak apa-apa. Tapi nanti kamu harus cerita. Kakak akan siap membantu."

Bintang menghela nafasnya karena Marsha tidak memaksanya untuk saat ini.

"Kakak baik."

"Sudah dari dulu."

Ucapan Marsha itu membuat Bintang tertawa. Saat dia menoleh lagi kepada Marsha, pria itu juga tersenyum.

"Kak, tapi jangan bilang ke Kak Adrian kalau aku ada di sini ya? Ini bukan masalah besar kok. Aku gak mau membuat semua orang khawatir."

Marsha menghela nafasnya. Meyugar rambutnya. Dan memasukkan tangan di saku jaketnya. Pria itu hanya terdiam untuk waktu yang sangat Lama. Bintang tahu kalau ini semua memang berat. Tapi sebelum dia bisa menyatukan semua puzzle dari diri Rio. Dia tidak mau membuat semua orang juga berprasangka.

"Kalau kamu inginnya begitu, Ok. Kakak tak akan mengatakan kepada Adrian. Tapi kamu harus janji kepada kakak."

Pria itu mengulurkan jari kelingkingnya di depannya.

"Kalau kamu harus menceritakan semuanya kepada kakak."

Bintang menelan ludahnya dengan susah payah. Bisakah dia menceritakan apa yang terjadi dalam hidupnya kepada Marsha?

"Mau gak? Kalau gak mau kakak saat ini juga akan menelepon Adrian."

Bintang menatap kembali kelingking Marsha. Dengan sedikit terpaksa akhirnya Bintang menautkan kelingkingnya sendiri.

"Iya aku janji Kak."

"Semuanya. Tidak terkecuali."

Marsha membuat Bintang kali ini tidak bisa menolak. Akhirnya dia mengangguk.

"Iya."

Jawabannya membuat Marsha tersenyum lebar. Lalu mengacak rambutnya yang membuat Bintang langsung ikut tertawa.

"Astaga Bin. Aku mencarimu kemanapun. Aku pikir kamu hilang."

Suara itu membuat Bintang mengalihkan tatapannya. Di depannya sudah berdiri Rio yang kali ini terlihat terengah-engah. Pria itu tampak kelelahan.

"Rio." Bintang menatap Rio yang mengusap peluh nya dan kini menatapnya dan. Marsha bergantian. Tapi tiba-tiba saja Marsha sudah berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati Rio.

Satu hantaman mendarat di wajah Rio. Membuat Bintang seketika menjerit.

Bersambung

Hohoho ini harusnya masih ada kelanjutannya nih. Tapi biasa deh gangguan dalam negeri nih. Si kecil minta bobok dikelonin. Ya sudah sampai di sini dulu aja ya..

Yum capcuz tetep vote ment ya

Yang udah PO novel rahasia pelangi segera konfirmasi lagi ya..

Novel udah mau naik cetak nih. Jadi author cetak sesuai yang udah PO aja ya.

Dan sekali lagi harga 78 rb hanya selama PO.

Setelah itu harga menjadi normal kembali ya..85.000

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang