Bab 22 - Don't Tell Me to Let You Go

4.2K 353 37
                                    

Ketika Gavin kembali ke kamar rawat Aileen, Kai sudah ada di sana.

"Aku mencarimu tadi," Gavin berkata. "Bisakah kita bicara di luar? Aku tak ingin mengganggu Aileen."

Kai mendecak kesal. "Untuk apa keluar? Kau toh tak akan pergi ke mana pun dan hanya berdiri di depan pintu kamar ini seperti orang tolol."

Gavin menoleh pada Aileen yang kini menatapnya.

"Siapa yang melakukan itu? Sudah kubilang, aku tadi mencarimu," kata Gavin lagi.

"Hanya karena gadis itu mengusirmu," tandas Kai. Ia lantas menatap Aileen. "Apa kami benar-benar harus keluar?"

Aileen agaknya terkejut karena Kai mengajaknya bicara tiba-tiba.

"Kau mungkin akan punya dua penjaga pintu tolol di depan kamarmu," Kai menambahkan.

Aileen berdehem. "Kalian bisa duduk di situ," katanya tanpa menatap Gavin.

"Terima kasih," Kai membalas, lalu menatap Gavin. "Sekarang, apa yang ingin kau bicarakan?"

Gavin mendesis kesal pada Kai. "Kau ..."

"Vin, ayolah. Aku juga lelah. Sudah beberapa hari aku menemanimu menjaganya di sini sementara Nyle dan yang lain mengurusi hotel. Seth bahkan kelimpungan mengurus hotel di Jakarta dan perusahaan Eris. Jangan membuat ini semakin sulit untukku, hm?" Kai mengangkat alis.

Gavin mendecak kesal. Ia tahu ia telah merepotkan teman-temannya, tapi ia tak punya pilihan lain. Ia tak bisa tenang meninggalkan Aileen. Apalagi, tak ada kabar dari keluarga gadis itu.

"Bisakah kau menghubungi langsung keluarganya?" Gavin akhirnya berkata.

"Tak ada balasan? Bahkan setelah kau mengatakan gadis itu ada di rumah sakit?" Kai mengerutkan kening.

Gavin menggeleng.

"Tidak akan ada yang datang," Aileen tiba-tiba berkata. "Aku tak begitu penting dalam keluargaku."

Gavin mengernyit, terluka mendengarnya.

"Manajermu datang kemari beberapa kali," Kai memberitahu. "Dia tampak sangat cemas."

"Tapi tetap saja, percuma kau menghubungi keluargaku. Lagipula, aku bisa mengurus diriku sendiri," ketus Aileen.

"Baiklah, kalau begitu. Gavin saja sudah cukup untuk mengurusmu," Kai membalas.

Gavin menatap Kai tajam karenanya.

"Apa? Kau akan mengancam mematahkan kakiku lagi?" cibir Kai. "Tidakkah kau belajar tentang sesuatu, Vin?"

Gavin mengerutkan kening.

"Kemarin, kau bisa saja kehilangan gadis itu. Dan kau tahu betapa mengerikannya itu. Jadi, jangan buang-buang waktumu dengan melakukan hal bodoh seperti ini. Katakan perasaanmu padanya dan lakukan apa yang ingin kau lakukan untuknya.

"Gadis itu hanya manusia biasa. Waktunya tak sebanyak waktumu. Ia pun tak sekuat dirimu. Dan ia begitu mudah terluka, begitu mudah berada dalam bahaya. Jika kau yakin kau bisa melanjutkan hidupmu ketika dia pergi, kau bisa keluar dari ruangan ini."

Kata-kata Kai sukses membungkam Gavin. Bahkan hanya dengan mengingat saat Aileen berada di dalam mobil itu, terluka, ketakuan itu kembali menerornya.

Kai menepuk bahu Gavin pelan. "Lari tak akan menyelesaikan apa pun. Kau hanya membuang waktumu. Dengan sia-sia."

***

Apa maksud kata-kata Kai tadi?

Aileen mau tak mau menatap Gavin penasaran setelah Kai meninggalkan ruangan. Apa yang dia katakan tentang perasaan Gavin tadi? Apa ...

Wolf in Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang