Bab 4 - Pemberontak Kecil

5.7K 439 41
                                    

Ketika pertama kali melihat Aileen di lobi, Gavin tahu, gadis itu bukan gadis biasa. Lihat, masalah yang ia bawa bersamanya. Apa dia sedang memberontak dari kakeknya atau apa? Apa gadis itu baru lulus SMA?

Tidak. Melihat dia sudah mendapat tugas mengurus BeY Fashion, kemungkinan dia sudah menyelesaikan kuliahnya. Dia sudah bukan anak kecil, jadi kenapa dia mencoba memberontak seperti ini?

Gavin menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Tunggu, kenapa ia menjadi seterganggu ini karena gadis itu? Gadis itu yang punya masalah dengan keluarganya. Memangnya, apa peduli Gavin jika dia mengacaukan perusahaan keluarganya? Gavin hanya harus menjaga hotel, itu saja.

Ya. Ia hanya khawatir jika gadis itu merusak image hotel. Ia juga khawatir karena harus bekerja sama dengan gadis itu. Tentu saja. Siapa pun yang bekerja sama dengan gadis seperti itu, pasti khawatir.

Gavin akhirnya menjatuhkan tubuh di sofa. Ia meraih remote dan menyalakan televisi. Namun, baru sebentar perhatiannya lurus ke arah televisi, ia sudah menoleh ke samping.

Sungguh, apa yang menarik dari gadis itu? Tidak, bukan menarik. Hanya mengganggu, mengusik. Pertama, penampilannya memang tidak biasa. Lalu tubuh mungilnya. Kemudian cara bertingkahnya. Juga cara bicaranya.

Bahkan saat ini, meski tanpa melihat gadis itu, Gavin bisa menggambarkan dengan sempurna sosok mungil itu. Bahkan suaranya pun masih bisa diingat Gavin dengan jelas. Seperti bel. Begitu riang, ringan, tapi berdenging di telinganya. Ini menyebalkan.

Gavin lantas bangkit dari sofa, masuk ke kamar dan mengambil jaket. Mungkin sedikit lari akan menenangkan pikirannya yang mendadak kacau. Meski begitu, saat ia keluar dari kamarnya, tatapannya tak urung tertuju ke arah pintu kamar sebelah.

Apa yang sedang Gavin lakukan ini, sungguh?

***

Gavin sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja pagi itu ketika telepon kamarnya berbunyi. Ia menekan tombol handsfree dan berbicara,

"Ya?"

"Pak, itu ... ada masalah di restoran," ucap staf di seberang. Tidak menyapa dan menyebutkan dia dari bagian mana, sepertinya bukan masalah kecil yang sedang dihadapinya.

"Aku akan segera ke sana," tutup Gavin.

Ia kembali ke kamar untuk menyambar jas kerjanya sebelum keluar kamar dan langsung turun menuju restoran hotel.

Ketika Gavin tiba di sana, kerumunan staf tampak di lobi. Gavin menghampiri Fernan yang juga ada di sana, menanyakan masalahnya.

"Itu, Pak, ada pengunjung yang sarapan di restoran ..." Fernan ragu.

"Apa pengunjung hotel yang makan di restoran hotel menjadi masalah?" gusar Gavin.

"Masalahnya ... orang itu adalah cucu dari Ketua Y Group, Nona Aileen, Pak," sebut Fernan.

Gavin seketika berbalik dan pergi ke restoran. Di salah satu meja, duduk gadis itu dengan posisi yang membuat pengunjung restoran lain menatapnya kaget, heran, bahkan kesal. Yang jelas, terganggu. Bagaimana tidak?

Aileen duduk di sofa dengan kaki terangkat ke meja dan dia menyalakan musik keras dari ponselnya. Melihat penampilan Aileen, Gavin tahu gadis ini sengaja melakukannya. Dia mengenakan jeans yang robek di bagian lutut, berikut kaos belel. Ditambah, rambut cokelatnya tampak berantakan dan mencuat ke mana-mana.

Jika manajer BeY melihat ini, ia pasti sudah pingsan di depan gadis itu.

Gavin menghampiri Aileen, menyambar ponsel dan mematikannya. Mata gadis itu seketika menyipit tak suka saat menatapnya, tapi Gavin mengabaikannya.

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now