Bab 20 - You Can't Lie to Your Heart

4.2K 359 34
                                    

Baru beberapa jam lalu Aileen melihat Gavin, ia sudah merasakan keinginan melihat pria itu lagi. Menyadari Gavin tak ada di hotel ini, Aileen merasakan kekosongan yang menyakitkan.

Sejak Gavin datang, lalu pergi lagi tadi, Aileen belum kembali ke kamarnya. Ia duduk di ruang tunggu lobi, membolak-balik majalah fashion tanpa benar-benar membacanya. Lalu, ia berjalan ke outlet street tanpa mampir ke outlet-nya sendiri. Kemudian kembali ke taman, mendorong ayunan kosong.

Sampai tiba jam makan siang, Aileen pergi ke restoran. Ia sudah memesan berbagai macam makanan, tapi tak satu pun yang menarik minatnya. Ia tidak lapar. Aileen memainkan makanan di piring yang ada di hadapannya. Menusuknya dengan garpu, membolak-baliknya, lalu menumpuknya jadi satu.

Sampai, ia mendengar percakapan dari meja belakangnya. Aileen menoleh untuk melihat penghuni meja belakang.

"Kau tahu, di gunung yang tak jauh dari sini, di hutannya ada yang melihat anjing hutan yang sangat besar," seorang pria bertubuh agak gemuk berbicara.

"Oh ya? Mangsa yang bagus untuk perburuan," sahut temannya yang lebih kurus dan berkumis tebal.

Pria gemuk mengangguk. "Kabarnya, anjing itu besar sekali. Ada yang bilang itu mungkin beruang. Ada juga yang bilang itu mungkin serigala."

"Kurasa kita harus mengeceknya sendiri," balas si pria kurus.

"Bagaimana jika setelah makan siang kita pergi ke sana?" usul si pria gemuk.

"Ide bagus," temannya menyetujui.

Aileen mengerutkan kening. Gunung dekat sini. Hutan. Anjing hutan. Beruang. Serigala.

Gavin dan teman-temannya.

Aileen mencelos memikirkan Gavin berada dalam bahaya. Apa yang harus dia lakukan? Aileen meletakkan garpu di tangannya, berdiri, lalu duduk, kemudian berdiri lagi.

Aileen harus menenangkan diri. Ia mengambil ponselnya, menghubungi Gavin, tapi tak tersambung. Di sana pasti tak ada sinyal. Mengirim pesan. Namun, jika sinyalnya buruk, Gavin bisa terlambat menerima pesannya.

Aileen harus pergi sendiri. Ia memutuskan. Kemudian, Aileen berdiri dan menelepon Mayang. Dia meminta Mayang datang membawa mobilnya karena Aileen ingin meminjamnya sebentar.

"Datanglah secepat mungkin, kumohon," Aileen berpesan sebelum menutup telepon.

Sembari menunggu mobil Mayang tiba, Aileen mencoba mengirim pesan pada Gavin. Aileen semakin resah ketika mendapati pesannya masih belum terkirim. Ugh! Kenapa juga di hutan itu bisa tak ada sinyal? Di jaman modern seperti ini, astaga!

Oh, Aileen mulai melantur.

Untungnya, tak sampai sepuluh menit, Mayang tiba dengan mobilnya. Ketika Mayang ingin ikut, Aileen menolaknya.

"Hanya sebentar," ia berkata pada Mayang sebelum masuk ke mobil dan segera melajukan mobil meninggalkan hotel.

Ia harus tiba di hutan lebih dulu sebelum para pemburu itu tiba. Aileen mempercepat laju mobil. Ia harus segera menemui dan memperingatkan Gavin.

***

"Sepertinya sebentar lagi akan hujan," cetus Adriel yang baru kembali bersama Arkiel. "Dan sudah waktunya Kiel tidur siang."

"Dia bahkan belum makan." Eris berdiri dan menghampiri putranya. "Aku sudah menyiapkan makan siang. Ayo makan dulu, kalian semua." Eris menggendong Kiel ke dapur.

"Aku tidak lapar," ucap Gavin yang berbaring di sofa ruang tengah.

"Kenapa dia?" Adriel menatap Gavin keheranan.

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now