Bab 24 - You're My Life

5.1K 373 51
                                    

"Aku tak tahu sejak kapan hidupku menjadi seperti ini, tapi dulu hidupku baik-baik saja. Aku punya kakek yang sangat menyayangiku, aku punya teman-teman dekat yang mau bermain denganku. Tapi, suatu hari, Kakek mengirimku ke luar negeri. Saat itu aku sepertinya belum genap berumur sepuluh tahun. Aku tak begitu ingat. Dan aku tak mau mengingatnya.

"Karena sejak hari itu, hidupku berubah. Aku selalu sendirian. Kakek tak pernah lagi peduli padaku. Tak pernah mencariku. Tante yang sering mengunjungi dan memukulku tanpa aku tahu alasannya. Juga ... pengawal yang selalu ada di dekatku, membuatku tak punya teman dekat satu pun. Mereka menyebutku pembuat masalah, kau tahu?"

Kegetiran dalam suara Aileen membuat dada Gavin tersengat sakit. Ia menarik tangan Aileen ke bibirnya, menciumnya. Ini pertama kalinya Aileen menceritakan tentang keluarganya.

"Tapi yang orang-orang tidak tahu, aku terpaksa harus membuat masalah," ucap Aileen lagi.

Gavin mengerutkan kening. "Apa maksudmu dengan itu?"

Aileen menunduk. "Tante pernah berkata padaku, selama aku menjauh dari Kakek, menjauh dari rumah, Kakek akan baik-baik saja. Selama aku sibuk bermain-main di luar dan tak ikut campur masalah perusahaan, Kakek akan baik-baik saja."

Gavin mengernyit. "Tantemu ... mengancammu menggunakan kakekmu?"

Aileen mengangguk. "Sepertinya Kakek juga tak lagi menyayangiku. Karena selama ini aku selalu membuat masalah. Selama ini, Kakek tak pernah menghubungi atau mencariku. Dulu, setiap aku bangun, aku selalu berharap Kakek akan menjemputku. Tapi, itu tidak pernah terjadi. Aku sudah berhenti berharap sejak lama.

"Selama aku membuat masalah yang membuat nama keluargaku tercoreng, itu akan menjamin keselamatan kakekku, tapi juga membuat kakekku semakin membenciku. Dan begitulah aku hidup selama ini." Aileen menatap Gavin, sorot terluka di mata indahnya mencabik hati Gavin.

"Karena itu, waktu itu juga kau tak melakukan apa pun saat tantemu memukulmu seperti itu?" tanya Gavin.

Aileen mengangguk. "Tapi setidaknya, saat itu aku tahu alasan dia memukulku."

Gavin mengerutkan kening. "Kenapa dia memukulmu?"

"Valentino. Kau ingat?" Aileen mendengus kasar. "Anak itu sepertinya mencari tahu siapa aku, lalu mengadukanku pada tanteku. Sepertinya dia mengancam tentang kerja sama perusahaan atau apa, membuat Tante mengamuk seperti itu. Tapi dugaanku, Tante memang sebenarnya sudah kesal padaku. Kau juga tahu, aku sempat kabur dari bandara dan pergi sendiri kemari.

"Tanteku tak pernah khawatir jika aku membuat masalah. Tapi, dia takut jika aku menghilang seperti itu. Dia takut, aku akan menemui kakekku. Mungkin Tante tidak tahu, Kakek sudah benar-benar membenciku hingga tak mau menemuiku." Aileen tersenyum pahit.

Gadis ini, astaga!

Gavin mendekat untuk menarik Aileen dalam peluknya. "Katakan apa yang kau inginkan, Aileen. Jika kau ingin aku membawa kakekmu kemari, aku akan melakukannya. Jika kau ingin membalas tantemu, aku juga akan melakukannya. Aku bahkan akan menghancurkan Valentino, si bajingan pengecut itu," geram Gavin.

"Benarkah?" tanya Aileen pelan.

Gavin melepas pelukannya dan menatap wajah Aileen. "Ya," jawabnya tanpa ragu.

Aileen akhirnya tersenyum. "Kau adalah orang pertama yang membelaku, kau tahu?"

Gavin menyentuh pipi Aileen lembut. "Dan akan selalu begitu, Aileen. Aku akan selalu ada di sampingmu dan membelamu. Aku tak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi."

"Itu sudah cukup bagiku," Aileen berkata. "Sebelum ini, aku tak pernah memiliki seorang pun yang benar-benar ada di pihakku. Dan sekarang aku punya kau. Itu cukup, Gavin."

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now