Bab 8 - Beautiful Night

4.8K 402 29
                                    

Gavin mengecek setiap sudut beranda Aileen, bahkan hingga ke bawah beranda, tapi tak ada apa pun.

"Kau yakin, suara anehnya dari beranda?" Gavin menatap Aileen.

Gadis itu berdiri di pintu beranda, memeluk tubuhnya sendiri. Gavin tak heran jika gadis itu kedinginan. Ia hanya memakai kaos tipis dan celana pendek.

"Kurasa begitu," Aileen menjawab.

"Masuklah dulu." Gavin mendorong Aileen ke dalam, tak tega melihat gadis itu kedinginan. "Aku akan mengecek lagi."

"Kurasa itu juga tak perlu," sahut Aileen. "Mungkin aku tadi salah dengar."

Gavin mengerutkan kening.

"Maksudku, mungkin saja suaranya dari tempat lain. Mungkin, dari berandamu, atau dari kamarmu, atau dari kamar mandimu, atau ... kau mau ke mana?" kaget Aileen ketika Gavin mendorongnya menepi dan pergi ke kamar tidur.

Gavin mengecek ke kamar mandi, ke lemari, setiap sudut yang bisa digunakan bersembunyi. Ia juga mengecek setiap sudut kamar itu. Ketika tak menemukan apa pun, Gavin meminta izin meminjam telepon kamar Aileen.

Ia menelepon kantor keamanan, meminta mereka mengecek semua CCTV hari ini di depan kamar Aileen. Ia juga meminta mereka mengecek di lobi dan pintu masuk untuk mencari jika ada orang yang berlagat aneh.

"Kau ... tidak perlu melakukannya sampai seperti itu," Aileen berkata setelah Gavin menutup telepon. "Aku mungkin saja salah dengar."

Gavin menggeleng. "Jangan meremehkan hal-hal seperti itu. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat padamu dan mengikuti sampai ke sini?"

Aileen mengerjap.

Gavin lantas teringat ketika Aileen tertidur di lobi tadi. Apa gadis itu terus menunggu Gavin di sana sampai tertidur karena ia takut berada di kamarnya?

"Tak perlu takut. Malam ini, aku akan menginap di kamar ini dan berjaga-jaga," Gavin menenangkan Aileen.

Aileen tak menjawab, hanya tersenyum kecil. Canggung.

"Dan kau tak perlu takut aku akan macam-macam denganmu," lanjut Gavin. "Aku sama sekali tak berniat membuat skandal. Atau, jika kau masih curiga, kau bisa pindah kamar. Meski aku juga khawatir jika orang yang mengikutimu itu mengawasimu, dia mungkin akan mengikuti ke kamar barumu. Jadi, keberadaanku di kamar ini adalah opsi paling aman. Setidaknya untuk saat ini."

Gavin lantas menepuk bahu Aileen ringan dan berdiri. "Kau bisa tidur jika kau lelah, aku akan mengecek ke beranda lagi sambil menunggu laporan dari tim keamanan hotel."

Ingin memberi privasi pada gadis itu, Gavin keluar ke beranda. Saat ini, ada dua hal yang dia khawatirkan. Pertama, kemungkinan ada penguntit gila yang mengikuti Aileen. Dan kedua, keberadaannya di kamar Aileen semalaman.

Bahkan hanya memikirkan ia akan menginap di kamar gadis itu, Gavin mendapati suhu tubuhnya mendadak meninggi. Jika orang-orang menyentuh kulitnya, mereka mungkin akan berpikir jika Gavin demam, mengingat dalam keadaan normal pun, suhu tubuhnya sudah cukup hangat.

***

Aileen sama sekali tak menyangka, Gavin akan menganggap serius alasan gilanya. Kenapa pria itu harus berlebihan begini? Sekarang, apa yang harus Aileen lakukan?

Aileen berusaha menyembunyikan paniknya dan tetap tenang. Bagaimana bisa Gavin mengambil kesimpulan seperti itu? Memangnya, orang gila mana yang mau menguntit dan mengikuti Aileen sampai ke kamar ini?

Lagipula, ini hotel kelas atas. Keamanannya pun sudah sangat baik. Jadi, bagaimana bisa Gavin seragu ini tentang keamanan hotelnya sendiri?

Kenapa pula tadi Aileen harus menyebutkan alasan segila itu?

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now