Bab 10 - Let Me Hold You

4.6K 367 21
                                    

Usai sarapan, Gavin dan Aileen duduk bersisian di sofa, menonton televisi. Lebih tepatnya, menatap ke arah layar televisi, tapi sibuk dengan pikiran masing-masing. Gavin mengamati Aileen, mendapati gadis itu melamun, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Tatapan Gavin lantas turun ke punggung Aileen. Gadis itu duduk dengan tegak, tak bersandar. Tampaknya tak nyaman.

"Jika kau lelah, kau bisa tidur di kamarmu," saran Gavin.

Aileen menoleh padanya dengan kening berkerut.

"Ini masih pagi dan aku bahkan belum melakukan apa pun. Sarapan saja tidak akan membuatku lelah," balas gadis itu.

Gavin mendesah berat, mengambil bantal sofa dan memindahkannya ke belakang gadis itu.

"Cobalah bersandar pelan-pelan," ia meminta.

Aileen tampak terkejut. "Aku baik-baik saja."

"Bersandarlah. Sedari tadi kau duduk tegak. Apa punggungmu tidak kaku?" Gavin mengedik ke arah bantal sofa, memerintah tanpa kata.

Aileen mendesah pasrah, lalu menuruti kata-katanya. Gadis itu menyandarkan punggungnya.

"Sebenarnya, ini tidak terlalu sakit. Hanya sakit jika aku terlalu banyak bergerak. Atau, jika kau menarikku sekeras tadi." Aileen menoleh padanya dan tersenyum geli.

Gavin meringis. "Maaf, aku tidak tahu tadi."

"Dan seharusnya kau tidak pernah tahu," tambah Aileen.

Gavin mengerutkan kening tak suka.

"Itu tadi benar-benar memalukan, omong-omong," ucap Aileen dengan nada biasa, seolah itu tak mempengaruhinya.

"Apa?" tanya Gavin.

"Kau memergokiku seperti tadi," urai Aileen.

"Bukan kau yang seharusnya malu," tandas Gavin.

"Senang mendengarnya." Aileen tersenyum kecil.

"Jangan memaksa diri tersenyum jika itu menyakitimu," tukas Gavin.

Aileen mengangkat alis. "Apa kau kasihan padaku?"

Gavin mengernyit tak suka. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Karena kau mendadak begini baik padaku," balas Aileen. "Apa aku salah?"

"Ya, kau salah," Gavin menjawab.

"Lalu, kenapa?" tuntut gadis itu.

Gavin mendesah berat. "Aku tidak tahan melihat orang-orang membuat kacau di lingkungan hotelku." Gavin memberikan alasan yang aman.

Aileen tersenyum. "Tentu saja."

Dalam hati, Gavin bertanya-tanya. Alasan Aileen tidak suka melihat orang lain dipukuli dan ditindas ... apakah karena ini? Karena gadis ini tak bisa melakukan apa pun ketika dia menjadi korban seperti tadi?

"Terima kasih," ucap Aileen tiba-tiba. Ia bahkan tak menatap Gavin.

Gavin menatap wajah gadis itu lekat. "Untuk?"

"Untuk tidak bertanya apa pun."

Gavin mengernyit. Saat ini, satu pertanyaan besar yang ingin diberikan Gavin pada gadis itu, tapi ditahannya mati-matian.

Apa yang membuat Aileen tidak bisa melawan tantenya?

***

Setelah melewatkan pagi di depan televisi dengan Gavin, siangnya Aileen masuk ke kamar tidur. Ia bisa menikmati tidur siang yang cukup nyaman karena semalam ia memang kurang tidur. Minus nyeri di bibir, punggung dan pinggangnya.

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now