Bab 6 - Can't Take It Anymore

4.8K 418 21
                                    

Sabtu pagi, dalam salah satu usahanya menjernihkan pikiran, Gavin menyempatkan diri jogging di jogging track. Dulu, ketika masih ada Nyle, dia dan Nyle selalu berlari di lapangan ini setiap hari, adu kecepatan. Namun, sejak Nyle pergi ke Alaska, Gavin tak begitu suka menghabiskan waktu di luar sini sendirian. Ia lebih banyak berada di kamarnya jika sedang tidak bekerja.

Setelah melewati minggu yang cukup melelahkan, -terima kasih pada Aileen, Gavin mungkin akan mengambil libur akhir pekan ini. Biasanya, dia tidak pernah berlibur. Namun, ia tak ingin berada di tempat yang begitu dekat dengan Aileen. Karena, mau tak mau, ia akan memikirkan Aileen.

Karena itulah, setelah sarapan nanti, Gavin akan pergi ke pondok berburu kawanannya yang sudah lama tak dikunjunginya. Mungkin sekitar ... tiga atau empat bulan? Entahlah, Gavin tak ingat. Ia mungkin akan harus bersih-bersih juga. Dan mungkin, itu juga akan membantunya mengalihkan pikiran dari pemberontak kecil itu.

Namun, sepertinya takdir tak memihaknya. Detik setelah ia menyebutkan gadis itu dalam pikirannya, gadis itu muncul di depan matanya. Ia mengenakan jaket biru-donker yang melapisi kaos putih dan celana jogging donker. Rambutnya dikuncir kuda dengan beberapa helai jatuh di sekitar wajah dan lehernya.

Gadis itu mengenakan headset putih dan mata hitam beningnya menatap tepat ke mata Gavin. Saat itulah, Gavin mengalihkan tatap dari gadis itu. Ia pun tak menghentikan langkah atau sekadar menoleh padanya ketika berpapasan.

Namun, di putaran berikutnya, ia kembali melihat Aileen. Kali ini, gadis itu berhenti di depan dua pasangan muda-mudi yang tak dikenali Gavin. Gadis itu mengatakan sesuatu pada si Pria. Semakin dekat, ketika jaraknya dari Aileen hanya tinggal beberapa meter, Gavin bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Apa kau tidak tahu siapa aku?" si Pria berbicara. "Aku Valentino, putra pemilik Valen Group."

"Apa itu berarti kau bisa memukul perempuan? Apa itu lantas membuatmu menjadi pengecut?" Aileen membalas sinis.

"Jalang ini ... siapa namamu? Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku!" bentak Valentino. "Dan kau tahu? Kalian, para wanita, tak lebih hanya seperti barang bagiku. Begitu aku bosan, aku bisa menggantikan dengan yang lain."

Ia lantas menatap ke arah wanita di sebelahnya. "Seharusnya kau tahu statusmu. Berani sekali kau mengatur-ngaturku. Dasar jalang!" maki Valentino.

Wanita yang berdiri di sebelah Valentino mulai terisak, sementara Aileen tampak marah.

"Apa kau tak pernah diajari cara menghormati wanita? Melihat caramu memperlakukan wanita, kau sendiri tak lebih dari sampah, kau tahu?" Aileen membalas dengan suara keras.

Valentino mengumpat kasar. Sementara di depannya, Aileen menerima semua umpatannya dengan ekspresi jengah. Ketika Gavin melewati mereka, ia tak menghentikan larinya.

Sampai ia mendengar Aileen berkata,

"Bajingan sampah."

Saat itu juga, Gavin tak sanggup lagi mengabaikan Aileen. Ia berbalik dan berlari ke arah Aileen. Ketika melihat Valentino sudah mengangkat tangannya, Gavin menunduk dan pura-pura menabrak bahunya ketika melewati pria itu.

"Hei, kau!" Valentino berteriak marah.

Gavin menghentikan larinya dan berbalik. Ia menghampiri Valentino dan mengangguk sopan.

"Maaf, aku tidak sengaja. Aku tidak memperhatikan jalanku tadi. Dan lagi, kalian berhenti di tengah jalur lariku," Gavin memberi alasan.

"Jika kau tak bisa menggunakan matamu dengan benar, sebaiknya jangan keluar dari rumahmu dan membuat orang lain terganggu!" bentak Valentino.

Wolf in Love (End)Where stories live. Discover now