[14] - Hati Yang Patah.

5 2 0
                                    

Media : 5 Seconds Of Summer - Amnesia.

Dari sekian banyak tempat di sekolah ini Alana lebih memilih menarik Utara ke ujung lorong kelas 10, di sana terdapat lahan kosong yang sudah lama tidak terawat, banyak bunga-bunga yang layu dan tanaman yang sudah mati.

Utara masih melihat sekelebatan rasa takut dalam diri Alana, perempuan itu masih menangis dan Utara perlahan mendekat kemudian mendekap perempuan yang ia sayangi itu.

"Maaf," Alana masih diam tak bergeming, Utara takut. Takut jika perempuan di hadapannya akan lelah dengan sikapnya dan lebih memilih pergi.

"Maaf, aku buat kamu takut." Kalimat itu bernada lirih, Utara melepaskan pelukan mereka.

"Maaf, aku buat kamu nangis." Utara menjeda, dari wajahnya pria itu terlihat kacau, "Aku gak suka si brengsek itu ada di deket kamu."

Alana mengusap air matanya sendiri menggunakan punggung tangannya, "Maaf," Perempuan itu menarik nafasnya, "Maaf, aku buat kamu marah. Aku gak maksud untuk bikin kamu cemburu."

"Aku percaya sama kamu." Kini Utara tersenyum tipis sambil satu tangannya menyelipkan anak rambut Alana ke belakang telinga.

Alana ikut tersenyum menanggapinnya, "Yaudah, sekarang aku anterin kamu ke kelas ya. Udah bel dari tadi, kamu nangis mulu sih." Ucap Utara dengan nada humor.

"Abis, kamu kan yang bikin aku takut." Ucap Alana sambil memukul pelan lengan pria di hadapannya.

Mereka kini berjalan ke arah sebelah kiri tepatnya di koridor kelas 12 dan mendekat ke arah kelas MIPA 4. Utara kini mulai berjalan perlahan untuk mengintip apa di kelas Alana terdapat guru atau tidak.

Seperti dewi keberuntungan kali ini tidak sedang memihak kepadanya, di dalam kelas Alana sedang berlangsung pelajaran terlebih jam pertama ini di isi oleh Bu Sri guru yang sepertinya terlewat menyukai Utara karena ia sangat senang menghukum pria itu.

Dengan penuh kepercayaan diri kini Utara menggengam tangan Alana dan membawa perempuan itu mendekat ke pintu kelas, sebelumnya Utara mengetuk pintu itu terlebih dahulu.

Terlihat kini seisi kelas memfokuskan pandangannya ke arah mereka, "Ada apa kamu ke sini?" Tanya Bu Sri dengan sedikit nada tinggi.

"Ya ampun Bu, masih pagi Ibu kok keliatan seksi sih." Utara berucap dengan segenap keberanian pria itu tertawa.

"Maksud kamu apa? Mau nyindir Ibu gendut? Hah!" Bagus. Kini Utara berhasil memancing macan untuk bangun, dan kini ia bisa bertaruh bahwa ia akan di hukum.

"Ibu nih suudzon mulu sama saya, gak bosen? Nih ya Bu, Saya mau nganterin Alana ke kelas kasian Bu." Belum sempat Bu Sri menanggapi, Utara sudah lebih dulu menyela, "Terserah deh, kalau habis ini Ibu mau hukum saya yang penting Alana masuk ke kelasnya tanpa Alfa." Lanjutnya penuh penekanan.

Lihat, sebenarnya yang Guru di sekolah ini siapa? Kok Utara yang mengatur seenak jidat.

Lelah dengan perdebatannya akhirnya Bu Sri membiarkan Alana masuk tanpa Alfa seperti yang Utara katakan, tapi sebagai gantinya pria itu harus menuliskan Esai tentang pelanggaran apa saja yang sudah ia langgar selama bersekolah di Purnama Bakti.

"Yaampun Bu, Saya sendiri lupa apa aja yang udah saya langgar apa lagi dari kelas 10. Ibaratnya nih ya Bu kalo keturunan, saya udah ada di posisi sebagai cucu." Tapi perkataan pria itu di hadiahi pelototan, akhirnya Utara lebih memilih menyerah pada hukuman tersebut.

***

"Gila! Seriusan itu guru ngasih hukuman ke lo kaya gitu?" Tanya Barak tak percaya sambil memakan kacang kulit yang ia beli lima menit yang lalu.

"Ya lo pikir aja sendiri? Yakali gue inget setiap detail peraturan yang udah gue langgar. Gak masuk akal tau gak si." Sahut Utara dengan nada kesal.

"Buset, gak sekalian aja itu guru nyuruh lo ngeringin air laut." Rajidan tertawa mendengar penuturan Utara.

"Mungkin Bu Sri kira, Utara itu power rangers yang bisa menyelamatkan dunia sekalipun." Ketiga temannya kompak tertawa terbahak-bahak dan saling melemparkan lelucon.

"Tai lo semua, bukannya bantuin mikir malah di ketawain." Sahut Utara kesal sambil memutar bola matanya malas.

Setelah itu belum ada lagi yang bersuara suasana kantin masih terlihat ramai karena ini masih jam istirahat pertama, Alana lebih memilih berada di kelas bersama teman-temannya karena enggan berdesakkan di kantin yang selalu melebihi kapasitas dan Utara mengerti tentang hal itu.

"Eh, nanti kayanya gue balik duluan deh gak sama kalian," suara Utara kinu kembali terdengar.

"Mau ngapain lo? Ketemu selingkuhan." Sahut Devan seenak jidat tanpa mengalihkan pandangannya ke arah sahabatnya.

"Yee, setan! Asal ngomong banget lo. Mau kemana kek suka-suka gue." Jawabnya asal sambil menoyor kepala salah satu sahabatnya itu.

"Terus, Alana berarti biar gue yang anterin ya! Asik bisa modus." Rajidan kini meledek Utara dengan memanas-manasi.

"Anjing ye lo pada! Udah biarin Alana sama temen-temennya, emang muka-muka lu pada itu tampang kriminal makanya gue gak pernah percaya." Sahutnya sambil merampas kacang kulit milik Barak kemudia terdengar protes dari pria tersebut.

"Najis! Ganteng-ganteng kaga modal lo," Sungut Barak dan di hadiahi gelak tawa ketiga sahabatnya.

***

Alana berjalan sendirian di trotoar samping jalan raya tadinya ia ingin pulang bersama Adel tapi ternyata perempuan itu sedang buru-buru karena ingin mengantarkan Mamanya dan Alana pasrah akhrinya ia lebih memilih naik angkutan umum saja.

Tadi saat jam pelajaran terakhir Utara datang ke kelasnya dan mengusik kegiatan belajar perempuan itu, Bu Denna yang sedang mengajar di kelas tersebut pun sempat kesal tapi tak urung memberikan waktu Utara untuk berbicara dengan Alana.

Pria itu hanya ingin memberitahu bahwa ia tidak bisa mengantar Alana untuk pulang karena Utara harus pulang ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan Alana mengerti akan hal itu.

Perempuan dengam rambut sebahu itu masih terus berjalan di trotoar ia berniat ingin menunggu kendaraan umum di ujung jalan, makanya perempuan itu perlu untuk sedikit berjalan.

Saat Alana berjalan di depan kafe bergaya masa kini tak sengaja matanya melirik sosok yang familiar sosok yang tak asing di matanya, Alana mempertegas penglihatannya di depan kafe tersebut terdapat seorang pria yang menggunakan seragam khas anak SMA sedang bersama dengan seorang perempuan yang sepertinya tak ia kenal.

Dari bentuk potongan rambutnya pria itu seperti Utara, saat Alana masih mencoba untuk memperjelas ciri-cirinya tiba-tiba pria itu bergerak merengkuh perempuan di hadapannya.

Pada saat itu juga Alana yakin bahwa matanya tidak salah melihat, pria itu adalah Utara dan pria itu sudah berbohong.

Seketika cairan bening seperti ingin beranjak dari matanya, perempuan itu menangis untuk kesekian kalinya karena Utara.

Alana beranjak mendekat ke arah mereka, dan kehadirannya menyentak dua subjek yang kini menjadi penyebab air matanya keluar bergitu saja.

Alana tak bergerak, perempuan itu kaku di tempat dan benar di hadapannya seorang pria yang sudah menjadi kekasihnya sedang berpelukan dengan perempuan lain.

"I hate being a good person, it's just like letting ourselves be hurt by others."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now