[6] - The Real Sun Flower

33 3 0
                                    

Media : JAZ - Dari Mata.

***

"Anjing! Kok lu curang si Van? Tai ah gue kesel" Umpat Rajidan sambil melempar stick PS milik Utara.

Mereka sedang berada di apartemen milik Utara. Sambil menunggu Barak datang, Rajidan dan Devan memilih untuk bermain PS4 dan Utara duduk di balkonnya sambil merokok dan memangku gitar kesayangan miliknya.

"Lo aja yang mainnya gak becus! Kaya gitu aja kalah, lemah dasar lo." Cibir Devan saat Rajidan mengumpat atas kekalahannya.

"Ya lo aja yang curang, kalo enggak gue juga pasti menang tai."

"Bodoamat."

"Lo berdua pada apaan si. Berantem mulu kaya kucing berebut sampahan." Sahut Utara dari arah balkon saat mendengar kedua sahabatnya berdebat, "Si Barak mulung dulu apa? Lama banget bocah." Lanjut Utara dengan nada yang di naikkan satu oktaf.

Barak memang memilih tidak tinggal di apartemen seperti Utara, Rajidan atau maupun Devan. Alasanya ya mungkin karena Barak adalah anak tunggal dan Ayahnya sudah meninggal sejak 1 tahun yang lalu, dan sebagai seorang laki-laki ia memiliki kewajiban untuk menjaga ibunya.

"Macet kali apa enggak dia paling mangkal dulu di lampu merah."

"Ya menuruh lo aja. Itu bocahkan kebo banget apalagi hari ini weekend pasti dia tidur kaya orang mati."

"Telepon aja apa! Kalo enggak chat."

"Gausah di suruh juga udah gua lakuin dari zaman purba, tapi gak di respon."

"Eh, tolol dah. Emang zaman purba udah ada handphone?"

"Yamana tau yakan?!"

Sambil menunggu Barak datang, Devan dan Rajidan akhirnya lebih memilih untuk menonton televisi sambil meminum soda milik Utara.

Sedangkan, Utara yang berada di balkon sedang mencoba mulai memetik senar gitarnya, rokok milik pria tersebut sudah habis dan ia tidak berniat untuk menghisapnya benda yang mengandung nikotin itu lagi.

Saat bersamaan dengan itu pintu apartemen Utara terbuka dan muncul pria berdarah jawa-Australia itu di sana.

"Heh, dari mana aja si lo?" Umpat Devan ke arah Barak saat pria itu muncul dengan cengiran khasnya yang seperti tidak berdosa itu.

"Dari matamu matamu kumulai jatuh cinta, kumelihat melihat ad--" Ucapan Barak terhenti saat wajahnya di terjang oleh sofa bantal milik Utara.

"Weh, anjing! Biasa aja dong lo." Cibir Barak ke arah Rajidan yang baru saja melempar sofa bantal tersebut.

"Lah, lo gila di tanya malah nyanyi."

"Berisik banget si lo berdua udah kaya kucing lagi kawin" Ucap Utara karena kesal, sedari tadi ia pusing sendiri mendengar perdebatan sahabatnya yang tidak penting itu.

"Berak." Rajidan membuang mukanya begitu saja karena kesal dengan sahutan Utara.

Utara kemudian berjalan ke arah sahabatnya dan meletakkan gitar miliknya di atas meja kayu yang berada di sisi pintu balkon.

"Eh, masa nih ya tadi gue gak sengaja ngeliat Fino di parkiran." Barak berucap dengan nada antusian miliknya, "Kalo kata lo pada, dia tinggal di sini juga gak sih?"

"Ye mana gue tau. Emang gue emaknya."

"Gue serius. Tadi itu dia keliatan kaya buru-buru gitu sampe gak sadar kalo papasan sama gue."

"Kalo lo ketemu sama dia, apa yang bakal lo lakuin Ta?" Tanya Devan, ia melirik sahabatnya yang mungkin memiliki rasa benci lebih banyak kepada pria yang di lihat Barak di parkiran tadi.

"Just wait dan see." Utara menciptakan senyum miring di wajahnya. Who knows? Utara bisa jauh lebih gila jika ada seseorang yang berani menyentuh orang-orang yang dia sayang.

"Gaya lo sok banget anjir." Rajidan melemparkan kacang polong yang sedang ia nikmati itu ke arah kepala Utara dan itu berhasil membuat pria itu meringis.

***

Alana saat ini sedang memandang sebuket bunga yang ia temukan tadi pagi tepat di depan pintu kamar apartemennya.

Alana : Lo ngasih bunga ke gue?

Pesan itu belum di balas oleh si penerima pesan, Alana menghembuskan napasnya kasar pikirannya terus berkerja, siapa orang yang mungkin mengirimkannya bunga.

Dalam pesan bunga tersebut memang tertulis untuk dirinya, namun si pengirim tidak mencantumkan namanya sama sekali.

Alana memijat pelipisnya, kemudian membanting tubuhnya di atas kasur. Apa ia harus ke apartemennya Utara dan menanyakan langsung kepada pria itu?

Saat Alana ingin berjalan ke arah pintu ia teringat sesuatu, Alana langsung kembali ke kamarnya dan menggambil ponselnya yang barusan ia letakkan di atas kasur.

Alana kembali duduk sofa miliknya yang berwarna biru navy, Alana membuka group chat dirinya dengan sahabatnya itu.

Group Chat.
[Girls Power]

Alana : Lo pada ada yang ngirim bunga buat gue gak hari ini?

Adelia Maharani : Sekurang kerjaan itukah gue? -_-

Feyla Kamila : Pertanyaan lo gak berbobot

Alana : Gue serius.

Feyla Kamila : W JG.

Alana : Terus yang ngirim siapa?

Adelia Maharani : Y MN W TAI.

Alana : Lo semua pada gagu apa begimana sih? Pada singkat gitu deh.

Alana : Masa Utara si? Itu orang kerajinan banget.

Adelia Maharani : Salah kirim kali Lan.

Feyla Kamila : Iya begi jangan geer dulu.

Feyla Kamila : *O

Adelia Maharani : O lo B aja dongs.

Alana : Berisik deh kalian bukannya mikirin.

Alana : Bukannya gue geer, tapi di pesan bunga itu ada nama gue tapi gak ada nama pengirimnya.

Adelia Maharani : Perlu banget gue umumin di speaker masjid komplek gue?

Feyla Kamila : Sok atuh, geraan lamun ka nyahoan engke aing bere duit serebu.

Adelia Maharani : Bahasa dari planet mana Fey?

Feyla Kamila : Dari planet boboho, cewek dilarang mengumpat di sini.

Alana meletakkan ponselnya di atas nakas dan membiarkan benda pipih tersebut terus bergetar karena notifikasi dari group chat.

Alana berjalan ke arah tempat tidurnya dan kembali meraih bunga tersebut. Alana menegaskan pesan yang terdapat di tangkai bunga dan di situ tertulis ucapan terima kasih, Alana sendiri bingung apa ia pernah berbuat baik atau memberikan sesuatu kepada seseorang, tapi seingatnya tidak.

Alana kembali memperhatikan pesan tersebut dan kini matanya beralih ke ujung surat dan seketika alisnya berkerut.

Alana kembali menggambil ponselnya dan menggetik sesuatu di group chat bersama sahabatnya.

Alana : Kalo Fino yang ngasih kata lo berdua masuk akal gak?

Dan bersamaan dengan itu ponselnya kembali bergetar, kali ini muncul nama Utara dalam daftar chat-nya.

Utara Medi : Gue gak ngasih bunga Lan.

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now