[5] - Sisi Lain.

22 3 0
                                    

Media : Fort Minor Ft. Hally Broo - Where'd You Go.

***

Sejak sepuluh menit yang lalu, Utara dan pria di hadapannya kini hanya saling melempar tatapan sinis dan kebencian, terlihat dari bagaimana gesture Utara saat berhadapan dengan pria itu. Utara melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian menarik napas dan mengembuskannya secara kasar.

Utara tidak ingin membuang banyak waktu bersama seseorang yang menjadi urutan teratas dalam list orang yang sangat tidak ingin ia temui, oleh karena itu ia lebih memilih untuk membuka suara lebih dulu.

"Mau lo apa?" Dua aksen yang muncul saat mendengar ucapan yang baru saja Utara lontarkan. Terkesan dingin dan penuh kebencian

"Hoho, Calm down. Bahkan lo gak ngasih gue waktu buat mikir bagaimana cara terbaik buat menyapa sahabat lama." Pria di hadapannya tertawa, seolah apa yang barusan Utara ucapkan terdengar seperti lelucon.

"Ck, lo tau gue gak pernah suka ngebuang banyak waktu." Mata Utara kini memicing ke arah lawan bicaranya.

Ia sangat membenci seseorang yang pernah membuat hidupnya benar-benar seperti berada di neraka, dalam artian lain ia kehilangan orang yang ia sayang dan Utara tidak ingin hal itu terjadi lagi.

"Jauh-jauh dari hidup gue dan orang yang gue sayang atau--" Utara diam belum melanjutkan kalimatnya, sedangkan pria di hadapannya kini menaikkan satu alisnya sambil menunggu kalimat apa yang akan Utara ucapkan selanjutnya, dan demi apapun Utara bahkan membenci wajah lawan bicaranya itu.

Mengapa tuhan menciptakan wajah setampan malaikat kepada seseorang yang berjiwa iblis?

"Atau apa? Gue bisa ngelakuin apapun hal yang gue suka" Pria di hadapannya kini menerbitkan senyuman sinis sambil melanjutkan kalimatnya, "Tanpa perlu takut sama lo." Tatapan itu penuh sarat akan ancaman, dan Utara tau hal itu tidak main-main.

"Mending lo pergi dan jangan pernah ada di hadapan gue, itu pun kalo lo masih mau hidup dan bernafas secara teratur." Tatapannya menusuk tajam, "Jangan pernah sentuh apa yang udah jadi milik gue."

Setelah Utara mengucapkan sederet kalimat itu dengan nada dingin dan sinis, ia langsung naik ke atas motornya dan menggunakan helm full face miliknya, kemudian langsung melesat pergi dan punggungnya hilang di tikungan.

Sedangkan, pria yang sedari tadi menjadi lawan bicara Utara kembali mencetak senyum miring di wajahnya.

"Bahkan lo gak tau, gue udah berhasil menggengam salah satu apa yang udah jadi milik lo."

***

Alana sedang berada di dapur apartemen miliknya, ia sedang memasak karena saat tengah malam seperti ini yang seharusnya orang-orang sedang tertidur dan berada di ambang mimpinya, justru Alana terbangun dari tidurnya karena tiba-tiba perutnya berdemo meminta untuk di isi oleh makanan.

Saat Alana sedang menuangkan Spagetti yang baru saja ia buat ke atas piring, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu.

Dahi Alana berkerut kemudian matanya beralih ke arah jam dinding yang kini menjunjukkan hampir pukul setengah satu malam kemudian ia berfikir siapa yang datang ke apartemennya saat sudah larut seperti ini.

Alana berjalan ke arah pintu, sedikit melihat siapa yang datang dari lubang kecil di pintu tersebut yang berfungsi untuk melihat siapa yang berkunjung ke apartemennya.

Alana menghembuskan nafasnya lega karena yang datang bertamu selarut ini adalah Utara dan seharusnya sejak awal ia sudah berfikir, bahwa satu-satunya kemungkinan yang menggangu hidupnya hampir 24 jam hanyalah Utara.

Saat Alana membuka pintu, terlihat pria yang menggunakan kaos polos dan celana ripped jeans miliknya serta jaket yang berada di tangan kirinya sedang tersenyum tipis sangat tipis di hadapannya, bahkan jika Alana tidak menegaskan pandangannya ke arah Utara ia mungkin tidak sadar jika kekasihnya sedang tersenyum saat ini.

Tubuh Alana langsung di banting ke dalam pelukan Utara, Alana yang heran dengan apa yang di lakukan kekasihnya itu hanya diam mematung, belum memberikan respon apapun atas tindakan Utara.

"Jangan pernah tinggalin aku, apapun alasannya jangan pernah berani ngelakuin itu." Pria itu berhenti sejenak untuk menarik nafas, "Kamu tau aku sayang sama kamu lebih dari aku sayang sama diri aku sendiri." Bisik Utara saat Alana masih berada di dalam pelukannya dan terdapat nada tegas dalam setiap kata yang Utara ucapkan seolah ia benar-benar takut kehilangan.

But, Hei. Ini masih awal dan seseorang itu masih memberikan mereka waktu untuk saling membahagiakan, sebelum seseorang itu juga yang akan menghancurkan semuanya menjadi berkeping-keping.

Perempuan itu sudah tidak peduli apa alasan Utara tiba-tiba memeluknya seperti ini, yang ia tau kini hatinya menghangat.

Perlahan Alana membalas pelukan Utara dan tersenyum di balik punggung pria tersebut. Bahkan ia sampai melupakan bagaimana nasib spagetti-nya yang mungkin sudah dingin dan menjadi tidak enak, Alana hanya sedang menikmati apa yang sedang Utara suguhkan. Toh, Utara belum tentu satu bulan sekali bersikap romantis seperti ini.

"Dan, kamu harusnya udah tau apa jawaban aku. Buktinya aku masih tetep di sini, di samping kamu. Ya walaupun kamu yang selalu buat onar di sekolah dan ganggu hidup aku terus." Balas Alana sambil terkekeh, percayalah ini sisi lain dari seorang Utara.

Saat bersama orang lain Utara bisa saja bersikap seperti pembunuh berdarah dingin atau seorang iblis yang tidak memiliki rasa belas kasihan, namun saat di hadapan Alana pria itu seolah bertransformasi menjadi malaikat yang melindungi perempuan itu dari orang-orang yang ingin menghancurkannya.

Utara juga tertawa kecil saat mendengar respon Alana, sesaat ia sadar bahwa sejak tadi mereka berpelukan di ambang batas pintu dan mungkin saja ada seseorang yang melihatnya jika tidak mengingat ini sudah lewat dari tengah malam.

"Aku tidur di sini boleh? Di sofa kaya biasa aja, aku males di apartemen sendirian." Utara melepaskan pelukannya dan kini menatap Alana dengan raut wajah memohon.

Alana kemudian mengganguk sambil tersenyum tipis, dan mungkin sifat Utara yang manja saat ini sedang muncul, karena sebenarnya Utara tidak pernah suka sendirian dan merasa sepi. Satu-satu alasan mengapa pria itu bertahan di apartemennya, ya karena Alana.

Utara masuk kedalam dan Alana menutup pintu apartemennya itu, tanpa Alana dan Utara sadari sejak tadi ada seorang perempuan yang memantau mereka dari ujung lorong Apartemen itu dan senyum licik tercetak di wajah cantiknya.

"Well, bahkan ini belom di mulai Utara, dan ternyata dunia itu sempit ya."

The Deal Or LoseNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ