[7] - A Plan

21 3 0
                                    

Media : Ed Sheeran - Shape Of You.

***

Sejak sepuluh menit yang lalu sepasang manusia berbeda gender ini duduk berdampingan di meja kantin, Alana yang sedang memasukkan sesendok bubur ayam ke dalam mulutnya otomatis membelalakan bola matanya saat melihat Utara merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus rokok merek ternama.

"Lo gila ya? Mau ngerokok disini? Mau mati sekarang?" Utara menoleh saat mendengar ucapan Alana barusan.

"Abis pahit banget mulutnya Lan abis makan gak enak."

"Ish, bego banget sih Ini di sekolah Ta. Mau nyari masalah apalagi? Masukin gak rokoknya." Oceh Alana saat Utara belum bereaksi apapun, "Atau gue buang semua itu rokok." Akhirnya Utara menghembuskan nafas pasrah dan kembali memasukkan sebungkus rokok itu ke dalam saku celananya.

Setelah Utara selesai dengan kegiatannya barusan, dua perempuan yang ia kenal sebagai sahabat baik Alana datang dari arah pintu masuk kantin dan berjalan ke arah meja mereka.

"Pagi-pagi pacaran mulu, gak bosen apa?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Fey.

"Kalo bosen tinggal peluk, nanti bosennya ilang." Jawab Utara sekenanya sambil memperlihatkan cengiran khas pria tersebut.

"Seneng lo mah Ta peluk-peluk sahabat gue." Sahut Adel sambil mendaratkan bokongnya di depan sepasang kekasih itu, begitu juga dengan Fey.

Utara terkekeh, sedangkan Alana memasang raut wajah malas saat mendengar ucapan pria yang sudah bersamanya selama satu tahun terakhir.

"Yaudah, lo bisa ke kelas sama mereka kan? Gue duluan ya mau nyamperin yang lain." Pamit Utara saat sadar kini Alana tidak sendiri jika ia pergi lebih dulu.

"Maksud lo yang lain itu, selingkuhan?" Pertanyaan spontan yang keluar dari bibir Adel untuk Utara berhasil membuat Alana menatap tajam sehabatnya itu.

"Bukan lah gila, maksud gue Rajidan, Devan sama Barak." Utara tersenyum di akhir kalimatnya, sebenarnya ia tau tanpa perlu di perjelaspun Alana pasti paham siapa yang di maksud dengan kalimat yang lain.

Kemudian laki-laki itu berjalan menjauh dari meja mereka setelah Utara mengacak rambut Alana yang sudah tertata rapi itu dan sempat membuat si perempuan mengerang kesal.

***

Utara, Barak, Rajidan beserta Devan berjalan dengan formasi lengkap di koridor kelas 12. Mereka bercanda dan sesekali bersumpah serapah karena ucapan Barak yang terlewat tidak berbobot sama sekali, seperti; sejak kapan ayam memiliki bulu.

"Sumpah ya, lo pada kadang ngerasa sedih gak si kalo jadi ayamnya? Lo pada gak tau asal usul mereka dari mana, tapi kalo suruh makan dagingnya maju paling depan."

"Ya mana gue tau sedih apa enggak, emang gue pernah jadi ayam." Sahut Devan yang berada di sisi kiri Barak, sedangkan Utara dan Rajidan memutar bola matanya malas dan lebih memilih diam.

"Pokoknya kita harus membela keadilan dan kesejahteraan ayam, saudara-saudara." Ucap Barak dengan intonasi yang lebih tinggi sambil mengangkat telunjuknya ke udara seperti sedang berdemo.

"Bodo amat rak bodo." Sahut Rajidan acuh sambil meninggalkan sahabatnya dan di susul oleh Devan dan Utara yang terkekeh akibat respon Rajidan barusan.

"Kejam kalian semua, di kata gue rak sepatu kali. Maen panggil rak rok rak rok jadi rocker aja gue sekalian." Oceh Barak saat menerima respon Rajidan, kemudian pria itu kembali menyusul sahabat-sahabatnya.

Langkah Rajidan yang berada lebih dulu di depan kawan-kawannya terhenti saat melihat sosok pria yang kini berdiri di hadapannya, otomatis Devan dan Utara pun melakukan hal yang sama begitupun juga dengan Barak dan kini Utara sudah melayangkan tatapan tajam ke arah pria tersebut.

Seolah tidak terusik dengan tatapan tajam itu, Fino justru tertawa meremehkan. Keempat pria di hadapannya sudah tidak lagi asing di dalam ruang pandangannya, ini pertama kalinya mereka bertemu secara langsung dan di saat momen yang tak terduga.

Fino tersenyum puas, kali ini ia benar-benar beruntung. Lelaki itu pintar memanfaatkan momen, setidaknya ia sudah berada di tempat yang tepat.

"Bonjour." Kalimat sapaan yang menggunakan bahasa prancis itu di ucapkan oleh Fino dengan fasih.

Fino tau keempat pria di hadapannya mengerti maksud bahasa yang barusan ia ucapkan, tetapi mereka lebih memilih diam mematung dan menunggu kalimat selanjutnya.

"Gue tau Ta dalam diri lo, lo itu lagi gak sesantai ini." Fino kembali berucapkan kali ini dengan nada yang di buat sesantai mungkin dan terkekeh di akhir kalimatnya.

Utara tersenyum miring, tatapan Fino kini terfokus pada pria di sebelah kiri Rajidan.

"Kalo pun gue gak sesantai sekarang terus hubungannya sama lo apa?" Tanya Utara dengan tampang tengil miliknya.

"Udah berapa lama si kita kenal." Fino kembali membalas ucapan Utara, kedua pria tersebut memang terlihat hanya saling melontarkan kalimat pedas serta tatapan tajam, namun perlu di ketahui di dalam dirinya mereka sedang menahan emosi yang bergejolak.

"Terus mau lo apa bangsat?!" Kali ini Rajidan yang berbicara, seolah mewakilkan pertanyaan yang singgah di pemikiran Devan dan Barak barusan.

"Cill man. Kalo gue bilang, --gue mau cewek lo gimana?" Fino berucap dengan intonasi sedikit lebih rendah dan tatapannya kini kembali beralih ke arah Utara.

Utara seketika meledak saat mendengan kalimat yang baru saja Fino ucapkan, seolah bagi pria itu Alana hanya barang yang bisa berpindah tangan begitu saja.

Satu tinjuan mendarat di pipi sebelah kanan Fino, pria itu terhuyung ke belakang karena serangan Utara yang tiba-tiba. Rajidan, Devan dan Barak pun tidak heran dengan tindakan yang Utara ambil, karena mereka mengerti; pria mana yang tidak akan emosi jika ada pria lain yang berkata seperti itu di hadapannya langsung. Utara kini menarik kemeja milik Fino sampai pria itu kembali bangkit dari duduknya.

Fino hanya tersenyum miring saat Utara memukulnya dari arah kanan, Fino bisa saja membalas tindakan Utara barusan tapi bukan itu rencana Fino yang sebenarnya.

Fino ingin menarik simpati Alana kepadanya dan ini waktu yang sangat tepat karena jarak dua langkah di belakang Utara terdapat Alana yang seolah menatap pria tersebut dengan tatapan emosional.

"UTARA?!"

Tinjuan yang barusan ingin Utara berikan lagi kepada Fino kini terhenti akibat suara teriakan dari Alana, Utara terkisap seketika ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah Fino dan pria itu tersenyum menang.

"Sial." Desisi Utara saat menyadari sebenarnya ini hanya rencana Fino saja untuk memancingnya dan pria itu berhasil.

Alana mengubah raut wajahnya menjadi kecewa saat manik matanya menatap bola mata milik Utara, dan kini perempuan itu berlari menjauh dari kerumunan orang-orang yang sejak tadi melihat kejadian itu dan kini Utara mengerang dan mengacak rambutnya frustasi.

The Deal Or LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang