[11] - Peringatan Pertama.

8 2 0
                                    

Media : Crazy In Love (Fifty Shadase Of Grey) - Bayonce covers.

Hari ini hari minggu, menurut Utara satu dari sekian banyaknya Alasan mengapa weekend selalu membosankan yaitu ketika Alana pergi ke Bandung untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, dan alhasil kegabutannya mengantarkan pria itu pada sebuah kafe bergaya klasik.

Semula pria itu hanya berjalan tak tentu arah karena pada awalnya ia merasa bosan dan Utara sangat tidak minat untuk memanggil teman--temannya untuk datang ke apartemen miliknya.

"Satu--dua gelas kopi gak masalahlah ya." Gumam Utara sambil melangkah memasuki kafe tersebut.

Kafe ini terlihat sepi, hanya terlihat beberapa pasangan yang sedang asik mengobrol, ah-- mengingat hal itu ia jadi menrindukan Alana-nya.

Utara menggeleng pelan, sejuruh kemudian pria itu mengambil tempat duduk tepat di pojok kafe. Pria itu memesan segelas moccachino kesukaannya, Utara mengganguk-gangguk kecil mengikuti alunan lagu slow yang menggema di dalam ruangan tersebut.

Dari arah berlawan seseorang menepuk pundak Utara dan hal itu berhasil memusatkan perhatian pria itu kepada perempuan bergaya girly di hadapannya.

"Hey, long time no see" Pekik seorang gadis saat mengetahui ia tidak salah mengira seseorang di hadapannya.

Utara canggung dan terkejut melihat perempuan di hadapannya, ia tidak tau harus bersikap seperti apa. Utara tersenyum samar, "Iya lah, lo kan kabur ke Belanda." Terdengar kekehan Utara di akhir kalimat.

Perempuan itu yang semula tersenyum ceria kini berubah menjadi senyum kecut, "Boleh gue duduk sini?" Belum sempat Utara menjawab seorang pelayan mengantarkan pesannya ke meja mereka, Utara mengucapkan terima kasih kemudian pelayan tersebut pergi berlalu.

"Lo sendiri?" Gadis itu kembali berucap dengan nada ceria, sambil meletakkan tas kecil miliknya di atas meja.

Melihat hal tersebut tanpa sadar Utara berdecak, menurutnya perempuan di hadapannya sungguh merepotkan karena Utara sendiri tidak ikhlas bila meja yang ia pilih menjadi lebih sempit karena perempuan itu meletakkan tasnya di atas sana.

"Tas lo ribet, buang aja apa." Desis Utara dengan nada sinis.

"Sinis banget si Ta. Lo gak kangen sama gue?"

"Tara, listen. We're not gonna go back to the way they used to be. So don't get your hopes up at a meeting we are the only coincidence." Utara berucap kembali dengan nada tegas, alis pria itu bertaut kemudian tanpa aba--aba pria itu meninggalkan perempuan tersebut berserta segelas kopi yang belum sempat ia cicipi.

"Segitu benci lo sama gue, Ta?" Desis Perempuan bernama lengkap Tara aprilia sambil menahan tangisnya.

***

Utara mengumpat kesal sambil menendang batu kerikil kecil, "Sayangkan tuh kopi gue belom ke minum. Kenapa si tuh parasit pake balik lagi ke dunia gue?" Tanpa sengaja batu kerikil tersebut mengenai seseorang.

"Sialan kepala gue." Pekik Barak sambil mengusap kepalanya.

Utara hampir menahan tawanya namun sayang tawanya tetap meledak saat melihat ekspresi pria di hadapannya.

"Eh, badak gabut lo kurang ajar ya."

"Sori sori, abis lo ngapain di situ?"

"Mancing," Sahut Barak sekenanya dengan raut kesal.

Utara tertawa kembali sambil memegang perutnya, "Lo jomblo si makanya gabut juga kan lo?"

"Sialan, masih mending gue jomblo dari pada lo pacaran berasa jomblo."

Jderr

Sakit, bungg.

Tawa Utara seketika berhenti, raut wajahnya berubah masam sambil memutar bola matanya ke atas, "Sialan," Umpatnya.

Kali ini gantian Barak yang tertawa terpingkal--pingkal melihat ekspresi Utara, "Udah, sekarang mending ikut gue aja."

Utara pun pasrah, pria itu hanya mengangguk dan berjalan mengikuti sahabatnya.

***

Sebuah warung yang berjarak 2 meter dari lingkungan sekolah terlihat ramai, di sana sudah ada beberapa temen dekat Utara sedang mengobrol atau sekedar merokok, meskipun hari ini libur bukan berarti larangan bagi teman-teman Utara untuk sekedar nongkrong atau berkumpul.

"Gue kira lo bakal bawa gue ke mana. Ternyata warung Teteh." Utara menghembuskan napasnya lega,

Barak terkekeh, kedua pria itu kemudian keluar dari dalam mobil dan berjalan mendekat ke arah tujuan mereka.

"Asoy, ATM berjalan dateng. Bisa kali nih gua jajan banyak hari ini." Teriak Rajidan dan wajahnya kini di hiasi cengiran bodoh.

Utara hanya mendenguskan nafasnya, "Matre juga lo ya."

Kini teman-teman di sekelilingnya tertawa, menertawakan lelucon mereka. Sampai saat terdengar suara umpatan salah satu dari mereka.

"Bangsat!" Umpatan itu keluar dari mulut Bagas, pria berkulit sawo matang serta berada di kelas yang sama dengan Alana.

Seketika seluruh penghuni warung tersebut memusatkan perhatian kepada pria itu, Bagas sendiri; Jidat pria itu kini mengeluarkan darah yang cukup banyak akibat timpukan batu yang lumayan besar dan terdapat selembar kertas kusut yang menyelimuti batu tersebut.

Utara otomatis mengedarkan pandangan kesekeliling warung tersebut untuk mencari pelakunya; namun nihil.

Saat ini Rajidan sedang berlari ke dalam warung Teteh untuk mengambil kotak P3K yang sengaja mereka simpan di tempat itu jika terjadi kejadian yang darurat seperti ini.

Barak tengah sibuk membantu Bagas menanggani lukanya yang cukup dalam, "Kita harus bawa Bagas ke rumah sakit." Suara Barak terdengar nyaring karena di sekitar mereka cukup kaget dengan kejadian tersebut dan memilih diam.

"Yaudah, lo bawa Bagas ke rumah sakit sana. Ada yang perlu gue urus."

Setengah dari mereka lebih memilih membantu Bagas berjalan ke mobil dan mengantar pria itu ke rumah sakit.

Utara berjalan ke arah batu yang sejak beberapa menit di hempaskan ke arah warung, pria itu sadar sasaran sebenarnya adalah dirinya. Mungkin lemparan tersebut meleset sehingga mengenai kepala Bagas, karena pria itu berdiri sangat dekat dengannya.

Utara membuka kertas kusut itu secara perlahan, dan terlihat tinta hitam yang membentuk kalimat di dalam gulungan kertas tersebut dan Utara mengenali tulisan itu.

Hello, brother. The game will begin, get ready for this.

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now