[9] - Firasat

13 4 0
                                    

Media : James Blunt - Love Me Better.

***

Luka lebam berwarna biru keungu-unguan mendominasi wajah pria di hadapan Alana, Utara masih belum berbicara sejak pria itu sendiri yang membawa Alana ke taman kecil yang berada di belakang sekolah mereka.

"Maaf," kata itu berhasil keluar dari mulut Utara dan membuat Alana menoleh dan memfokuskan pandangannya ke arah Utara.

"Lo gak salah, lo berhak marah kaya tadi." Alana berusaha untuk tersenyum agar tidak memperkeruh.

"Lo tadi mabal?" Utara mengganguk sebagai jawaban, Utara selalu bertindak seperti itu setiap kali pria itu melakukan kesalahan ia akan menghilang sementara --membiarkan Alana menerka apapun di dalam pikirannya meski nanti akhirnya pria itu juga yang akan menjelaskan segalanya.

"Gue gak tau apa alasan yang ngebuat lo segitu bencinya sama Fino, tapi gue gak suka cara lo." Perempuan itu diam sejenak sambil menatap pria di hadapannya, "Biar bagaimanapun tindakan pukulin orang apalagi di lingkungan sekolah adalah tindakan yang gak bisa di anggap benar. Terlepas apapun itu alasannya."

"I know." Utara menjeda, pria itu menarik nafasnya, "Gue cuma gak suka waktu dia bilang mau ngerebut lo dari gue."

"Lo udah kenal sama Fino sebelumnya?" Pertanyaan yang Alana katakan barusan berhasil membuat Utara diam, bibirnya mengatup rapat dan Alana masih menunggu pria di sampingnya kini menjawab pertanyaannya.

Angin kini berhembus kencang dan awan berubah menjadi gelap, Utara masih belum mau membuka mulutnya.

"Lo sembunyiin sesuatu dari gue Ta?"

"Egh, E-enggak." Utara gugup, kebohongan kedua yang ia perbuat kepada perempuan di hadapannya.

Utara kini memiringkan posisi duduknya untuk menatap wajah Alana yang kini terlihat bingung karena respon pria tersebut.

Utara mencoba meraih tangan perempuan di hadapannya, menggengam pergelangan tangan yang seakan-akan memang tuhan ciptakan untuk dirinya, "Gak ada yang perlu kamu khawatirin. Please, jangan pergi apapun yang terjadi."

Alana diam, perempuan itu berusaha untuk mempercayai perkataan Utara. Benar kata Utara, setidaknya memang untuk saat ini tidak perlu ada yang perlu ia khawatirkan.

Alana mengganguk berusaha mengerti pria di hadapannya kini, "Kita ini bukan sekedar pacaran, Ta. Kamu temen aku, kamu sahabat aku, kamu rumah aku, jadi aku mohon kamu bisa berbagi apapun itu sama aku." Alana menggengam tangan Utara seolah memberi rasa tenang di sana, dan perempuan itu berhasil.

Utara selalu percaya Alana yang terbaik bagi dirinya, entah akan ada badai seperti apa nantinya pria itu akan tetap menggengam tangan Alana seperti saat ini.

***

"Kalo menurut gue ya Lan, lo itu berhak tau apa alasan Utara benci sama Fino." Adel berbicara sambil mengambil cemilan yang tersedia di ruang tamu apartemen milik Alana.

"Tapi Del gak bisa kaya gitu juga, Alana emang punya hak untuk tau alasan Utara bersikap kaya gitu, tapi Alana juga gak bisa maksa kalo seandainya Utara belom siap." Argumen yang di berikan Fey atas pendapat Adel berhasil membuat Alana berfikir apa yang di ucapkan sahabatnya itu ada benarnya.

Alana membuang nafasnya kasar, ia tidak ingin menerka apapun yang tidak pasti, perempuan itu ingin Utara yang menceritakan segalanya agar pria itu juga nyaman terhadap dirinya.

"Gue gak ada niat buat maksa Utara untuk cerita, gue sendiri juga belum tau apa dugaan gua yang 'bilang' kalo Utara sama Fino itu udah kenal lama itu bener atau enggak." Alana menarik nafasnya, "Cuma dari cara mereka ngomong itu kaya ada dendam di diri mereka masing-masing."

"Gini deh, kita gak bisa nebak apa yang ada di pikiran Fino ataupun Utara. Mending sekarang lo bersikap netral aja, seolah emang lo gak tau apa-apa. Utara pasti gak akan tega bohongin lo. Kalian pacaran udah bukan masih satu atau dua bulan dan menurut gue soal kepercayaan gak perlu ada yang di ragukan lagi dari Utara." Fey menjeda, perempuan itu menggambil cemilan yang tersedia di hadapannya kemudian melanjutkan kalimatnya, "Sekarang tinggal lo liat tindakan yang Fino ambil saat berhadapan sama lo kaya gimana, kalo udah mulai menjurus ke masalah perasaan --lo pasti ngerti lah Lan, Berarti Fino emang gak main-main buat ngerebut lo dari Utara."

Adel dan Alana reflek tercengang atas apa yang barusan Fey ucapkan, sahabat Alana yang satu ini biasanya kalo soal beginian lemotnya lebih parah dari siput, Lah ini tumben bener apa karena penggaruh dari makanan yang Alana suguhkan di ruang tamunya? Tapi sedari tadi Adel seperti biasanya tidak ada yang berbeda. Oh, mungkin Fey otaknya sedang sinkron saat ini.

"Sumpah, yang barusan ngomong itu beneran lo Fey?" Adel menepuk sebelah pipi Fey ia benar-benar sadar bahwa perempuan yang di hadapannya kini benar sahabatnya.

"Ye, kampret emang." Alana dan Adel sontak terbahak akibat respon Fey barusan.

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now