[8] - First Mission Completed

18 3 0
                                    

Media : Jonas Blue - Perfect Strangers.

***

Keempat lelaki yang sudah menginjak kakinya di warung Teteh sejak dua puluh menit yang lalu kini sibuk dengan aktivitasnya masing-masing; Rajidan dan Devan sibuk bermain Uno dan Barak sibuk dengan ponsel miliknya.

Setelah kejadian tadi Utara lebih memilih untuk membolos pelajaran dan mengajak ketiga temannya kesini, banyak anak dari sekolah lain juga yang senang singgah ke warung ini jika sedang suntuk dengan pelajarannya.

Utara kembali menyulut rokok miliknya dan menghisap benda yang mengandung nikotin itu ke dalam mulutnya yang entah sudah terhitung berapa batang sejak tadi. Jika pria itu lebih memilih masuk kelas pun percuma tidak akan ada materi yang dapat di sambut baik oleh otaknya.

Pemikiran yang sejak tadi memenuhi rongga otaknya tidak lain tentang Alana, setelah perempuan itu berlari menggambil jarak darinya --Utara memilih untuk tidak mengejar Alana.

Utara hanya memberi waktu untuk perempuan itu berfikir, membiarkan Alana menerka apapun yang Fino ucapkan tadi pagi di lorong kelas. Tidak banyak masa lalu tentang dirinya yang Alana ketahui, kekasihnya itu hanya tau bahwa ia tulus mencintai perempuan tersebut dan melindunginya.

Utara tau ini salah, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk menceritakan kejadian pahit di masa lalunya yang berhasil membuat dirinya dan ketiga temannya pindah kembali ke kota jakarta dan lebih memilih melanjutkan pendidikan mereka di sini dengan memulai semuanya dari awal.

Utara membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjak benda tersebut menggunakan sepatunya, dan kemudian pria itu berjalan mendekat ke arah warung Teteh dan mengambil sebotol air mineral yang tidak dingin, Utara tersenyum saat teteh melihatnya memasuki warung yang sejak 1 setengah tahun silam resmi menjadi tempat pelariannya dengan kawan-kawannya saat sedang bosan di sekolah.

"Neng Alana-nya mana?" Suara teteh dengan logat sunda yang kental berhasil membuat Utara menoleh saat ia mulai berjalan keluar dari warung tersebut.

"Lagi belajar lah teh, masa Utara ajakin bolos juga ke sini." Utara terkekeh dengan ucapannya sendiri sedangkan Teteh lebih memilih tersenyum kemudian menggangukkan kepalanya.

Utara duduk di atas bale yang terbuat dari bambu bersama teman-temannya, teriakan yang keluar dari mulut Rajidan berhasil mengusik pemikirannya tentang Alana.

"Gue menang! Udah tuh lo kalah berarti lo harus ngabulin permintaan gue." Rajidan antusian dengan kemenangannya sedangkan Barak dan Utara berdesis jengkel saat telinga mereka terganggu oleh teriakan sahabatnya itu.

"Awas lo ye permintaannya macem-macem gue gorok leher lo." Devan berkata dengan nada kesal, pria itu kemudian menenggak kembali susu coklat hangat yang sudah ia pesan sejak lima menit yang lalu.

"Eh, lo pada tau gak sih? Tadi tu gue rasanya pengen nonjok si Fino juga saking keselnya." Barak mulai mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Iya sih, saking aja itu orang kayanya nyari masalahnya lebih ke Utara gitu." Sahut Rajidan, Utara lebih memilih diam entah tidak ingin menanggapi soal pembicaraan mereka atau memang belum mau untuk membicarakannya.

"Kalo gue jadi Utara gue juga bakal ngelakuin hal yang sama kaya yang dia lakuin tadi." Devan menjeda, "Ibarat kata nih ya, cowok mana yang bakal santai-santai aja kalo ada cowok lain yang terang-terangan mau ngerebut ceweknya. Ya kecuali kalo itu cowok emang sama brengseknya."

"Lo pada enak ya ngomongi orang kaya orangnya kagak ada di sini." Utara melempar kacang polong yang entah sejak kapan sudah ada di genggamannya kepada ketiga temannya.

"Yang pentingkan kita kagak ngomongin yang macem-macem." Barak menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya.

"Lo lagi chatan sama siapa si? Serius banget kayanya." Devan yang sejak tadi duduk di sebelah pria berdarah jawa campuran itu baru sadar jika sejak tadi temannya itu sibuk dengan ponselnya.

"Apaan si gila, kagak." Elak Barak, namun hal tersebut tidak berpengaruh sama sekali pada ketiga temannya.

Rajidan tersenyum penuh arti, "Jadi sekarang ada yang gak mau cerita-cerita nih." Ucap pria tersebut dengan sedikit melirik ke arah Barak.

"Apaan si anjing! Orang gue iseng doang, emang salah maen hp mulu? Lo semua juga pasti pernah begitu."

"Alah tai, target lo yang mana lagi?" Kali ini Utara yang bersuara, pria itu juga tersenyum seolah mengejek.

"Tau ah, lo pada gak jelas semua." Barak sedikit kesal, kemudian pria itu berjalan ke arah warung teteh untuk memesan susu coklat sama seperti milik Devan.

"Baper kaya cewek lo najis." Utara terkekeh begitupun dengan kedua temannya yang lain saat melihat reaksi Barak yang seperti salah tingkah.

***

Alana membuang nafasnya kasar sekitar lima menit yang lalu bel istirahat berbunyi, sejak jam pertama pelajaran dimulai Rajidan tidak ada di tempat duduknya, ia membolos pelajaran dan dapat di perkirakan bahwa Utara juga melakukan hal yang sama.

"Lan, lo mau ke kantin gak?" Ucap Adel dari arah sebelah kiri berhasil membuat Alana memfokuskan pandangan ke arah sahabatnya itu.

"Kalian duluan aja, gue mau ke kelas Utara dulu." Adel dan Fey mengganguk mengerti kemudian kedua perempuan itu berjalan menjauh dari Alana.

Alana mulai berjalan ke arah kelas 12 MIPA 5 untuk memastikan apakah kekasihnya itu benar membolos bersama Rajidan dan yang lain atau tidak.

Saat perempuan itu mulai mendekati arah pintu kelasnya sebuah lengan kokoh menahan pergelanggan tangannya otomatis tindakan tersebut berhasil membuat Alana menghentikan langkahnya.

Alana memutar tubuhnya berbalik dan terlihat Fino sedang berdiri di hadapannya, satu tangan pria itu ia masukkan ke dalam saku celana putih abu-abu miliknya dan terlihat samar pria itu juga tersenyum.

Alana yang tidak tau harus bertindak seperti apa langsung manarik tangannya dari pria di hadapannya, dan sekilas tersenyum tipis.

"Ada apa Fin?" Alana bertanya dengan nada gugup, ia merasa tidak enak saat melihat wajah milik Fino yang sedikit lebam akibat tindakan Utara.

"Muka lo udah mendingan? Mending lo ke UKS aja minta obatin di sana." Saran Alana dengan nada lembut, perempuan itu menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga menggunakan tangannya.

"Lo bisa ngobatin gue?" Beberapa detik tidak ada yang berbicara di antara mereka hanya suara bising dari murid-murid lain yang mendominan.

"Sorry, gue ada perlu bu--"

"Please,"

Alana bungkam selama beberapa detik lalu kemudian perempuan itu mengganguk lemah, jujur Alana tidak enak jika harus menolak karena Fino seperti ini juga karena ulah Utara dan menurutnya tidak ada yang salah jika ia sedikit membantu.

Selanjutnya Fino menarik tangan Alana untuk berjalan ke arah UKS dan bersamaan dengan itu Utara melihat objek yang sejak tadi ia cari --yang ternyata sedang bersama orang yang paling ia benci.

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now