[4] - The Power Of Mama.

33 3 0
                                    

Media : DJ Snake Ft. George Maple - Talk.

***

"Kan udah Mama bilang mending tinggal di rumah aja sama Mama, kalo kamu sakit kaya gini yang repot siapa?! Mama juga kan, harus bolak-balik ke sini emang di kira gak capek? Sekali aja coba Utara dengerin Mama, jangan sepelein kesehatan!" Oceh Bianca saat menerima kabar bahwa anaknya sedang sakit hanya gara-gara telat makan.

Utara itu luarnya doang sangar, dalemnya mah sama aja kaya manusia, bisa sakit juga.

"Y ma y."

"Kalo orang tua bilangin itu jawab yang bener, kalo gak ada Mama juga kamu gak ada!"

"Kalo gak ada Papa Utara juga gak ada, emang mama bisa bikin sendiri?"

"Jawab mulu kamu, mau kualat berubah jadi bata?!"

"Batu si kalo durhaka, Mama nih ngarang aja." Jawab Utara lagi membenarkan ucapan Bianca.

"Biarin aja! Orang marah mah bebas."

"Fine! Mama benar dan Utara salah. Emang ya cewek itu egois maunya di ngertiin, emang cewek doang yang sering ngerasa tersakiti? Cowok juga punya hati kali."

Bianca pun tersenyum kemenangan saat mendengar ucapan Utara barusan, "Gausah pake curhat segala, berarti kamu mau dong balik lagi tinggal di rumah sama Mama?"

"Enggak!" Sahut Utara cepat, "Mama banyak ngatur, pokoknya Utara tetep tinggal di sini."

Kemudian Bianca menyubit pinggang Utara dan berhasil membuat pria tersebut memekik kesakitan, "Mama ngatur karena sayang! Pokoknya awas aja kalo sampe kamu macem-macem bikin masalah, Mama gak akan izinin kamu tinggal di Apartemen ini lagi."

"Yaudah sih, kan ada Alana juga yang bisa ngerawat Utara. Banyak temen-temen Utara juga, jadi bisa numpang makan kalo lagi males masak." Jawab Utara sambil tersenyum menunjukan deretan. giginya.

"Jangan kaya orang miskin Utara, pake minta makan ke orang lain." Oceh Bianca lagi, memang bianca itu jika sudah marah bisa ngalahin power ranger tenaganya, ngoceh semalaman juga tidak akan abis batrai.

"Barak, Devan, Rajidan sama Alana itu bukan orang lain Ma."

"Mama tau tapi jangan ngerepotin mereka, mana tau kalo mereka lagi krisis moneter gitu dan kamu gak tau, terus kamu numpang makan sama mereka kan jadi gak etis."

"Yakali Utara gak tau kalo mereka lagi ada masalah, Utara kenal mereka bukan baru satu atau dua hari Ma." Sahut Utara sambil mengotak-atik ponselnya, ia sedang bermain game yang ia sukai di ponselnya dan tidak perduli jika Bianca akan mengoceh selama jagat raya ini berdiri, Nanti kalo udah capek juga berhenti' pikir Utara.

"Kamu tuh jawab mulu kalo Mama ngomong, itu mulut turunan siapa si?"

"Mama lah, gak sadar apa udah dua jam mama ngocehin Utara. Astagfirullah Ma kalo ibarat kata ini ya, kuping Utara udah panas kali karena ke gerus sama kata-kata mama yang nyakitin itu." Jika Utara sudah menyebut seperti tadi, itu tandanya tindakan yang di lakukan lawan bicaranya cukup menyiksa batin Utara.

Bianca diam tidak menyaut dan itu berhasil membuat Utara tersenyum puas, pandangan pria tersebut tetap fokus ke arah layar ponselnya namun detik selanjutnya kuping Utara seperti ada yang menariknya dan jujur rasanya sangat sakit.

"Enak kamu ngomong gitu ya! Yaudah uang jajan kamu Mama potong bulan ini, sama orang tua kok kurang ajar!" Bianca masih terus menarik kuping Utara sampai terlihat me-merah, meskipun putranya tersebut terus memekik kesakitan.

"Yah, Mama mah ga--" Ucapan Utara terhenti saat terdengar suara ketukan dari arah pintu, kemudian dari arah yang sama muncul seorang perempuan yang masih menggunakan seragam khas SMA Purnama Bakti sambil tersenyum entah ke arah Bianca ataupun Utara.

"Assalamuallaikum," Ucap Alana sambil berjalan ke arah Bianca dan mencium punggung tangan perempuan di hadapannya.

"Masya allah calon istri idaman benget si Lan, pake bilang salam segala terus nyium tangan Mama, gak sekalian cium pipi aku." Lantas Bianca lansung menoyor kepala putranya tersebut karena berbicara sembarangan.

Alana yang melihat kejadian tersebut hanya tertawa. Memang terlihat tidak etis apa yang Bianca lakukan kepada Utara tapi biarlah menjadi urusan mereka.

"Ngomong enak banget, mulutnya minta Mama cabein apa?"

Seketika Utara teringat dengan apa yang terjadi sebelum Alana datang ke kamar apartemennya. Utara langsung berlari dan bersembunyi di balik tubuh Alana yang sebenarnya lebih pendek dari dirinya.

"Lan masa Mama mau motong uang jajan aku, terus kalo aku mau jajan atau makan gimana? Aku numpang makan sama kamu aja ya?" Kali ini Utara memasang raut wajah memelasnya sambil terus memohon kepada kekasihnya tersebut.

"Gak, kali ini aku ada di pihak Mama. Kamu kalo punya uang boros, buat beli rokok mulu bukan buat makan." Balas Alana sambil berjalan ke arah Bianca dan perempuan tersebut tersenyum kemenangan sambil merangkul pundak Alana.

Coba bayangkan, Mama-nya saja jika sudah marah mungkin bisa membuat guci pajangan yang biasanya terdapat di rumah Utara pecah dengan hanya di lihat oleh sorot mata tajam milik Bianca, Lalu bagaimana kabar dirinya jika Bianca dan Alana bersatu. Sudah, mungkin kebebasannya akan berhenti sampai di sini dan lautan terasa mengering begitu saja seperti tidak akan ada kehidupan lagi.

Seketika mata Bianca melebar karena mendengar ucapa Alana barusan, "Oh jadi selama ini uang jajan kamu abis buat ngerokok Utara, lama-lama bukan cuma paru-paru kamu yang item. Masa depan kamu nanti juga ikut item, terus kalo udah gitu mana mau Alana sama kamu." Sudah kelar. Kelar hidup Utara saat ini juga, Utara memang tidak pernah merokok di hadapan Bianca, sengaja biar terkesan anak baik-baik.

"Yah, si Mama pake ngomong begitu, kan Utara jadi berasa madesu gitu Ma. Lagian Alana pasti mau sama Utara kan Utara ganteng kaya Cameron Dallas, itu tuh cowok yang sering Alana teriakin kalo ngeliat fotonya di instagram.

"Kok kamu tau Ta?" Tanya Alana dengan dahi berkerut, ia bingung dari mana Utara tau jika Alana sering teriak saat melihat foto Cameron Dallas di instagram.

"The Power Of Utara gitu loh." Sahutnya dengan tampang tengil khas milik Utara.

"Udahlah, Mama pusing kalo ngurusin kamu. Mending sekarang kamu mandi, bau tau. Ada Alana juga belom mandi." Cibir Bianca sambil medorong putranya tersebut untuk masuk ke dalam kamarnya.

Akhirnya Utara menyerah. Bukan karena ia takut dengan Bianca, hanya saja ia malas mendengar ocehan Bianca lagi dan kupingnya seperti terbakar karena ocehan mama-nya tersebut, tapi takut juga ia sih takut durhaka nantinya. Utara bergidik ngeri saat membayangkan dosanya yang mungkin besarnya sudah mengalahkan bumi.

Saat Utara ingin berjalan ke arah kamar mandi dengan handuk yang sudah menggantung di batang lehernya, tiba-tiba ponsel miliknya yang di letakkan di atas kasur barusan layarnya berkedip dan bergetar. Utara membalikkan tubuhnya kemudian meraih ponselnya dan membuka pesan yang barusan datang, mana tau penting yakan?!

Namun seketika mata miliknya ingin loncat begitu saja saat membaca pesan dari Rajidan barusan.

Rajidan Attariq : Urgent! He's Come Back.

The Deal Or LoseWhere stories live. Discover now