37. Inhale-Exhale

Start from the beginning
                                    

Ia menarik tangan Oliver untuk maju ke depan, dan hendak menyerobot orang-orang, tapi Oliver menahannya. "Tadi aja, sok-sokan gak mau nonton, pas udah nyampe venue, baru kumat, udah ah. Disini aja. Kasihan orang-orang yang udah berdiri di depan dari tadi. Yang harusnya mereka ada di depan, eh jadi di belakang gara-gara lo serobot."

Olivia cemberut, tapi setelah itu ia mengangguk tidak peduli, sembari berjinjit ia meneriakkan nama Luka Memmings, yang membuat Oliver memutar bola matanya. Apa tampannya sih lelaki itu? Dari kejauhan, Oliver melihat pakaian mereka yang lebih cocok seperti pengamen jalanan.

Apalagi yang berketurunan Indonesia itu. Siapa ya namanya? Oliver lebih kasihan lagi melihatnya karena orang Indonesia itu mengenakan pakaian bolong-bolong seperti pengemis yang meminta-minta di Pasar Anyar.

Dilihatnya Olivia yang membuka mantel dan memberikannya pada Oliver, setelah itu ia mengacuhkan Oliver lagi dan kali ini ia meneriakkan nama Mickey. Cih.

Oliver merasa pusing karena suara musik yang terlalu keras ditambah dengan teriakan penonton yang membuat telinga Oliver akan tuli apabila mendengarnya terus menerus.

Sebenarnya Oliver memiliki beberapa phobia yang tidak diketahui Olivia, diantaranya seperti keramaian tempat konser, dan juga kecoa, apalagi kecoa terbang. Maka dari itu, kepalanya sangat pusing karena keramaian ini, dan inilah penyebabnya saat Oliver menahan tangan Olivia untuk tidak berdiri di paling depan. Ia hanya tidak ingin dirinya pingsan, yang ada malah mempermalukan dirinya sendiri.

Dengan tangan kiri yang memegang mantel coklat milik Olivia, Oliver merogoh saku celananya, dan bernapas lega saat mengetahui kotak kecil itu masih ada. Ia menatap Olivia yang mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar intro lagu dari 5 Seconds of Summer. Ia kenal lagu ini, bahkan liriknya hapal di luar kepala, karena bisa dibilang lirik di lagu ini juga memiliki arti yang dalam menurutnya. Bahkan, Oliver sempat menangis di pesawat saat lagu ini terputar secara acak di ponselnya. Ya bagaimana tidak? Ia mendengarkan lagu ini tepat saat ia harus meninggalkan Olivia untuk pergi ke Jepang.

Trust me, a guy can cry too.

Dan tepat disaat itu pula, suara Luka Memmings mengalun.

Within a minute I was all packed up

I've got a ticket to another world

I don't wanna go

I don't wanna go

The silent words are hard to speak

When your thoughts are all I see

"Don't ever leave," she said to me

Oliver kembali mengulang kejadian empat tahun yang lalu, tepat disaat ia harus meninggalkan Olivia, dan sejujurnya Oliver tidak ingin pergi. Ia tidak bisa mengatakan kepergiannya secara langsung karena apabila ia berhadapan dengan Olivia, Oliver yakin ia akan kehabisan kata-kata, dan saat itu pula pikirannya melayang saat Olivia berkata padanya untuk tidak pergi.

"Olivia," suara serak Oliver memanggil nama perempuan itu.

Olivia menengokkan kepalanya dan melihat Oliver yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dibaca.
"Maafin gue, Olivia. Seharusnya gue gak usah nurutin perkataan Ayah, karena dengan begitu, lo gak akan merasakan rasa sakit saat ditinggalkan. Jujur, gue pun merasakan hal yang sama. Rasanya sakit, sangat sakit. Selama di Jepang, gue gak bisa fokus dalam bekerja, apalagi saat tahu kalau lo nge-block semua akun gue. Gue tahu semua kegiatan lo dari Fino. Berterima-kasihlah sama cowok receh itu karena dia udah berbaik hati buat ngasih tau keluh kesah lo selama gue enggak ada disisi lo."

Meet In the Real LifeWhere stories live. Discover now