20. Dying

34.4K 5K 3K
                                    

Perempuan bersepatu converse itu melangkahkan kakinya dengan cepat saat ia sampai di depan kantor Milo bekerja. Seakan sudah hapal, ia langsung menaiki lift dan menekan angka tujuh. Olivia kesini karena satu hal, yaitu ia ingin membicarakan masalahnya pada Milo. Karena hanya Kakaknya lah yang mengerti perasaannya. Sesampainya di lantai tujuh, ia berbelok kearah kanan, dan menemukan pintu ruangan kerja Milo. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia langsung membuka pintu.

Namun, alangkah terkejutnya Olivia saat melihat Milo yang sedang memejamkan mata dengan seorang perempuan disebelahnya, dan ya mereka berdua tertidur di sofa.

Ya Tuhan.

Sejak kapan Milo dekat dengan seorang perempuan?!

Olivia melangkahkan kakinya dengan perlahan, dan mengambil ponsel untuk memfoto mereka berdua. Setelah mengambil beberapa foto, ia langsung mengiriminya pada Dinda.

Memperhatikan mereka berdua secara detail, seketika dahi Olivia mengernyit. Ia seperti mengenal perempuan itu, tapi dimana?

Oh astaga.

Dengan cepat Olivia langsung menarik telinga perempuan itu, sehingga menimbulkan suara mengaduh kesakitan. Milo yang mendengar itu langsung terbangun dan kaget saat melihat Olivia yang berada di ruangannya.

"Lo bukannya pacar Fino?! Terus, kenapa sekarang ada disebelah Abang gue, hah?!" tanya Olivia marah. Keenakan sekali perempuan ini, setelah menggaet Fino kini Milo lah yang digaetnya. Sialan.

Milo melepas tangan Olivia dari telinga Daniella dan menatap adiknya kesal. "Lo apa-apaan sih?! Dateng-dateng udah ribut. Berisik tau gak!"

"Lo tuh yang apa-apaan, Bang! Daniella itu pacar Fino! Tapi kenapa sekarang lo berdua-duaan sama dia! Kasian Fino!" jawab Olivia tak kalah kencangnya dari Milo.

Mendecak, Milo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Duduk dulu, bakalan gue jelasin semuanya."

Mau menjelaskan apa lagi? Semua itu sudah terekam jelas di kepala Olivia. Daniella bukanlah perempuan baik-baik. Buktinya, kemarin ia melihat Daniella bersama Fino, dan sekarang bersama Kakaknya.

Olivia duduk dengan terpaksa, wajahnya cemberut sambil menatap Daniella tajam. "Lo salah paham."

Tiga kata itu terlontar dari mulut Milo. Ia mengusap-ngusap wajahnya untuk menghilangkan rasa kantuknya.

"Sebenarnya Daniella itu bukan pacar Fino, tapi pacar gue."

Olivia melongo. Baru saja perempuan itu mengeluarkan suaranya, namun dipotong oleh Daniella. "Biar aku yang ngejelasin, Az."

"Go ahead."

Daniella berdeham, dan mulai menceritakan semuanya. "Jadi, gue disuruh Azka buat jadi pacar abal-abalan Fino, tujuannya buat bikin lo jealous. Tapi, apadaya, ekspetasi emang selalu enggak sesuai dengan realita. Lo malah narik Oliver, dan pergi sama dia."

Mendengar perkataan Daniella, mata Olivia berkaca-kaca, dan lagi-lagi ia diliputi rasa bersalah. "Dan lo mau tau, apa yang Fino bilang sama gue saat lo narik tangan Oliver?"

Olivia mengangguk.

"Dia menyerah."

Mendengar pernyataan Daniella, Olivia meremas pakaiannya. "Tapi keputusannya itu berubah saat gue bilang sama dia untuk jangan menyerah, kalo lo suka, kejar. Gitu kata gue."

Olivia meneteskan air mata mendengarnya. Ia berdiri dan langsung pergi meninggalkan Daniella dan Milo. Ia harus bertemu dengan Fino. Pasti Fino mengajaknya untuk bertemu karena hal ini. Olivia yakin seratus persen.

Meet In the Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang