12. The Other Side

42.4K 5.3K 1K
                                    

Lelaki yang memiliki nama Dafino melihat Olivia yang datang kembali dengan membawakan satu botol tupperware ungu yang berisi air putih.

"Itu kenapa lo balikin?" tanya Olivia menunjuk standing characternya. Jujur, Olivia ingin sekali tertawa, namun sedari tadi ia tahan dengan cara mengusap pangkal hidungnya.

Fino tergagap, ia hendak membuka suara, namun ia memilih untuk bungkam. Olivia menaikkan alisnya. "Uh, supaya mereka gak ngintipin lo lagi," ujarnya singkat.

"Mereka gak bakal ngintipin gue Fino. Itu cuma standing characters."

Lelaki itu memutar bola matanya. "Kata Nenek gue, itu sama aja kayak patung, siapa tau ada roh mesum yang ngisi standing characters itu, apa lo gak takut?"

"Gak ah, b aja."

Mendengus, Fino merampas botol yang dipegang Olivia dan meminumnya. Ia menghabiskan setengah air dingin itu, lalu menaruhnya disamping kanan. Olivia membuang bungkusan sate padang itu ke tempat sampah, dan ia duduk di sebelah Fino, sambil menatap layar televisi yang dimatikan.

"Chandra mimpiin kisah lo," ujar Fino pelan.

"Udah tau."

"Kok?"

Olivia menarik napasnya. "Gue liat ekspresinya yang kaget waktu ngeliat gue di kuburan. Berasa ngeliat setan tau gak?"

"Lo jadi setan juga gue tetep cinta sama lo, Liv." tambah Fino tersenyum.

Memutar bola mata adalah yang dilakukan oleh Olivia. Tiba-tiba sekelebat bayangan Oliver terlintas di pikiran Olivia, lelaki itu sedang apa sekarang? Jujur, sejak ia bertemu dengan Oliver tadi, mereka berdua belum berbicara tentang masalah permintaan Alisha. Justru yang mereka lakukan hanya diam, dan saling memandang satu lain.

Perasaannya tidak enak.

Dafino mengambil sebuah remot televisi dan menyalakannya, hal ini ia lakukan agar situasi tidak terlalu canggung.

Mengganti channel, akhirnya ia tertuju pada sebuah film Wreck-it Ralph yang ditayangkan oleh HBO. Menonton dalam diam, itulah yang dilakukan oleh mereka berdua. Olivia menaruh kepalanya pada bahu Fino, dan sesekali ia menguap karena mengantuk.

Fino membiarkannya saja. Ia justru mengambil salah satu tangan Olivia, lalu menyatukan dengan tangannya. "Tangan kita pas ya, Liv?" tanya Fino bergumam.

Olivia tetap diam, dan tidak bersuara. Fino yakin, Olivia telah tertidur. "Sebenernya, gue mau nembak lo, Liv. Tapi, gue gak enak sama Oliver."

Perempuan itu tetap diam. Nafas teratur keluar dari hidung Olivia. Fino melanjutkan perkataannya. "Apalagi saat lo bilang, kalo Alisha nyuruh lo buat ngegantiin posisinya jadi pacar Oliver. Jujur aja, batin gue sakit ngedengernya."

"Tapi ya, namanya juga wasiat orang yang udah meninggal, mau gimana lagi? Suka gak suka, lo harus ngejalanin hal itu. Walaupun gue harus kena getahnya. Gue jadi bingung sendiri, kenapa ya dunia itu sempit? Kenapa juga kalo gue harus temenan sama Oliver? Andai, kalo itu semua gak terjadi, udah gue pacarin lo kali, dari dulu."

Ada jeda waktu yang cukup lama, hingga Fino melanjutkan ucapannya. "Jadi orang ketiga di dalam suatu hubungan itu gak enak ya," Fino menatap televisi yang menayangkan tokoh Ralph sedang mengambil medali di permainan Hero's Duty.

Meet In the Real LifeWhere stories live. Discover now