With You I Feel Perfect

1.9K 79 1
                                    

Berlahan Luna membuka kedua matanya. Rasa sakit di sekujur badannya membuat dirinya sulit bergerak. Di tambah nyeri di kepalanya membuat ia meringis kesakitan.

"Hmmm ahh" desahan Luna membuat semua orang khawatir. Alex langsung memanggil dokter untuk memeriksanya.

Dokter wanita bersama beberapa perawat datang dan menyuruh mereka untuk memberi ruang pada dokter tersebut. Dokter mengarahkan sebuah senter berbentuk seperti pulpen ke arah mata Luna.

"Berikan dia 400 ml proris" suster yang mendapat perintah itu langsung menyuntikkan Luna melalui perantara saluran infus.

"Nampaknya Luna sudah sadar, kami memberikan obat anti nyeri padanya, ia hanya butuh beberapa hari untuk segara pulih" dokter itu berbincang pada mereka semua.

Mendengar perkataan dokter tersebut raut wajah tante Lisa, om Bram, Abby dan Alex terlihat sedikit melegah. Dokter tersebut meninggalkan mereka diikuti perawat yang menangani Luna saat itu.

***Luna***

Sakit. Kata itu yang pertama kali keluar dalam bibirku. Kepalaku serasa ingin meledak aku tak bercanda, sangat sakit. Rasa sakit itu membuatku sulit bernafas. Namun berlahan rasa sakit itu berkurang.

Telingaku serasa berdenging entah apa yang aku dengar saat itu. Aku tak peduli, seluruh tubuhku serasa kaku dan lemas di tambah nekolar yang membuat leherku begitu kaku.

Suara isakan wanita yang terus memanggil namaku itu berlahan terdengar jelas di telingaku. Aku mencoba membuka perlahan kedua kelopak mataku. Begitu terang membuatku memejamkan mataku kembali.

"Luna, ini gue Abby" meskipun ia belum mengatakan namanya aku sudah menduga bahwa ia adalah Abby.

Mataku begitu sayup-sayup namun aku tetap memaksa melihat situasi di sekitarku saat ini. Gelap. Namun berlahan nampak bayangan yang semula kabur kini nampak begitu jelas.

"Mama" suaraku terdengar serak. Aku melihat mata mama begitu bengkak karena terlalu lama menangis kondisiku.

Setelah aku memanggilnya aku mulai memejamkan mataku lagi. Entahlah aku begitu mengantuk saat ini. Selang beberapa waktu aku pun tertidur.

Suara gaduh membangunkan ku saat itu juga. Aku melihat sekeliling kamar dan pandanganku tertuju pada dua orang laki-laki yang sedang mengejek satu sama lain.

Alex yang melihatku sontak menghentikan aktivitasnya menuju ke arahku. Abby yang berada di belakang Alex hanya menatapku khawatir.

"Eh Luna lo udah bangun?" Sontak pertanyaan Alex di tanggapi oleh Abby.

"Eh dodol, lo itu tolol atau goblok sih? Lah lo kan dah liat mata Luna udah ke buka" gerutu Abby pada Alex. Alex yang kesal pun langsung memukul dada Abby.

"Mama sama papa kamu udah pulang katanya sih ntar malem mau ke sini lagi" aku hanya menyimak apa yang orang itu katakan. Maksud aku Alex.

"kamu siapa yah?" Pertanyaanku membuat Abby tertawa terpingkal sambil memegang perutnya dengan kedua tangannya.

"Hahahahaa rasa lo curut, makanya jadi orang jangan sok SKSD dong sok kenal sok dekat hahaha" Abby mengejek Alex yang mulai terlihat begitu kesal dan malu.

Aku melihat Abby yang masih tertawa, entah hal apa yang membuatnya begitu lucu. I don't know. Tapi melihat senyuman yang terukur di wajahnya membuat hatiku tenang. Ingin rasanya aku memeluknya.

"Ihh Luna kamu kenapa sih! Inget kamu masih marah sama Abby Luna!" Batinku yang menyadari kejadian itu.

"Kenalin nama gue Alexander Graham Bell haha gak deng. Pokoknya panggil aja Alex gue sahabatnya Abby" Alex meraih tanganku namun Abby langsung menghempaskan tangan kami berdua.

"Sirik aja lo bocah" Alex menatap sinis Abby karena kelakuannya tadi.

"Emang kita "Sahabat" gitu?" Kata Abby pada Alex yang hanya menatapnya datar.

"Lo pilih teras atau taman?" Ancaman Alex pada Abby yang maksudnya nyuruh Abby tidur di teras atau tidur di taman. Mata Abby membelalak mendengar ancaman tersebut.

"Hehe canda kali gua" Entahlah mereka sekarang terlihat seperti sepasang couple (?) Tangan Abby merangkul tangan kiri Alex.

***
Pintu kamar Luna terbuka lebar, tante Lisa dan om Bram menatap geli Abby yang sedang merangkul tangan Alex. Sontak Abby langsung melepaskan tangannya lalu mengalihkan pandangan ke arah Luna.

"Ahh...itu....oh iya tante Luna udah sadar" kata Abby mengalihkan suasana.

"Luna kamu gimana? Udah baikan?" Kata tante Lisa yang memeriksa setiap sudut tubuh Luna.

"Iya udah mendingan kok ma, Luna udah baikan kok" kata Luna sambil tersenyum pada mama dan papanya.
"Syukurlah klo begitu, sekarang kamu makan dulu yah, mama udah bawain bubur ayam kesukaan kamu" mama Luna begitu perhatian pada Luna.

"Tan aku aja yang suapin Luna ya,ya,ya" kata Abby dari jauh sambil mencuci kedua tangannya.

Sepulang dari Italy sikap Abby berubah menjadi sedikit manja, aktif dan terbuka pada siapapun. Luna akui bahwa perubahan tersebut membuat dirinya susah untuk melupakan kenangan bersama Abby.
Yupp Luna sekarang dilanda perasaan kalut terhadap perasaannya tersebut. Entah, hatinya masih membuka pintu untuk Abby namun disisi lain perasaan benci masih berbekas di dalam benak Luna.

Sudah seminggu Luna di rawat hingga dokter menyarankannya untuk beristirahat di rumah saja. Mendengar kabar itu Luna menjerit kegirangan karena ia merasa sangat bosan berada di rumah sakit.

Semenjak pertemuan yang memalukan bagi Alex itu. Akhirnya Alex dan Luna kini begitu akrab bak seorang adik dan seorang kakak. Perbedaan umur yang hanya 3 tahun membuatnya mudah mencocokkan sifat dan karakter satu sama lainnya.

Dugaan Luna pada Alex tak seperti apa yang ia pikirkan. Awalnya Luna menganggap Alex seseorang yang begitu menyebalkan. Namun seiring berjalannya waktu Alex tampak begitu cocok dengannya.

Entah apa yang membuat Luna begitu menyayangi Abby dan Alex. Luna merasa jika dirinya disatukan oleh dua makhluk aneh bin ajaib itu hidupnya serasa perfect.

Abby yang mempunyai sikap kalem, penurut, baik, sopan, rajin, imut,rapi, bertanggung jawab meskipun kadang - kadang super duper menjengkelkan namun Luna tetap menyayangi Abby dengan sepenuh hati.

Alex yang berbanding terbalik sama sikap Abby. Yup Alex orangnya SKSD, cerewet badai, kasar kalo ngomong, gokil, lucu meskipun biasa lelucon yang ia buat bisa di bilang "Garing", mesum, norak, playboy, ngangenin parah. Pokoknya semua yang ada pada diri Alex membuatnya berbeda dengan Abby. Luna sudah menganggap Alex sebagai kakak nya sendiri.

"Yes! With Abby and Alex i feel perfect" batin Luna tersenyum manis sambil melihat Abby dan Alex saling memukul bantal satu sama lain.

***
End nya masih lama gak sih?

Gak tau juga, pkoknya jangan lupa Vote & comments yah

Thanks yah buat semuanya yang selalu dukung apapun yang ingin aku lakuin ☺☺

-Zzr-

If You Know Who I'm [END]Where stories live. Discover now