Rasa Bersalah Karenamu

3.8K 183 9
                                    

Semenjak kejadian itu Luna menjadi depresi bahkan ia sangat takut kepada orang lain. Beberapa kali dia mencoba bunuh diri. Namun, para penjaga rumah sakit selalu berhasil menggagalkan rencananya. Selain ia takut terhadap orang lain, dia juga takut bahkan sering pingsan saat seseorang memegang bagian tubuh Luna.

Sudah 3 tahun semenjak kejadian itu. Namun, Luna masih belum bisa menerima bahwa ayah dan bundanya telah meninggal saat kejadian tersebut. Ia masih saja berbicara sendiri bahkan sampai menangis semalaman.

Banyak yang menyayangkan dirinya seperti itu, namun karena dia mengidap kelainan itu. Dia sangat sulit untuk di bawah ke pusat psikiater.

"KAU MEMBUNUH AYAH DAN BUNDAKU!??" tanyanya pada setiap pasien di RS Jiwa.

Terkadang perawat dan dokter yang menanganinya kewalahan akibat ulahnya itu. Namun ada saatnya Luna berubah ketika hati dan pikirannya membaik ia akan menurut apa yang mereka katakan padanya.

"Dok, ini sudah terlalu lama apakah ada peluang untuk menyembuhkannya?" Kata pria yang membawanya ke RS ini sejak 3 tahun yang lalu.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun hanya sedikit progress yang saya amati" kata dokter yang terlihat sedikit pasrah itu.

"Dok, tolong bantu saya untuk mengembalikan dirinya seperti dulu, saya mohon dokter" pria itu langsung  memposisikan tubuhnya seperti menyembah sang dokter tersebut.

"Astaga apa yang kau lakukan!?" Dokter itu membantunya berdiri dan memegang pundak pria itu.

"Serahkan semua padaku dan kau hanya membantuku untuk berbicara padanya, mungkin dengan begitu dia mulai mengingat dan kembali seperti dulu" kata dokter yang memberikan setumpuk harapan pada pria tersebut.

"Baiklah dok, apa yang harus saya lakukan sekarang?" Tanya pria itu pada dokter

"Temui dia" dokter menunjukkan keberadaan Luna yang sedang duduk di taman sambil memegang bunga berwarna putih.

***

Pria itupun memberanikan diri mendekati Luna. Pria yang memiliki tinggi 170 cm dan rambut berwarna coklat yang tampak seperti rambut Luna.  Memakai kaus berwarna biru dan jaket berwarna hitam serasi dengan celana jeans hitamnya berlahan duduk di samping Luna.

Hening.

Tiba-tiba suara terdengar dari mulut manis Luna. Pria itu menoleh menatap muka Luna yang begitu pucat dan mata yang dihiasi lingkaran hitam dibawahnya.

"Luna kangen ayah dan bunda" suara Luna yang terdengar seperti berbisik.

Pria itu pun tampak begitu menyesali perbuatannya. Rasa bersalah kini ia rasakan kembali, padahal dia hanya menakut-nakutinya saat itu.

Tiba-tiba Luna menatap pria di sampingnya, matanya menatap pria itu dengan tatapan penuh harapan yang membuat pria itu merasakan perasaan aneh. Lagi.

"Apakah kau malaikat pencabut nyawa?" Tanya Luna yang begitu polosnya berkata demikian.

***Abby***

Aku terdiam sesaat aku tidak tega melihatnya seperti ini.

"Bukan...aku Abby..aku bukan malaikat pencabut nyawa Luna" Luna hanya tertunduk diam tanpa kata-kata.

"Oh God apa yang harus aku lakukan? Aku minta petunjukmu sekarang, aku benar-benar menyesali perbuatanku dulu" batinku.

"Memangnya kalo aku malaikat pencabut nyawa, kau mau apa?" Tanyaku memecah keheningan bersamanya yang sedari tadi diam sambil menatap bunga berwarna putih itu.

Ia berlahan memberikanku bunga yang sejak tadi ia pegang lalu ia melihatku dengan tatapan yang sulit di mengerti.

"Jika kau adalah malaikat pencabut nyawa aku mohon padamu untuk segera mencabut nyawaku, aku kangen sama ayah dan bundaku dan jika aku mati aku bisa bertemunya walau itu ha...nya...sesa...at"

Dadaku serasa begitu sesak mendengar suara Luna berlahan berubah menjadi isakan.

"Maafkan aku Luna karena telah membuatmu jadi seperti ini" kataku padanya.

Aku memberanikan diri mendekat padanya. Lalu berlahan aku berusaha memegang bahunya untuk mengarahkannya ke dalam pelukanku. Ketika aku berhasil memeluknya isakan berubah seperti seseorang yang membutuhkan oksigen saat itu juga. Bahunya naik turun bersamaan napasnya yang tak beraturan.

Aku langsung memegang bahunya dan menanyakannya.

"Luna kamu kenapa?LUNA!" tanyaku khawatir dan sedikit menaikkan ritme suaraku.

"Aku....ja..ngan...sen..tuh...aku..." suara Luna yang terbata-bata.

Belum sempat Luna menyelesaikan ucapannya tubuh Luna langsung terkulai lemas namun aku langsung mendekapnya ke dalam pelukkanku.

Tangannya begitu lemas dan tak ada suara Luna lagi yang ku dengar.

Yah dia pingsan karena aku. Aku langsung menggendongnya ala bride style ke kamarnya.

********
Gimana sejauh ini pada suka gak?

Suka gak suka tetap akan author lanjut tenang aja 😂😂

- Zzr -

If You Know Who I'm [END]Där berättelser lever. Upptäck nu