What's Wrong

3.5K 136 0
                                    

"Sepi banget sih, lo mau denger musik gak?" Tanya Abby pada Luna.

"Heem..boleh juga" Luna menatap wajah Abby dan tersenyum tulus padanya.

"Oh God dia begitu cantik" batin Abby yang terpanah melihat Luna dengan senyuman di wajahnya sambil memperbaiki rambut yang ia sisipkan di telinganya sendiri.

Abby mengedipkan matanya berkali-kali. Ia terlihat begitu salting dan mencoba mengalihkan pandangannya di depan.

"Di belakang ada album kaset, lo bisa milih lagu apa yang lo mau denger" kata Abby yang sedang mengemudi dan memerhatikan seluk-beluk jalan ini.

Luna menoleh ke belakang dan mengambil album itu. Namun sepertinya ia salah mengambil barang. Luna membukanya.

"Kok ini album foto sih? Katanya ini kaset lagu haha" Tawa Luna terhenti ketika Abby langsung memberhentikan mobilnya dan kami terhempas ke depan. Untung saja kami memakai sabuk pengaman.

"A..pp.aaa?" Kata Abby yang sedikit gemetar dan terlihat begitu gugup. Ia langsung mengambil album itu dari Luna.

"Itu siapa?" Kata Luna yang begitu bingung melihat kelakuan Abby.

"Semoga lo gak mengenalnya Lun" batin Abby penuh harapan.

"Yah oranglah, emang siapa lagi" jawab Abby melirik sinis Luna menutupi kegugupannya.

Luna masih bertanya-tanya tentang 3 orang yang berada dalam foto itu, terdapat seorang laki-laki tampan dan wanita yang cantik sedang memangku seorang anak perempuan yang tak tampak asing buatnya.

***

Luna terbangun saat orang misterius itu memanggilku untuk ketiga kalinya. Yah siapa lagi kalo bukan Abby. Entah kapan aku mulai mengantuk dan tertidur dalam mobil Abby.

Mata Luna terlihat membulat dengan mulut yang sedikit terbuka sedang memerhatikan sebuah rumah yang dipenuhi dengan anak-anak yang sedang bermain.

"Ini dimana?" Tanyaku ragu.

"Ini rumah yayasan milik kakekku, kau aka..." katanya terhenti saat melihat seorang wanita berusia sekitar 35 tahunan sedang melambaikan tangan pada kami. Tepatnya pada Abby.

Luna memerhatikan ekspresi Abby yang terlihat begitu bahagia dan tersenyum sehingga lesung pipinya yang begitu dalam nampak manis di wajahnya.

Abby menghampiri bibi dan meninggalkan Luna sendiri. Namun tak lama Abby baru menyadari bahwa Luna tidak ada di sampingnya. Abby menoleh dan mendapati Luna yang sedang asik bermain dengan seorang anak yang membantunya mendorong ayunan.

"Bi itu Luna, aku titip dia disini yah?" Mata bibi melotot tak percaya dan menutup mulutnya sambil menatap Abby lalu menatap Luna.

"Bagaimana bisa kau bersamanya? Apakah dia tahu identitas kamu bi?" Bibi masih belum sepenuhnya sadar karena Abby membawa Luna.

"Hussss bibi kalo ngomong jangan pake toa napa" Abby mendekap mulut bibi.

Tidak sopan memang.

Luna tampak begitu asik bersama anak kecil yang bernama kyla.  Namun tak lama ia melirik Abby yang tersenyum padanya. Berlahan Luna mendekat pada Abby dan tersenyum pada seseorang yang berada disamping Abby.

"Luna" kata Luna sambil tersenyum simpul pada bibi Abby.

"Ajeng, saya bibinya Abby" kata bibi tersenyum simpul pada Luna.

Mereka duduk di teras sambil memperhatikan anak-anak yang bermain kegirangan.

"Luna sekarang kamu tinggal disini sama bibi aku dan jangan segan-segan buat minta bantuan sama siapapun disini" kata Abby menatapku.

Luna tak percaya mendengar apa yang dikatakan Abby. Hatinya sakit tak terima perkataan Abby. Bagaimana tidak Luna menyadari bahwa ini adalah panti asuhan. Mengapa dia harus tinggal disini? Tak lama Luna mengingat bahwa memang ia seorang yatim piatu.

"Bi tolong jaga Luna, jangan lupa beri dia makan 3 kali sehari, suruh dia berolahraga, aku akan membantunya mendapatkan hak asuh dari orang tua". Kata Abby

***Luna***

Hatiku sakit mendengar perkataan Abby tadi. Tak sadar mataku berkaca-kaca aku ingin menangis namun aku tidak mau membuat dirinya kerepotan dengan keberadaan diriku. Aku hanya mampu terdiam menunduk sambil memainkan jemariku yang tidak gatal ini.

"Aku akan pergi, jangan membuat ulah yang merepotkan orang lain, jaga dirimu baik-baik, aku pamit bi" kata Abby yang mulai meninggalkan diriku bersama bibi.

Tubuhku ingin memberontak berlari menuju Abby namun bibi langsung menahan tanganku yang sontak aku langsung menghempasnya dan membuat dirinya terjatuh. Dia terlihat begitu kaget atas perlakuanku padanya.

"Aku minta maaf bi aku gak sengaja" jawabku menatapnya sedikit memelas.

"Gak papa sayang, bibi juga salah kan kamu gak bisa dipegang orang" kata bibi memaklumi sifatku.

***Abby***

Aku berjalan menuju mobil dan membuka pintu namun tanganku berhenti saat aku menoleh ke belakang melihat bibi yang terjatuh dan Luna menolongnya. Ku urung niatku untuk menghampir mereka dan bergegas meninggalkan tempat ini.

Sepanjang jalan aku memikirkan tentang gadis itu Luna. Entah perasaan apa yang sedari tadi kurasakan hingga membuatku gelisah.

Aku melihat supermarket di dekat jalan menuju rumahku tak lama aku memarkir mobil dan turun untuk membeli sesuatu. Aku mencari sebotol bir namun aku tak kunjung menemukannya sehingga aku mulai bertanya pada karyawan di situ.

"Ada Luna gak?" Tanyaku padanya sambil memerhatikan sekeliling tanpa menatap muka karyawan tersebut.

"Iya? Maaf? Tadi mas cari apa?" Aku menatap karyawan tersebut yang terlihat bingung ditandai dengan jidat yang agak di kerutkan menghadap padaku.

"Ah... anu... maaf tadi saya tidak fokus" senyumku terpaksa. "Saya ingin membeli 2 botol bir merk **** tapi saya cari-cari tidak ada" ujarku.

"Oh di sebelah sini mas, mari saya antar" suara yang begitu sopan terdengar di telingaku.

Setelah membayar belanjaan yakni 2 bir dan sebuah sandwich. Aku beranjak kembali ke rumah yang tak jauh dari tempat ku tinggal.

Sesampainya di kamar aku menghempaskan tubuhku dikasur sambil menutup mata.

"Luna sepertinya aku mulai mencintaimu" ucap diriku sambil meminum bir yang ke 2.

****

Hy readers 😊😊
Don't forget to give VOTE and COMMENTS 😊

Tuh kamar Abby 😅

- Zzr -

If You Know Who I'm [END]Where stories live. Discover now