Prolog | The Guy From The Hell

2.5K 169 68
                                    

"I please. Calm yourself. You're drunk!" wanita itu meronta dari cekalan suaminya.

Kemarahan laki-laki itu semakin menjadi-jadi. Matanya kian gelap dan wajahnya terlihat merah padam di bawah remangnya lampu. "You said I was drunk. Just take out your brain if you do not use it. One bar I drink, I will not get drunk."

Kemudian pria itu menyeret istrinya menuju kamar. Tubuh wanita itu mersot jatuh hingga ia terseret. "Please let me go," pinta wanita itu.

"Just die you bitch!" suaminya tak menghiraukan, malah semakin brutal menarik istrinya yang sudah bersimbah air mata.

Brak!

"Argh!"

Teriakan dan suara benda dilempar itu, lantas membuat remaja laki-laki yang tengah memeluk lutut di bawah meja itu terperanjat. Tak hanya itu, ketakutan yang sejak tadi sudah menjalar, semakin hebat ia rasakan. Tubuhnya bergetar tanpa bisa ia tahan.

"Kau bajingan!"

Bugh!

Anak itu semakin menyusupkan dirinya di bawah meja, hingga punggunya terbentur dinding. Tekanan gigi pada bibirnya kian kuat bahkan nyaris mengeluarkan darah.

"Aahh, hhh... "

Selanjutnya, desahan dan lenguhan semacam itulah yang menjadi pengganti teriakan penuh pengharapan sejak tadi. Bukannya membuat ketakutan anak laki-laki dengan gigi kelinci itu berkurang, malah semakin memuncak diiringi rasa khawatir sekarang.

"Sshh, hahh.. "

Kini anak itu menutup erat kedua telinganya sambil memejamkan mata. Tak dapat dipungkiri, walau terdengar jeritan kesakitan dalam suara ibunya itu, tetap saja sarat akan kenikmatan. Dan hal itu membuat anak itu benci sekaligus jijik luar biasa. Seakan-akan ibunya itu akan dicabut nyawanya dengan cara yang benar dan menyenangkan.

"No, no! You're crazy! You're devil! You- arghh!"

Brak!

Sekali lagi anak laki-laki itu dibuat tersenatak. Matanya terbuka lebar, menatap waspada pada pintu yang baru saja dibuka kasar.

Kembali, punggungnya ia sentakkan pada dinding sembari menarik kakinya lebih menekuk untuk kemudian dipeluknya erat.

Masih berdiri di ambang pintu, pandangan laki-laki itu meneliti ruang yang tak terlalu besar itu. Ditambah barang-barang yang tidak terletak beraturan dan rusak dimana-mana, menambah sesak.

Anak laki-laki itu masih mengarahkan tatapan waspada pada ayahnya itu. Tiba-tiba mata ayahnya yang sudah memerah itu menatap ke arahnya. Ia sontak dengan cepat menenggelamkan wajahnya pada lekukan tangannya.

Pria itu berjalan dengan santai mendekati anaknya sambil menyentuhkan ujung pisau berdarah miliknya ke dinding, mendekati teko di atas meja tepatnya. Dan meminum air yang ia tuang dari sana.

"Jungkook-ah!" panggilnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THE WATCHERWhere stories live. Discover now