12 | Sin

818 92 49
                                    

Warning🔞
Jam berapa kalian baca ini? Buat yang puasa, bacanya pas berbuka ya. Karna part ini sangat tidak puasa-able.

Btw, bagi yang menjalankan, selamat menunaikan ibadah puasa🙏

--------------------

"I want more. More than just a kiss."
-Jeon Jungkook

***

Jungkook di sana. Terduduk di sudut paling gelap dengan segelas champagne di tangan dan bertelanjang dada. Memperlihatkan jajaran gambar tatonya yang merapat, juga balutan perban pada lengannya. Untungnya peluru itu tidak bersarang terlalu dalam hingga tidak begitu memengaruhi pergerakan Jungkook. Atau mungkin karena terlampau terbiasa, peluru yang meleset bagi Jungkook justru bukan apa-apa.

Sejak beberapa jam yang lalu, Jungkook sudah terpaku di sana. Keberadaannya mendominasi, seakan menyerap segala bentuk kegelapan menyelimuti dirinya. Penggambaran sempurna dari iblis maha tampan yang manipulatif. Dengan kedua mata tajam menatap lurus ke atas ranjang.

Seberkas cahaya rembulan mengintip malu-malu di selasar tirai yang tersingit. Mengenai tepat wajah sosok gadis yang tengah tertidur pulas dalam posisi meringkuk bak janin dalam kandungan. Rambut halusnya jatuh menjuntai menutupi sebagian wajah dengan sepasang bibir ranum yang sedikit terbuka. Pemandangan yang membuat ingatan Jungkook terlempar ke masa sepuluh tahun silam. Saat ia pertama kali menemukan Lana.

***

Malam itu, Seoul diguyur hujan selebat-lebatnya. Seakan-akan si Ibukota benar-benar sedang kehausan. Setiap sudut kota dibasahinya. Tanpa terkecuali. Termasuk bocah laki-laki yang tengah berlari dengan tubuh menggigil. Entah karena kedinginan atau ketakutan. Kedua tangan gemetarnya menggenggam erat sebuah foto, menyembunyikan benda itu ke balik kaosnya.

"Aku bukan pembunuh."

Kalimat itu, kalimat yang terus menerus dirapal sang anak sepanjang jalan menjahui rumah. Entah seberapa jauh jarak yang sudah ia tempuh, kakinya mulai kebas dan ia hampir kehabisan napas.

Sampai ketika di persimpangan, tubuhnya terpental karena menabrak sesuatu. Seseorang tepatnya.

"Hei, Nak! Kau tidak apa-apa?" sebuah suara laki-laki menarik perhatian sang anak.

Jungkook, yang kala itu masih berusia tiga belas tahun mengangkat wajah. Seketika menemukan laki-laki dengan setelan jas mahal tengah merunduk mengulurkan tangan di depannya. Usianya mungkin sekitar lima puluh tahun, beberpa helai rambut putihnya menyembul dari tatanan rapinya. Namun, kendati begitu, tubuhnya masih tegap, hanya terlihat sedikit garis-garis halus di wajahnya. Tak lupa laki-laki lain yang terlihat seperti seorang pengawal sedang berdiri memegang payung di sebelahnya.

"Dimana orang tuamu? Kenapa kau sendirian di tengah hujan begini?" laki-laki itu mengusap rambut basah Jungkook.

Masih dengan napas setengah tersenggal, Jungkook menggeleng gusar. Matanya terus saja meliar, takut-takut kalau Ayah menemukannya.

"Kau tak punya orang tua?" sorot mata laki-laki itu terlihat mengasihani. "Lalu apa ini ibu dan adikmu?" tanyanya begitu melihat foto yang ada dalam genggaman Jungkook.

Jungkook ikut menunduk mengamati foto di tangannnya. Sejak tadi, ia hanya berlari, ia bahkan tidak tahu siapa yang ada di dalam foto yang ia rampas dari Ayah itu. Namun, ia bukan tak bisa membaca, ia bisa melihat dengan jelas tulisan tangan 'Putriku, Alana Claretta' di bagian belakang foto.

THE WATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang